Sasuke mengemudikan mobilnya membelah jalan raya yang masih cukup ramai. Kedua bola mata onyxnya menatap tajam ke depan namun pikirannya tampak tak tenang. Memikirkan apa yang baru saja terjadi, dia tak mengerti kenapa tiba-tiba Sakura berubah drastis padanya. Padahal ia berniat baik ingin membantu wanita itu dengan tulus, tetapi entah setan apa yang merasuki Sakura hingga membuatnya menjadi begitu menyebalkan.
Sesaat emosinya mereda ketika sekilas adegan bercinta mereka berdua semalam terlintas di kepala Sasuke. Aliran darahnya berdesir di dada saat mengingat wajah cantik jelita yang begitu mempesona tengah mendesah nikmat di bawah kuasa tubuhnya. Sorot mata emerald nan teduh yang begitu membiusnya pun tak mampu hilang dari pikiran. Ia benar-benar terjebak dengan keadaan yang membuatnya jadi memiliki rasa peduli kepada manusia lain yaitu Sakura.
Segala sesuatu yang terjadi belakangan ini selalu berkaitan dengan wanita itu. Dan entah kenapa Sasuke selalu melakukan hal yang di luar kebiasaannya pada wanita itu. Seperti mengantar pulang, makan bersama, bahkan mengobrol secara intim. Semua hanya bisa ia lakukan dengan Sakura, seolah ia sudah kenal lama dengan wanita itu. Sasuke tidak pernah keberatan dengan hal-hal yang menyita waktu selama itu untuk Sakura, bahkan dia malah dengan senang hati melakukannya.
"Tcih! Kenapa dia selalu mengganggu pikiranku..?" Gumamnya.
Alih-alih pulang kerumah, Sasuke malah berbelok menuju restoran Diamond. Entah apa yang pria itu pikirkan saat ini, mungkin dia sudah sangat lapar dan tidak tau lagi mau makan dimana.
Setelah memarkirkan mobilnya Sasuke langsung menuju ke dalam restoran, ia duduk seorang diri di salah satu meja kemudian menatap sekeliling. Suasana restoran di malam hari memang tidak terlalu ramai. Dari jarak beberapa meter ia bisa melihat Gaara yang tampak masih melayani para pelanggan dengan gayanya yang keren di area bar.
Seorang pelayan wanita datang menghampiri, Sasuke melihat tanda pengenal di seragamnya yang bertuliskan nama Mei.
"Se-selamat malam tuan, mau pesan apa?" Mei tampak gugup karena ia tau siapa yang sedang ia layani.
Sasuke melihat buku menu satu persatu, kemudian pilihannya tertuju pada satu cangkir hot vanilla latte. Bukannya memesan makanan, pria itu malah minum kopi sendirian.
Mei pun mencatat pesanan kemudian bergegas menuju dapur. Sesaat ia merasa gugup, ingin rasanya mengirim chat pada Sakura tapi ini masih jam kerja.
Tak lama kemudian Ayame keluar dari ruangan, ia tampak terkejut melihat Sasuke dari kejauhan. Tidak biasanya pria itu datang ke tempat seperti ini seorang diri. Akhirnya ia memutuskan untuk menghampiri dan menyapanya.
"Hai, Sasuke.." Ayame tersenyum manis.
"Aa, Ayame."
"Kau kesini sendirian? Apa kau sedang ada janji dengan seseorang?" Ayame bertanya sambil duduk di hadapan Sasuke tanpa izin.
"Tidak, aku hanya ingin minum kopi sebentar." Jawab Sasuke.
"Ah, begitu. Kau tampak sangat lelah, apa semua baik-baik saja?" Tanya Ayame, nada bicaranya sengaja dibuat lembut.
"Aa, tidak ada masalah." Jawab Sasuke lagi, sejak tadi pria itu fokus dengan ponselnya.
Tak lama kemudian Mei datang membawa secangkir vanilla latte panas dan meletakkannya di meja Sasuke. Sekilas matanya melirik ke arah Ayame yang sedang duduk sambil senyam senyum di hadapan Sasuke. Sejujurnya Mei ingin sekali mengumpat pada bosnya itu tapi apa daya hanya senyum palsu menggelikan yang bisa ia berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Never Know
FanfictionKehidupan pahit yang Sakura jalani sejak kecil memanglah tidak mudah, ia harus bergelut dengan nasib ditengah hiruk pikuknya dunia. Namun, takdir kelamnya itulah yang telah mempertemukannya dengan seorang pria kaya raya yang jatuh cinta padanya. Mam...