Prolog

2.9K 228 16
                                    

Deretan gedung bertingkat berdiri kokoh di tengah pusat kota Kyoto, Jepang. Pendar lampu cahaya malam warna warni menghiasi bersama dengan bisingnya suara khas kesibukan kota.

Lalu lalang mobil melintas cukup lenggang ditemani cuaca yang cukup dingin kala musim hujan melanda negeri sakura tersebut. Beberapa kedai dipenuhi penduduk yang mencari kehangatan dalam secangkir kopi maupun teh. Dan tidak jauh dari sana terdapat sebuah hotel mewah yang berdiri megah, Grand Kyoto Hotel adalah hotel bintang lima ternama di kota tersebut. Segala macam bentuk kegiatan ada disana mulai dari bisnis, kuliner, fashion, dan bahkan hanya untuk sekedar healing dari dunia fana.

Seperti saat ini tampak tiga orang pria baru saja keluar dari sebuah ruangan khusu meeting VIP. Tampilan mereka begitu formal dengan wajah serius penuh tekanan. Yang satu memiliki rambut kuning jabrik dengan bola mata biru yang menggemaskan. Sementara yang satunya memiliki rambut hitam yang menutup separuh wajah yang sepertinya cukup tampan namun misterius. Sementara pria ketiga adalah seorang pria paruh baya yang tampaknya adalah manager hotel tersebut.

"Terima kasih banyak Tuan Uchiha dan Tuan Uzumaki atas kerja samanya. Kami sangat berterima kasih pada Tuan-tuan dan kami akan selalu memberikan yang terbaik." Ucap sang manager hotel sambil membungkuk saat mereka berhenti di depan lift.

Pria berambut kuning mengangguk, "Sama-sama Tuan Takeshi." Sementara pria berambut hitam hanya membalas dengan anggukan.

"Sudah hampir malam, apa ada yang kalian butuhkan? Atau sesuatu untuk dilakukan? Katakan apapun akan kami berikan pada kalian." Takeshi di manager hotel menawarkan pelayanan terbaik mereka.

Pria berambut hitam langsung melirik sekretarisnya si pria berambut kuning. Dan pria berambut kuning pun langsung mengerti maksudnya.

Pria rambut kuning itu mendekat lalu menepuk bahu si manager. "Tuan Takeshi, Aku yakin Tuan Uchiha akan sangat senang jika malam ini ada pemanis ruangan di kamarnya.." Ucapnya dengan senyuman penuh arti.

Tuan Takeshi pun langsung mengerti apa maksudnya. "Ah, soal itu tentu kami sudah menyiapkan untuk anda. Salah satu bibit unggul yang sudah di seleksi sebaik mungkin."

"Kalau begitu aku tak ingin menunggu lama, antar ke kamarku segera." Perintah Tuan Uchiha.

Tuan Takeshi mengangguk, "Akan segera kami antar Tuan, dan kami juga sudah menyiapkan untuk anda Tuan Uzumaki.. "

"Ah tidak perlu, aku hanya ingin minuman terbaik di hotel ini.. " Ucapnya sambil terkekeh malu dan mengusap bagian belakang kepalanya.

Disaat yang sama pun pintu lift terbuka.

"Baiklah, saya mengerti. Kalau begitu selamat malam Tuan-tuan. Selamat beristirahat.."

🌸🌸🌸

Pria berambut hitam duduk sambil meneguk minuman di tangannya, ditemani pria rambut kuning yang juga ikut minum bersamanya. Mereka sudah melepas jas dan dasi yang tadi dipakai, kini mereka hanya mengenakan kemeja yang kancing atasnya terbuka. Mereka berada di Presidential Room, yang merupakan kamar dengan fasilitas terbaik di hotel Grand Kyoto. Terdapat ruang tamu, ruang makan, dapur, dan balkon dengan pemandangan yang cukup memukau. Kamar tidurnya pun memiliki ranjang King Size yang cukup untuk membuat tidur anda serasa di surga.

"Sasuke, apa kau tidak ingin mencari pasangan hidup? Dari pada bergonta-ganti wanita untuk ditiduri terus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sasuke, apa kau tidak ingin mencari pasangan hidup? Dari pada bergonta-ganti wanita untuk ditiduri terus." Tanya pria berambut kuning pada bosnya.

"Aku lebih suka seperti ini, tidak ada tuntutan tapi aku bisa meminta kepuasan." Jawab pria berambut hitam bernama Sasuke itu.

"Memangnya kau tidak ingin menjalin sebuah hubungan dengan seorang wanita? Seperti aku dan Hinata. Aku rasa kau sudah membutuhkan wanita yang harus selalu ada untukmu Sasuke.."

Sasuke menggeleng, "Menjalin hubungan dengan wanita adalah hal yang merepotkan dan buang-buang waktu. Aku terlalu sibuk untuk itu. "

Tak lama kemudian bel pintu kamar berbunyi, Naruto si rambut kuning pun dengan sigap beranjak membuka pintu.

"Selamat malam, benar ini kamar Tuan Uchiha Sasuke?" Seorang pria mengenakan jas hitam bertanya dengan ramah, di sebelah kirinya berdiri seorang wanita cantik yang hanya diam dan memperhatikan Naruto.

"Ya benar, silakan masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ya benar, silakan masuk. Beliau sudah menunggu.." Ucap Naruto. Kemudian sang pria tadi berjalan di belakang Naruto bersama wanita cantik itu.

Naruto menghampiri Sasuke yang masih duduk santai di sofa, "Sasuke, ini dia... "

Selamat malam Tuan Uchiha, "Inilah wanita pilihan kami yang sudah kami seleksi dengan sangat hati-hati. Dia salah satu yang termahal di kelasnya.." Pria berjas hitam mempersilakan wanita cantik itu untuk berdiri di hadapan Sasuke.

"Selamat malam Tuan Uchiha, perkenalkan namaku Haruno Sakura, usiaku dua puluh enam tahun, saya lulusan sastra inggris universitas Kyoto."

Sasuke mengernyitkan dahi sejenak. Sementara Naruto terkejut sambil menaikkan kedua alisnya.

"Apa anda kurang berkenan dengannya Tuan Uchiha? Jika iya kami masih ada yang lain yang tak kalah unggul. " Tanya sang pria berjas dengan hati-hati.

"Tidak, pilihan kalian tepat. Kau bisa tinggalkan kami sekarang." Jawab Sasuke dengan wajah datarnya.

"Baik Tuan, kalau begitu saya permisi.." Sang pria berjas pun pamit.

"Aku juga akan ke kamar, kalian bersenang-senanglah.." Ucap Naruto sambil beranjak pergi meninggalkan kamar.

Kini hanya tinggal Sasuke bersama wanita bernama Haruno Sakura itu, sejenak Sasuke memandangnya. Parasnya memang begitu cantik tanpa celah, sorot bola mata berwarna hijau zamrud yang cerah mampu membius siapa saja yang melihatnya. Untaian rambut merah mudanya pun menjadi pemanis yang menambah keindahannya. Tubuhnya mungil dan meliuk di pagian pinggang dan pinggul, tinggi dan langsing, kulitnya putih dan mulus bagaikan porselen.

Sejenak mereka saling pandang dalam diam, seperti membatin satu sama lain. Dua pasang mata dengan sorot berbeda itu bertemu dan menimbulkan gejolak getaran dalam dada. Membuat keduanya seketika merasa sedikit gugup dan bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya.

.

.

.

Segitu dulu aja ya prolognya, dan kita pantau dulu ya seberapa greget votenya wkwk..

We Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang