Catch you

437 59 1
                                    

Hanbin segera keluar dari apartemen Chanwoo. Dia berlari menuju nomor apartemen yang dimaksud sepupunya itu. Hanya sejauh dua pintu ternyata, selama ini ternyata dia dan Jennie hanya sejauh dua pintu.

Sesampainya di apartemen yang dimaksud, Hanbin mengatur napasnya yang naik turun, sembari memperhatikan pintu apartemen nomor 8816 ini.

Namun, keraguan kembali menghampiri Kim Hanbin. Ah, masih saja dia berpikir lama untuk menekan pintu apartemen seseorang yang dikenalnya.

"Kim Hanbin?" ujar seseorang dari samping tubuhnya. Hanbin sedikit terperangah saat mengetahui siapa yang memanggilnya.

Rasanya ingin berlari, pergi menjauh dari tempat ini. Namun, apa daya, Hanbin sudah terperangkap.

"Sedang apa di sini?" tanyanya—masalahnya, mengapa Hanbin ada di depan apartemen milik temannya.

"Ah, halo, Lisa, sudah lama!" ujar Hanbin sambil mengusap belakang lehernya. Sialan, dia berbicara apa sih?

"Lama? Ah iya sudah lama oppa," kata Lisa canggung, dia tidak paham maksud Hanbin. Apakah dia bertanya, atau memberikannya informasi? Ah yang jelas, Lisa benar-benar tidak mengerti.

"Baik, permisi," ujar Hanbin langsung berjalan kembali ke apartemen Chanwoo.

"Bodoh," rutuk Hanbin pelan kepada dirinya sendiri.

Sementara Lisa memicingkan matanya, dia melihat gerak-gerik Hanbin yang menurutnya tidak wajar. Wanita bertubuh semampai ini lalu masuk ke apartemen Rose setelah melihat Hanbin masuk ke salah satu apartemen—entah milik siapa.

"Lisa-ya! Kata Rose kau datang siang? Ini sudah sore," ujar Jennie setelah melihat temannya itu masuk sambil tersenyum lebar. Lisa terlihat menenteng dua kantong plastik besar, nampaknya dia baru saja berbelanja di supermarket.

Jennie berdiri dari sofanya, membawa satu kantong plastik ke dalam dapur, kemudian meletakannya begitu saja. Dia sedang malas mengatur belanjaan tersebut. Ada yang lebih penting yang sedang dia lakukan. Menonton variety show di televisi.

Hal normal yang nampaknya remeh, namun sudah lama tidak Jennie lakukan.

"Eonnie kau ada janji dengan seseorang hari ini?" tanya Lisa setelah kembali dari dapur, dia membawa satu piring apel yang telah dipotong rapi.

Jennie menggeser duduknya, agar Lisa bisa leluasa duduk di sebelahnya. "Janji? Ada aku ada janji hari ini," kata Jennie sambil mencomot satu potong apel.

"Benarkah?" tanya Lisa, nada suaranya terdengar tidak percaya.

Namun, bukannya merespons, Jennie sungguh tidak peduli dengan reaksi Lisa. Dia hanya peduli pada orang-orang yang kini sedang berkubang di lumpur untuk mencari sebuah koin.

"Aku cocok tidak menjadi produser variety show?" tanya Jennie tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi.

"Tidak tahu, kau kan membosankan," kata Lisa. Jennie memicingkan matanya, Lisa menyebalkan, namun sungguh, sangat jujur.

"Ya sudah coba saja eonnie, mungkin idemu akan menyenangkan, walaupun kau agak-."

"Apa?"

"Agak, sedikit, kurang menghibur, sedikit," ujar Lisa dengan nada suara semanis mungkin dan menekankan kata 'sedikit' dalam kalimatnya.

"Kalau kau mau bekerja di program variety show, coba untuk lebih relaks, lebih santai saja eonnie, jangan sedikit-sedikit mengomel," cicit Lisa tanpa henti.

RETURNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang