Motor Junkyu sudah memasuki area rumahnya. Junkyu turun dari motor, dan berjalan perlahan memasuki rumah. Di wajahnya ada beberapa luka karena Junkyu habis bertengkar.
Ceklek.
Pintu terbuka tiba tiba saat Junkyu mau memegang kenop pintu itu. Mashiho pelakunya.
"Ada apa?" Tanya Junkyu heran.
"Ada yang mau ayah kamu omongin, sana masuk." Titah Mashiho.
Junkyu mengangguk, ia langsung masuk dan orang yang ia lihat sekarang ini, Jihoon, Jaehyuk dan Hyunsuk yang sedang duduk di sofa ruang tamu.
Junkyu menghampiri Jihoon, mendudukkan dirinya di sebelah Jihoon. Ia menyandarkan punggungnya ke dada bidang Jihoon, Jihoon tau putranya lelah jadi seenggaknya elusan dia bisa bikin Junkyu nyaman.
"Ayah mau ngomong sesuatu?" Tanya Junkyu.
Jihoon mengangguk. "Tapi ayah enggak yakin," jawab Jihoon. Memang agak ragu baginya untuk mengatakan hal ini.
"Memang nya apa ayah? Ayah marah sama Ajun soal tadi?" Tanya Junkyu lagi.
Jihoon tersenyum. Ia mengusap usap lembut pipi Junkyu yang benar benar banyak sekali goresan disitu.
"Ayah ada kerja dadakan di Jepang. Dan Project nya gabisa di wakilin. Tapi ayah gabisa ninggalin anak anak ayah berdua aja di rumah," jelas Jihoon.
Benar. Saat Hyunsuk mengusulkan sebuah prank pada Jihoon, tiba tiba sang ayah menghubungi Jihoon dan meminta Jihoon untuk ke jepang mengurus pekerjaan disana selama 8 bulan kedepan. Awalnya Jihoon menolak keras karena tidak mau meninggalkan anak anak manisnya apalagi mereka masih di bawah umur.
Tapi, Hyunsuk, Jaehyuk dan Mashiho meyakinkan Jihoon dan dari sana Jihoon tergerak untuk mengikuti kemauan ayah nya.
Junkyu bangun dari bersandarnya. Ia menatap lekat manik Jihoon. "Enggak kok, yah. Ayah kalo mau kerja gapapa kerja aja, Ajun bisa kok jaga adek," ucap Junkyu seraya meyakinkan Jihoon.
"Tapi kamu kan sekolah, sedangkan adek ga ada yang jagain nanti. Mau ke rumah Grandpa sama Grandma aja?" Tawar Jihoon.
Junkyu terdiam. Grandpa Grandma nya ya? Orang tuanya Jihoon? Bukannya Junkyu tak mau, tapi..
"Gapapa kok, boleh deh ehe. Nanti Ajun disana bakal jadi anak baik," jawab nya dengan cepat membuat Jihoon langsung yakin.
Jihoon kembali mengusap pipi Junkyu. "Ayah kan pernah bilang, ayah enggak suka liat muka kakak lecet lecet," ucap Jihoon lembut.
"Ayah juga kan minta kalo pulang jangan bawa luka, sekarang malah lecet lecet gini." Lanjutnya.
"Ini enggak sakit kok yah"
"Iya. Sini, ayah obatin"
"Adek jangan nakal ya? Nurut sama Kakak nya, sama Grandma, sama Grandpa juga," tutur Jihoon lembut.
"Tidak nakal, tidak jahat. Ayah halus pulang cepet bial Dobby dapat es klim banyak ya!!" Seru nya antusias.
Jihoon terkekeh. Ia mengusak lembut surai Junkyu dan Doyoung lalu mengecup sayang puncak kepala mereka. "Ayah pamit ya? Bunda, ayah. Ji titip anak anak, Ji. Tolong di rawat, dan di sayang dengan baik. Ji pamit"
"HATI HATI AYAHHH!!!"
PRANG!
"ANAK SIALAN SINI! BERSIHIN INI CEPET!" Titah Rose.
Junkyu mengangguk, ia langsung mempercepat gerakannya untuk membersihkan pecahan piring itu.
Junkyu kira, orangtua Jihoon akan baik padanya, tapi nyatanya? Cih.
PLAK!
"CEPET SIALAN."
"I-iya Grandma sebentar"
Junkyu dengan telaten agar tangannya tak terluka.
"Kakak sedang ap—"
"Jangan kesini adek, ada pecahan nanti kaki nya luka" perintah Junkyu.
Si kecil hanya mengangguk. Doyoung melihat tangan kakaknya yang tanpa sadar sudah mengucur darah akibat satu beling menancap di jari kakaknya.
"Kakak beldalahh obatin dulu, Dobby mau bantuu~"
Junkyu menatap Doyoung lalu tersenyum. "Kakak bisa sendiri, Dobby mending nonton YouTube gih di kamar pake ponsel kakak"
"Heum, mau nonton pololo, tapi pololo nya ga selu, jadi Dobby mau nonton lubby saja," ucap Doyoung kemudian berlalu pergi meninggalkan Junkyu sendiri.
Setelah selesai, Junkyu langsung mengambil tissue dan mengelap tangannya yang sudah berdarah itu.
Dddrrrt...
Junkyu melirik ke belakang, mendapati sang adik yang berlari menghampirinya.
"Kakak! Kakak! Ayah pidio koll"
Junkyu terkekeh. "Video call, bayii"
Doyoung tertawa kecil. "Hihi iya pidio kol" jawabnya lagi.
"Karepmu."
Junkyu langsung menekan tombol hijau, dan dapat di lihat wajah Jihoon dari sebrang sana.
"Ayah!! Dobby linduu sekalii sama ayah, ayah kapan pulang?" Tanya Doyoung.
"Baru juga tadi pagi berangkat, gimana si kamu," jawab Junkyu.
Jihoon terkekeh disana. "Anak ayah kangen hm? Junkyu udah makan sayang? Dobby juga udah? Kalian disana baik kan? Orang tua ayah ngerawat kalian dengan baik kan?"
Junkyu di serbu ribuan pertanyaan oleh Jihoon. Namun dirinya hanya bisa mengangguk.
"Tangan kakak beldalah ayah, tadi kakak di malahin glandma suluh belsihin pecahan piling" adu Doyoung.
Junkyu meneguk ludahnya kasar. Iya si, memang benar, lagi pula toh anak kecil tak mungkin berbohong. Tapi, KENAPA HARUS JUJUR?
"Lho? Grandma marahin kamu? Kenapa sayang? Coba cerita ke ayah dikit dikit biar nanti ayah ngomong sama Grandma"
"Enggak! Gapapa ayah sungguh, Ajun gapapa. Adek tuh ngarang, orang tadi kakak enggak sengaja nyenggol piring terus pecah, makannya Grandma marah soalnya itu piring kesayangannya" jelas Junkyu.
Maaf, harus bohong ayah.
Jihoon menggelengkan kepalanya. "Ada ada aja kamu, udah di obatin? Ini udah malem, ayah tutup ya? Biar kakak sama adek bisa istirahat, itu lukanya nanti di obatin ya sayang. Good night anak anak ayah, sweet dreams boy."
"Too ayah.."
Tut.
Junkyu menatap adiknya.
"Bobo yuk? Puk puk deh sama kakak" bujuk Junkyu.
"Mauuu~"
Junkyu tertawa. "Haha, ayo ayo."
BYUR
Junkyu terkejut dan langsung bangun saat air dingin itu mengguruh tubuhnya.
"Bangun. Cuci baju sama beresin isi rumah. Inget, kalo sampe ada yang rusak. Abis kamu." Ancam Rose.
Junkyu mengangguk. "I-iya Grandma.."
Prang.
"SIALAN UDAH SAYA BILANG JANGAN ADA YANG RUSAK!"
PLAK!
BUGH!
"Sshh... M-maaf Grandma.."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Father's Great Children [END]
FanficKisah Park Junkyu yang beruntung memiliki seorang ayah seperti Park Jihoon. Dirinya dan adiknya Park Doyoung di rawat dengan baik, meski bukan anak kandung dari Jihoon. Namun kebahagiaan itu terjadi hanya sebentar karena sang ayah, Park Jihoon tiba...