[5] ; Memory in a Dream

268 36 2
                                    

Sepanjang mata memandang, Scaramouche merasa tidak asing dengan tempat yang ia singgahi saat ini. Pemandangan, udara, maupun suara bising dari banyaknya manusia dan kendaraan disana, ia merasa dejavu.

Namun ia tidak mengerti kenapa suasana disana begitu tidak asing. Seolah ada hal yang tertinggal dalam memori terdalamnya hingga membawanya ke tempat kumuh itu.

Matanya menelisik keadaan, mengamati jalanan dan perumahan-perumahan tua yang terlihat seperti akan roboh di sana.

District X.

Papan itu tertulis di ujung jalan dengan tulisannya yang hampir saja memudar dan memiliki banyak coretan di sekitarnya.

Scaramouche mengingat kembali apa yang ia pelajari mengenai daerah-daerah yang tidak ia ketahui. Dan seingat nya, district X adalah district yang sudah lama mati akibat terjadinya serangan besar-besaran dari komplotan pembunuh bayaran.

Ia ingat dulu ada kisah terkenal di kalangan semua district yang menceritakan district X pernah menjadi markas sementara bagi para komplotan pembunuh bayaran yang disewa untuk menghabisi sebuah keluarga dari strata atas di district A, tempat para konglomerat dan orang-orang terpandang tinggal.

Hanya itu yang ia tau, karena data selebihnya hilang meninggalkan bekas robekan yang tidak pernah banyak orang tau apa lanjutan dari kisah itu.

Scaramouche melangkah lebih jauh, dan berhenti pada sebuah rumah susun di ujung jalan. Melihat lebih jauh, ia menemukan kalender yang menunjukkan jika saat ini adalah tanggal 14 tahun lalu.

Tanpa sadar, kakinya meneruskan langkahnya hingga berhenti dilantai 3 rumah susun itu. Hingga ia berhenti begitu mendapati sosok dua anak kecil yang tengah memunggunginya.

Nafasnya tercekat, ia mengenal baik salah satu diantara kedua anak didepannya, itu adalah dirinya ketika berusia 6 tahun.

Tapi ia tidak ingat siapa yang ada disebelahnya. Dan ia tidak ingat kenapa dia bisa berada di district X, karena setaunya ia tinggal di district C ketika masih kecil sebelum akhirnya pindah ketika berumur 8 tahun ke district B.

"Kuni, kenapa kau main kesini lagi? Kuni gak takut diomelin sama mamanya Kuni?" Anak di sebelah anak yang dipanggil dengan nama "Kuni" itu bertanya dengan wajah sedih dan takut.

Kuni terlihat menyadari ketakutan dari anak disebelahnya, tangan kecil itu terulur guna menggenggam erat tangan kecil milik sang lawan bicara.

Senyum hangat tercetak tulus untuk sang lawan bicara, "Mama gak bakal marahin Kuni. Sho tenang aja, ya? Kuni bakal jagain Sho."

Anak yang dipanggil "Sho" mengangguk kecil dengan perasaan sedikit lega. Melihat itu, Kuni menariknya dalam sebuah pelukan hangat yang menenangkan.

"Kuni janji, sampai kapanpun dan dimanapun Sho berada, Kuni bakal lindungin Sho. Kalaupun kita pisah nanti, Kuni akan cari Sho!"

Sho tersenyum senang meskipun air matanya mulai turun membasahi kedua pipi halusnya. Dengan pelan, Sho melepaskan pelukannya dengan Kuni, mengusap air matanya yang ada dipipinya sendiri.

"Kuni janji bakal cari Sho kalo kita terpisah?" tanyanya berusaha mendapatkan jawaban yakin dari yang lebih tua satu tahun diatasnya.

Kuni kecil mengangguk semangat dengan senyuman yang tidak pernah luntur ia tunjukkan untuk Sho. "Kuni janji! Kalo perlu, Kuni bakal keliling dunia buat cari Sho!"

Manik mata yang menunjukkan keraguan serta ketakutan itu mereda, tergantikan oleh binar secantik kelam malam yang bertabur bintang.

"Sampe luar angkasa?"

"Iya! Sampe luar angkasa juga."

"Sampe lubang tikus?"

"Iya! Sampe lubang tikus ju—EHH?! SHO GAK BAKAL MUAT TAU!"

Omega Kill . ABO [ScaraXiaoKazu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang