Love scenario

1.1K 78 7
                                    

Paris, 2019

"Satu latte untuk nona cantik yang sedari tadi sendiri."

'Nona cantik' tersenyum simpul mendengar ocehan biasa dari seorang pelayan cafe. Lelaki Paris memang memiliki tabiat yang sama, senang menggoda dan memanggil 'cantik' ke seluruh wanita di muka bumi.

Sang nona cantik menyuruput pelan secangkir latte hangat yang baru saja disajikan itu. Dia menyecapnya, merasa puas dengan rasa latte yang sempurna. Perpaduan creamer yang manis dipadukan dengan rasa kopi yang pahit, berhasil membuat dirinya sedikit segar.

Nona cantik melihat jam analog kecil di tangannya, melihat jarum jam yang telah menunjukkan pukul delapan, namun seseorang yang dia tunggu tak kunjung datang.

Dia ingat, orang tersebut mengatakan untuk menunggunya di cafe di daerah Caulaincourt pukul tujuh malam. Namun, satu jam berlalu, tetapi batang hidung si pembuat janji tak juga muncul.

Ia membuka cermin kecil dari tas tangan yang sedari tadi tergeletak di meja. Melihat kembali riasan di wajahnya, memeriksa lipstick-nya yang masih merah merona meski telah meminum latte. Tidak sia-sia memang membayar mahal untuk membeli lipstick keluaran desainer ternama.

Sesaat kemudian, seseorang yang dia tunggu akhirnya muncul. Dia terlihat berjalan tergesa-gesa dari pintu cafe sambil memindai seluruh ruangan untuk mencari si nona cantik, hingga akhirnya menuju mejanya.

"Maaf, aku benar-benar minta maaf, pekerjaanku hari ini di kantor sungguh tidak habis-habis," katanya langsung setelah bokongnya menyentuh kursi.

"Tidak apa-apa, aku juga baru datang," ujarnya berbohong, dibalas desahan lega dari si pembuat janji.

Tanpa membuka buku menu, si pembuat janji memanggil pelayan dan segera memesan lemonade untuk menyegarkan kembali tenggorokannya.

"Kau serius besok pulang ke Korea?" tanya si pembuat janji kepada nona cantik dengan nada suara yang khawatir.

Si nona cantik hanya mengangguk pelan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Si pembuat janji pun tertegun menerima kenyataan yang menurutnya sangat tidak terduga.

"Jennie, kau benar-benar telah siap kembali ke Korea?" tanya si pembuat janji kembali memastikan, si nona cantik yang bernama Jennie itu tersenyum menampakan deretan giginya yang rapi.

"Iya Yunhyeong oppa, aku baik-baik saja," ujarnya.

Laki-laki yang dipanggil Yunhyeong itu hanya menatap Jennie nanar. Dia melihat langsung ke bola mata Jennie, memastikan bahwa hanya ada kejujuran di manik matanya.

Ia melepas dasi yang ada di lehernya dengan tergesa, merasa frustasi dengan jawaban wanita tersebut.

"Mengapa harus kembali? Kau sudah mendapatkan kebahagiaan di Paris," katanya, dia benar-benar bingung dengan pilihan Jennie yang menurutnya sangat berani.

Wanita bermata kucing itu mengangkat bahunya lalu berkata, "Rasanya aku sudah terlalu lama berlari, aku harus mulai menghentikan semuanya."

"Kau akan kembali ke laki-laki itu?" tanya Yunhyeong langsung.

Tenggorokannya semakin terasa kering setelah memberanikan diri bertanya soal lelaki yang selama ini dihindari di obrolan mereka.

Jennie hanya diam, dia menyeruput latte yang mulai mendingin. Lalu menatap jalanan Paris melalu kaca jendela yang semakin malam semakin ramai.

"Ada satu titik di mana aku sangat mencintainya, hingga aku merasa gila," ujar Jennie lirih, masih dengan tatapannya ke luar jendela.

"Ketika aku membuka halaman terakhir dalam skenario cintaku, aku sedikit bersyukur karena telah mengenalnya," kini Jennie menatap Yunhyeong, laki-laki tersebut hanya mendesah pelan.

RETURNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang