Jamuan Makan Malam

627 31 0
                                    

*Alex's Pov

"Eh, halo Alex! Datangnya cepat banget," sosok ramah Dina muncul dari balik pintu setelah aku mengetuk pintu. Mata pandanya tampak lebih pekat hari ini, tapi tampilannya segar dan rapi.

Sabtu malam, sesuai permintaan Sarah, aku datang di rumahnya meski baru tiba di Jakarta siang ini. Lumayan berdebar-debar karena hari ini aku akan bertemu orangtua Sarah, yang wujudnya tak pernah ku tahu sebelumnya. Meskipun, Sarah bilang dia sudah beberapa kali menceritakan tentang aku ke papa dan mamanya, dan Dina juga sudah cukup mengenalku.

Ah, situasi seperti ini mengingatkanku pada momen tidak mengenakkan di masa lalu karena pernah batal menikah. Tapi setidaknya aku punya sedikit pengalaman untuk mendatangi calon mertua? Kali ini mungkin lebih menantang karena perbedaan budaya yang lumayan besar.

Sesuai permintaan Sarah juga, katanya aku sebaiknya tidak datang dengan tangan kosong. Akhirnya kubawa apa saja yang bisa dibeli cepat pagi tadi, seperti camilan dan teh premium Singapura. Sarah bilang mamanya sangat suka minum teh dan senang meminum berbagai macam teh.

"Ehm, mungkin ada yang bisa dibantu sebelum dinner?" tanyaku.

Dina mengibaskan tangannya sambil mempersilakan aku masuk. "Ah, nggak usah. Lagian udah beres. Yuk, masuk."

Setelah melangkahkan kaki masuk, aku memandangi sekeliling rumah dengan sedikit rasa haru. Rumah ini mungkin bakal sering kukunjungi dalam bertahun-tahun ke depan. Sampai hari ini, tak pernah terbayangkan dalam hidupku bakal berkelana dan menetap di tempat yang sejauh ini dari negaraku.

Di ruang makan, ada cukup banyak masakan tersaji di atas meja. Aroma kaya rempah khas masakan Asia begitu semerbak. Juga ada buah-buahan bertumpuk di sudut meja makan. Tampak begitu segar dan berwarna-warni.

"Hei," Sarah muncul dari kamarnya, dengan kaos lengan panjang bergaris kesukaannya. Rambut sebahunya yang dicat blonde itu dikuncir kuda. Tak ada riasan wajah yang berlebihan, hanya lipstik merah muda andalannya. Tapi dia tampak cantik sekali dan, bagiku, selalu begitu.

"Makasih ya sudah datang. Kau baru landing?"

"Oh, nggak. Tadi siang."

Sarah mengangguk, lalu mengajakku mengjamoiri mamanya yang membantu Dina menyiapkan beberapa makanan di meja.

"Ma, ini Alex. Alex, ini mama."

Air muka mama Sarah terlihat berseri-seri ketika melihatku dan senyumnya merekah penuh kehangatan. Dia punya lesung pipit yang tegas, sama seperti Dina.

Pakaiannya santai dan tidak berlebihan, membuatnya tampak begitu muda untuk usianya, meskipun aku tidak tahu pasti berapa usia sebenarnya. Karakter wajahnya yang lonjong dan rambut yang tipis dan halus sangat mirip dengan Sarah.

Melihat gayanya yang santai dan bersahabat, keteganganku sedikit berkurang.

"Oh, halo Alex," tangannya yang lembut menyalamiku dengan jabat tangan yang cukup kuat. "Eh, gimana ya, mama harus ngomong bahasa apa nih, sar?"

"Bahasa Indonesia aja nggak apa-apa, ma. Alex udah lima tahun di Indonesia kok," jawab Sarah.

"Wah lima tahun?? Lama juga. Kok betah," ucap mamanya sambil tertawa.

"Karena pekerjaan juga," sahutku sambil membalas senyum ramahnya. "Senang akhirnya bisa ketemu, tante?"

"Duh kok tante. Panggil mama juga nggak apa-apa," katanya sambil menepuk lenganku. Refleks aku langsung bertukar pandang dengan Sarah yang terlihat berusaha keras menahan tawa.

Sarah dan aku lalu mengambil tempat duduk bersebelahan. Mama begitu bersemangat memintaku segera mencicipi masakannya.

"Benar kan kataku? Mama bakal cepat suka padamu," Sarah menyenggol lenganku sambil sedikit berbisik.

My Client is My Ex-FWB [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang