15. Sisi Lain

793 115 9
                                    

Suasana kantor kepolisian Tokyo saat itu tampak sepi. Hanya terlihat beberapa aktifitas normal sebagaimana mestinya, Sai tampak keluar dari ruangan kemudian berjalan lurus ke depan. Menghampiri seorang pria yang duduk putus asa dengan kedua tangan yang di borgol. Sai menatap pria itu dengan tajam sambil bersedekap, mulutnya diam seribu bahasa namun sorot matanya begitu menyiksa.

"Bagaimana?" Pertanyaan itu dilontarkan Sai pada salah seorang anak buahnya yang baru saja berdiri tepat di sampingnya.

"Sudah dipastikan pelakunya komandan, semua bukti sudah diterima. Pria ini juga sudah mengakui perbuatannya." Jawab anak buah Sai yang memiliki rambut cepak.

Sai terdiam sejenak, menatap pria itu secara terus menerus. Entah apa yang ada dalam pikirannya, tetapi wajah murung pria pelaku pencurian tas itu cukup menarik simpatinya.

"Bawa dia ke ruanganku, sebentar lagi korbannya akan tiba dan mereka meminta bertemu dengan pelaku." Perintah Sai.

Satu jam kemudian Sakura datang bersama Sasuke, mereka sudah membuat janji sebelumnya dengan Sai. Dan saat ini keduanya berada di dalam ruangan kepala polisi itu.

Sasuke berdiri menatap pria yang duduk di bangku berjarak tiga meter di depannya. Ia tak mengatakan apapun, namun sorot matanya begitu mengintimidasi sehingga membuat pria yang duduk itu terus menundukkan kepalanya. Sementara Sakura duduk di kursi yang berada di hadapan meja kerja Sai.

"Divisi kami sudah memeriksanya, dia sudah melalui proses introgasi dan telah terbukti mencuri tasmu Sakura-san." Ucap Sai, matanya tak lepas menatap tersangka yang sejak tadi duduk putus asa.

"Kalau begitu tunggu apa lagi, penjarakan saja dia." Ucap Sasuke.

"Tunggu, boleh aku bicara dengannya sebentar?" Sakura bertanya pada Sai.

Sai pun mengangguk, "Tentu saja."

Sakura bangkit lalu menyeret kursinya mendekat pada pria tersangka itu. Kemudian wanitu itu duduk di hadapannya.

"Siapa namamu?" Tanya Sakura dengan nada tegas.

"Na-namaku Hayate.." Jawab pria itu.

Sakura menatap pria itu dengan wajah datar, hampir sama datarnya seperti wajah Sasuke. "Jadi benar, kau yang mencuri tasku waktu itu?"

Pria bernama Hayate itu menunduk lesu, "Itu benar nona." Ucapnya lirih.

"Kenapa kau mencurinya? Kau tau betapa kesulitan aku setelah kau kehilangan tasku? Aku tidak bisa membayar sewa apartemen, aku kehilangan gaji pertama dan terakhirku, ditambah aku harus bertahan hidup dengan cara berhutang pada orang lain. Teganya kau!" Sakura sedikit kehilangan kesabaran.

Pria bernama Hayate itu terdiam sejenak, ia tampak sangat merasa bersalah dan menyesal. "Aku benar-benar minta maaf nona, aku berjanji akan mencari gantinya untukmu. Semua uang itu, akan aku cicil sampai lunas.. Tapi kumohon jangan penjarakan aku, aku tidak bisa.."

"Hn, kau pikir bisa melakukan hal semacam itu? Jangan seenaknya kalau bicara.." Sasuke menanggapi.

"Kau gunakan untuk apa uangku?" Tanya Sakura lagi.

"Soal itu.. Maaf, aku tidak bisa bilang.." Jawab Hayate.

"Jika tak mau bilang aku akan meminta mereka mengirim dirimu ke penjara terburuk di dunia ini." Ancam Sakura tegas, Sasuke pun terus memperhatikan dengan seksama.

Hayate langsung ketakutan, "Jangan! Jangan nona kumohon, aku punya anak yang masih kecil dan dia sedang sakit.."

Raut wajah Sakura pun berubah seketika, "Anak? Berapa umur anakmu? Dia sakit apa?"

We Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang