Bab 5

440 32 54
                                    

"Ayah?"

"Sstt, heum? Kenapa sayang?"

Jihoon mengusak lembut surai Junkyu.

"Ayah jangan ninggalin Ajun lagi" ucap Junkyu memohon.

Jihoon terdiam. Memang benar salah dirinya karena harus meninggalkan putra kesayangannya ini. Sebenci itukah orang tua Jihoon pad anak anak Jihoon?

Iya, Jihoon sadar mereka bukan anak kandung Jihoon. Tapi bukan berarti mereka harus tersiksa seperti ini kan? Hanya karena Jihoon selalu membantah menjadi penerus perusahaan ayahnya, anak anaknya jadi sasaran.

"Iya sayang, ayah akan selalu disini sama kakak sama adek" jawab Jihoon dengan senyum tulusnya.

Junkyu melirik adiknya yang tidur di sofa. "Adek masih kecil. Maaf udah nitipin adek ke temen ayah. Junkyu enggak bermaksud, Junkyu cuman enggak mau adek kena juga. Cukup Junkyu aja ayah," ucapnya.

Jihoon menggeleng, ia mengusak lembut surai Junkyu. "Anak ayah hebat, hebat sekali. Di sat situasi kayak gini, kakak masih sempet ngelindungin adek. Ayah bangga sekali sama kakak" tutur Jihoon lembut.

"Oh iya, sekolahnya gimana? Lancar hm? Ada sesuatu yang terjadi enggak? Ayah siap mendengarkan semua cerita kamu"

Junkyu terdiam. "Kalo Ajun cerita, Apa ayah enggak marah?" Tanya Junkyu.

"Enggak sayang, ayah bakal marah kalo kakak bohong sama ayah. Makannya, jujur oke?"

Junkyu mengangguk. "Junkyu udah enggak sekolah, Grandpa bilang percuma sekolah kalo nilai Junkyu enggak seratus. Grandpa pukul Junkyu waktu Junkyu kaish kertas ujian Junkyu ke Grandpa. Nilainya katanya kecil" jelas Junkyu.

Jihoon terkejut? Jelas. "Kenapa gitu? Ini enggak bisa ayah biarin, ayah sekolahin kakak itu karena ayah pengen kakak lulus dan masuk universitas yang kakak mau. Bukan malah di siksa kayak gini" ucap Jihoon tak terima bahwa anaknya di perlakukan seperti itu.

Jihoon berdiri dari duduknya.

"Ayah mau kemana? Disini aja, Ajun takut Grandpa.."

"Tunggu disini, ayah enggak lama kok. Tenang ya?"

Junkyu menggeleng. "Jangan kekerasan ayah. Nanti ayah di pukul, Ajun tidak mau"

"Tidak akan. Percaya sama ayah, oke boy?"




























































PLAK!

"Anak sialan. Kamu lebih milih anak anak enggak guna itu di banding sama orang tua kamu sendiri?" Sarkas Hanbin.

Jihoon mengusap kasar sudut bibirnya yang agak sedikit robek akibat tamparan tersebut.

"Ayah sebut kayak gini didikan? Ayah ngedidik anak anak aku dengan cara kekerasan?" Tanya Jihoon dengan penuh amarah.

Hanbin berdecih. "Tentu saja! Ini didikan pantas untuk nya."

"APA AYAH GILA?!"

BUGH!

DUAKH!

"A-akhh..."

"MAS HANBIN!"

Rose berlari menghampiri Jihoon, memangku kepala putranya lalu memeluknya.

"Cukup mas, cukup. Untuk kali ini, aku di pihak Jihoon. Ini keterlaluan, jangan Jihoon juga mas. Dia anak aku! Jangan pernah kamu sentuh Jihoon lagi!" Bentak Rose.

Father's Great Children [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang