Bab 3

414 35 62
                                    

Sudah 1 bulan ini Junkyu dan si kecil Doyoung tinggal bersama Rose dan Hanbin. Mereka tidak bahagia sama sekali, Junkyu selalu menderita.

Terkadang, Hanbin selalu memukulnya kalau dirinya tidak mendapatkan nilai sempurna. Jihoon tidak pernah menuntut nya sama sekali, tetapi ayah Jihoon selalu menuntutnya untuk mendapatkan nilai sempurna. Kenapa? Kenapa harus di tuntut seperti ini?

Doyoung yang hanya bocah biasa tak mengerti apa apa, dirinya hanya tau kalau sang kakak itu di pukuli dan dirinya tidak tau penyebabnya. Terkadang, Doyoung suka keceplosan mengadu pada Jihoon namun berakhir Junkyu membungkam mulut sang adik.

Jihoon meski heran, tapi ia positife thingking karena ia pikir pasti anak anaknya bahagia kan?

Saat ini, Junkyu berada di halaman belakang rumah menemani Doyoung bermain ayunan. Junkyu sudah jarang masuk sekolah karena Hanbin menyuruhnya berhenti. Bagaimana jika ayahnya tau? Huh, Junkyu tidak tau harus bagaimana.

"Kakak, Dobby mau ke lumah om Sukkie," ucap Doyoung.

Namun Junkyu tak merespon. Merasa tidak di respon, kaki mungil Doyoung berusaha naik ke pangkuan sang kakak. Sampai dirinya sudah duduk di pangkuan sang kakak, Doyoung menepuk bahu Junkyu membuat lamunan anak itu buyar.

"Eh? Kenapa? Adek mau apa hum?" Tanya Junkyu.

"Mau ke lumah om Sukkie"

Ke rumah Hyunsuk ya? Bukannya Junkyu tidak mau, tapi resiko meminta izinnya itu..

"Oke. Sebentar ya, kakak minta izin Grandma sama Grandpa dulu"

Si kecil mengangguk. "Humm!!"























Plak!

"Sshh.."

Junkyu meringis sudah dua kali tamparan mendarat di pipi mulusnya hanya karena dirinya meminta izin untuk keluar sebentar.

"Enggak usah bikin malu. Kalo mau keluar, jangan sampe kamu ngadu. Paham?" Tajam Hanbin.

BUGH!

"PAHAM?!"

"I-iya, p-paham g-grandpa.."

Junkyu langsung berlari meninggalkan tempat itu, menggendong Doyoung dan membawanya keluar.






































"Uhh, pusing.."

Doyoung menatap kakak nya. "Kakak? Kakak sakit? Kok badan kakak panas si? Kakak ndaa mam es klim kan?"

Junkyu tersenyum. "Enggak kok, bentar lagi nyampe nih ke rumah om Hyunsuk, adek mau main dulu disana atau ikut kakak kerja?"

"Mau sama om Sukkie"

"Oke."

Semenjak tinggal bersama orang tua Jihoon, Junkyu tidak pernah di biayai. Dia di tuntut akan nilai, di jadikan layaknya pembantu di rumah. Junkyu kira, meski dia pembantu tapi uang bulanan untuk belanja tetap dari mereka.

Nyatanya, Junkyu harus kerja dulu. Cih.

Setelah tiba, mereka langsung mengetuk pintu rumah Hyunsuk dua kali hingga sang pemilik rumah muncul.

"Eh? Kalian udah lama enggak keliatan ya, ya ampun Dobby om kangen banget sama kamu, makin wangi aja," ucap Hyunsuk.

Junkyu tersenyum. "Titip Dobby ya om, Ajun mau, anu mau ada iya ekstrakulikuler Basket. Nanti sore Junkyu jemput"

Hyunsuk mengangguk, ia mengusak lembut surai Junkyu. "Hati hati ya, nanti kalo ada apa apa kesini aja jangan sungkan"

"Oke om suk"


































Father's Great Children [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang