Paris, 2016
Yunhyeong melihat seorang wanita Korea yang sibuk melayani pelanggan di kafe di daerah Caulaincourt. Ia ingin mendekatinya tanpa menimbulkan kecurigaan.
Ingin memastikan bahwa itu benar Jennie atau bukan. Yunhyeong pun memutuskan untuk memesan secangkir kopi.
Ia lalu mengangkat tangannya, berusaha memanggil wanita tersebut, yang tidak jauh dari mejanya. Beruntung, wanita itu langsung melihat Yunhyeong.
Alih-alih menggunakan bahasa Inggris atau Prancis seperti kebanyakan orang di kafe ini, ia memutuskan untuk berbicara bahasa Korea.
Ia tahu ini adalah cara terbaik untuk memeriksa apakah wanita di kafe ini adalah Jennie atau bukan.
"Apa ada kopi spesial yang enak di sini?" matanya fokus kepada si pelayan, mencari reaksi yang mungkin terpancar dari wanita tersebut.
Pelayan wanita tersebut, yang awalnya sibuk menatap memo kecil di tangannya, langsung mengangkat kepala, matanya bertemu dengan Yunhyeong, dan ekspresi terkejut melekat di wajahnya.
Namun, ia segera mengendalikan dirinya dan tersenyum lembut. "Kami memiliki beberapa kopi spesial yang lezat," jawabnya dalam bahasa Korea yang formal, berusaha menjaga ketenangannya. Ia merasa aneh mendengar bahasa asalnya di sini.
Yunhyeong tersenyum lega mendengar wanita tersebut menjawab dengan bahasa Korea. Ia tahu ini adalah petunjuk pertama bahwa wanita itu mungkin Jennie. Namun, ia belum yakin.
"Oh, bagus. Saya akan mencoba yang paling populer di sini," kata Yunhyeong sambil menjaga rasa penasarannya.
Wanita tersebut dengan cekatan mencatat pesanannya, lalu pergi untuk menyiapkan kopi. Yunhyeong memantau setiap gerakannya, meyakinkan diri bahwa wanita itu adalah Jennie yang telah lama Hanbin cari.
Yunhyeong segera mengambil ponselnya. Dengan cepat, ia mengirim pesan kepada Hanbin.
"Hanbin, aku sudah di kafe, dan pelayan wanita yang kau duga Jennie, bisa berbicara bahasa Korea. Apa yang harus aku lakukan?"
Hanbin yang sudah lama gelisah menunggu kabar dari Yunhyeong, merasa detak jantungnya semakin cepat ketika ponselnya berdering. Ia membaca pesan dari temannya dengan cepat dan segera membalas.
"Hyung, coba dekati wanita itu tanpa memancing kecurigaannya. Jennie memiliki tahi lalat di atas mata sebelah kiri."
"Jika kau yakin itu dia, ajaklah bicara, tapi jangan beri tahu bahwa aku yang mengirimmu," balas Hanbin.
Yunhyeong mengangguk pelan saat membaca pesan Hanbin. Ia berusaha menjalankan instruksi dengan hati-hati, karena ini adalah momen penting dalam pencarian Jennie.
Tak lama, wanita pelayan yang diduga Jennie memberikan pesanannya. Tak mau berlama-lama, Yunhyeong memulai basa-basinya.
"Kau berasal dari Korea?" tanya Yunhyeong hati-hati.
"Benar. Apa kau juga dari Korea?" ujar sang pelayan.
Yunhyeong hanya mengangguk sambil tersenyum. Lalu, ia kembali membangun percakapan dengan Jennie.
"Aku baru 2 tahun tinggal di sini karena harus pindah tugas dari Seoul ke Paris," jelas Yunhyeong.
"Oh, kau bekerja di mana?" tanya sang pelayan antusias.
"Di KAI, perusahaan mobil asal Korea," jelas Yunhyeong. "Kau sudah lama tinggal di Paris?" lanjutnya.
"Aku baru 1 tahun," katanya. "Tapi aku akan pergi bulan depan."
Yunhyeong mengangguk paham. "Kau akan pulang ke Korea?"
"Tidak," katanya, ada suara getir dalam jawabannya. "Sepertinya aku tidak akan pernah pulang ke Korea."
Yunhyeong bingung dengan jawaban sang pelayan. Namun, belum sempat berbicara lebih lanjut. Pelanggan lain memanggilnya.
Wanita tersebut pun pergi setelah mengucapkan pamit kepada Yunhyeong. Namun sialnya, Yunhyeong lupa memperhatikan tahi lalatnya.
Ia lalu buru-buru mengirim pesan lagi kepada Hanbin. Kali ini dia agak kesal.
"Kau tidak ada niat memberikan foto Jennie kepadaku? Kenapa aku harus memperhatikan tahi lalatnya?"
Lama tak ada jawaban dari Hanbin. Membuat Yunhyeong gelisah karena kopinya hampir habis.
Namun, akhirnya Hanbin memberikan balasan. Yunhyeong sedikit mengerutkan dahinya. Dia ingin membanting handphone-nya saat itu juga.
"Maaf menunggu lama. Aku sudah berusaha mencari foto Jennie, tapi aku tidak punya. Media sosialnya juga hilang."
"Aku tidak bisa meminta foto ke agensi atau temannya. Hanya ini satu-satunya foto yang tersisa," balas Hanbin.
Ternyata, Hanbin memberikan foto skandalnya dengan Jennie dari Dispek, yang beredar luas di internet. Namun, hanya punggungnya saja yang terlihat.
Yunhyeong ingin menangis. Jadi, bagaimana caranya Yunhyeong bisa tahu itu benar Jennie atau bukan?
Apa dia harus memperhatikan punggungnya? Yunhyeong pun memilih pulang.
***
Esoknya, Yunhyeong kembali ke kafe. Dia awalnya tidak ingin membantu Hanbin lagi. Sungguh.
Namun, Hanbin memohon padanya, apalagi setelah mengetahui bahwa pelayan yang diduga Jennie ini akan pergi bulan depan.
Hanbin semakin memohon, meminta Yunhyeong untuk membantu wanita tersebut. Apapun harus Yunhyeong lakukan agara wanita itu tidak jadi pergi.
"Kau kembali," kata pelayan tersebut ramah. Yunhyeong hanya tersenyum, kali ini ia akan membeli makanan. Agar bisa lebih lama berada di kafe.
"Kau punya rekomendasi makanan di sini?" tanyanya.
Wanita pelayan itu tersenyum. "Tentu saja, kami memiliki beberapa hidangan Prancis yang enak. Bagaimana dengan quiche lorraine? Itu salah satu favorit pelanggan kami."
Yunhyeong mengangguk setuju. "Baiklah, aku akan mencoba quiche lorraine."
Tak lama, pelayan wanita itu kembali dengan makanan yang telah dipesan Yunhyeong.
Yunhyeong dengan hati berdebar-debar melihat wajah pelayan tersebut, mencari tahi lalat di atas mata sebelah kiri. Ketika wanita tersebut tersenyum dan berbicara, dia melihatnya.
Tahi lalat yang sama, seperti yang Hanbin ceritakan.
Dia hampir tidak bisa percaya. Ini adalah petunjuk pasti bahwa wanita ini adalah Jennie.
Dengan senyum tipis, Yunhyeong mencoba membangun percakapan. "Paris pasti tempat yang menarik untuk dijelajahi. Kau suka pergi ke museum?"
"Tentu! Aku sangat suka pameran seni," jawab pelayan tersebut antusias.
"Apakah ada pameran seni tertentu di Paris yang menjadi favoritmu? Aku penasaran apa yang membuatnya begitu istimewa bagimu," tanya Yunhyeong lagi.
Wanita tersebut merenung sejenak sebelum menjawab, "Oh, iya, ada satu pameran yang sangat mengesankan bagiku. Pameran seni di Musée d'Orsay yang menampilkan karya-karya impresionis."
Yunhyeong menjawab dengan semangat, "Impresionisme memang menakjubkan, dan Musée d'Orsay adalah tempat yang luar biasa. Salah satu pameran favoritku adalah retrospektif seniman Prancis terkenal, Claude Monet."
Keduanya pun terus berbicara tentang karya-karya yang mereka sukai, seperti Nympheas karya Monet hingga Bal du moulin de la Galette karya Pierre-Auguste Renoir.
Setelah percakapan semakin mendalam. Yunhyeong pun memberanikan diri bertanya soal nama si pelayan.
"Kalau boleh tahu, namamu siapa? Mungkin jika aku punya tiket pameran seni, bisa mengajakmu."
"Boleh! Aku senang sekali jika kau tak keberatan mengajakku ke pameran seni," jawab wanita tersebut.
"Oh, dan, namaku, Jennie."
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
RETURN
FanfictionKapan kau kembali? - Jennie dan Hanbin memiliki masa lalu yang rumit. Ketika harus dipertemukan kembali, sekali lagi, mereka tidak pernah memiliki waktu yang tepat. Kembali. Bukan hal yang mudah untuk keduanya.