🦊 Bulan ke-8 💙 : Pulang Kampung

1.9K 47 0
                                    

“Hiks...”

Isakan lirih itu membuat Yeonjun terusik. Ia menyalakan lampu di nakas dan mendapati sekarang baru jam satu dini hari. Bergeser pelan ia mendekati sang istri, mengusap pundak bergetarnya lalu bertanya.

“Yang, kamu kenapa nangis? Ada yang sakit?”

Karina menggeleng, tapi tangisannya malah semakin tak terkendali. Yeonjun bangkit dan pergi ke dapur untuk mengambilkannya segelas air.

“Minum, Sayang.”

Karina menyandarkan punggungnya pada dashboard ranjang dan menerimanya. Setelah meredam isakannya dan mulai tenang, barulah ia dapat bercerita kepada Yeonjun kalau barusan ia memimpikan kedua orangtuanya.

“Mamah s-sama Papah mengunjungi k-kita di sini, Mas. M-mereka membawa baju bayi dan selimut yang lucu-lucu. Mereka s-senang sekali, karena cucu pertamanya a-akan segera lahir.”

Yeonjun langsung meraih Karina ke dalam dekapannya, dan tangisan istrinya itu kembali terdengar. Ternyata itu alasannya. Pantas saja Karina sampai sebegini sedihnya.

Dalam hati Yeonjun jadi merasa bersalah. Sebab awalnya ia mengira Karina menangis karena baper setelah menonton film bersamanya. Makanya ia santai-santai saja.

Dulu pas mood swing-nya masih parah, pernah kejadian Karina menangis tersedu-sedu hanya karena menonton film, dan ajaibnya itu adalah film horor. Katanya kasihan sekali melihat setannya dipulangkan paksa ke neraka dan tidak bisa menghantui manusia lagi.

Ada-ada saja memang.

“Yang, begini saja. Sekarang kan hari jum’at, aku janji akan pulang cepat. Nanti sore kita pulang kampung ya? Mau kan?”

Di dada bidang itu Karina mendongak. “Kau mau menemaniku mengunjungi orangtuaku, Mas?”

“Orangtuamu orangtuaku juga, Sayang. Sudah pasti aku mau. Nanti kau suruh orang saja untuk bersih-bersih dulu di sana. Bilang kalau kita mau datang. Lumayanlah sekalian healing kecil-kecilan di kampung, menjauhkan diri dari hingar bingar perkotaan.”

Karina mengangguk setuju.

“Ya sudah, kamu jangan sedih lagi.” Yeonjun mengusap wajah yang penuh air mata dan ingus itu, lalu mencium singkat keningnya. “Kita tidur lagi sekarang ya?”

“Iya, Mas.”































.

.

.

“Jadi begitu?”

Sambil mengunyah daging, Jennie mengangguk menanggapi pertanyaan suaminya. “Tadi di kantor aku sempat ke ruangannya Yeonjun, dan di sana hanya ada Chaewon yang sedang mengerjakan beberapa desain. Katanya Yeonjun pulang lebih awal karena mau menemani Karina pulang kampung.”

“Kasihan Karina. Pasti sedih sekali rasanya, apalagi sebentar lagi dia akan melahirkan.”

“Iya. Di telpon juga tadi Yeonjun bilang kalau semalam Karina menangis terus.”

“Mah, Pah,” Ningning yang dari tadi fokus pada isi piringnya kini bersuara. “Aku punya usul, bagaimana kalau nanti kita buat acara dinner kecil-kecilan di sini. Ajak Kak Yeonjun sama Kak Rina juga. Tak perlu mewah, yang penting kebersamaannya.”

Binar setuju sontak ditunjukkan pasutri itu. Semenjak Yeonjun menikah dan Ningning yang juga sibuk melanjutkan studinya, rumah ini terasa sepinya. Tak jarang Jennie dan Taehyung hanya makan malam berdua saja dalam kesepian.

Hamil || YeonRina [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang