BAB 2: KISMIS

10 2 1
                                    

"Hei! Kamu!"

Merasa bukan dirinya yang tengah diteriaki, Ameer tetap bersenandung dalam tenang. Kembali membesarkan volume lagu yang tengah berputar di headset yang menancap pada telinga, lantas ia melanjutkan langkah menuju toilet.

Tuh cewek betulan kerja jadi Kang Gosok WC di kantornya Tama. Tempat tinggal pun, dia juga sudah disewakan apartemen oleh Tristan. Finally, Ameera bisa bernapas lega setidaknya untuk sekarang.

"Hei! Kamu yang bawa ember! Berhenti!"

Ameer mengerutkan alis. Apa-apaan sih! Sepagi ini, siapa yang sempetnya neriakin gue kalau bukan ....

"Euh, P-Pak Tama?"

Melangkah dengan kepongahan yang setinggi langit. Tama lantas melepas headset Ameer dan menunjuk seragam gadis yang tengah berdiri melongo menatapnya dengan sorot plonga-plongo.

"Sejak kapan jadi Tukang Gosok WC pakaiannya begini?"

"Maksud—"

"Ganti baju atau saya pecat?!"

Nggak pakai tedeng aling-aling, kalimat itu mulus keluar dari bibir Tama. Membuat Ameer makin mengerutkan alisnya bingung. Dan sepersekian detik kemudian, Ameer sudah digeret oleh Tama menuju pantry yang tak jauh dari sana.

Ucup, si tetua bagian staf kebersihan yang baru saja kelar bikin kopi, hampir keselek ludahnya sendiri karena mendapati bosnya yang tiba-tiba muncul di hadapan. Mana nggak sendiri, pula. Ada Ameer yang bersembunyi sambil meringis di belakangnya.

"Eh, S-SELAMAT P-PAGI PAK T-TAMA—"

"Ucup, keluar."

"Eh, oh, anu—"

"Saya bilang, KE-LU-AR. Tuli, kuping kamu? Hah?"

"B-baik Pak!" Ucup buru-buru membawa kopinya dan ngacir pergi. Sebelum menutup pintu, tuh cowok sempat-sempatnya berkata, "Meer, k-kopi lu yang a-ada di meja ye."

Ameer mengacungkan jempol dan mengucap terima kasih tanpa suara. Kalau di depan Tama, nyaris semua pegawai memang normalnya pada jiper berjamaah. Gimana nggak keder coba, kalau peringainya galak banget kayak anjing breeder?

BLAM!

Dan pintu kemudian dibanting keras oleh Tama. Kini, kepergian Ucup menyisakan Tama dan Ameer di dalam pantry, hanya berdua saja.

Sebelum tuh cowok angkat bicara, Ameer sudah duluan ngomong,

"Pak, kalau menurut Anda baju ini kekecilan di badan saya, masalahnya ... kata Ucup stock-nya tinggal ini doang Pak!" seru Ameer sambil berusaha menghindari tatapan Tama yang seolah ingin memangsanya hidup-hidup.

Dih, ngeri bor. Bentukan Tama beneran 3G kalau kata Ameer mah, alias Ganteng Ganteng Galak.

Dari dulu, sebagai atasan killer, Tama paling anti dengan pegawai yang berpakaian tidak sesuai ukuran. Selain merusak pemandangan mata, bagi Tama hal itu bisa menuai fitnah di lingkungan kerja.

Tapi di sini Ameer juga nggak bohong, karena kata Ucup seragam staf OB dan OG memang tersisa dua potong. Satu ukuran Small, dan satu Medium. Berhubung Ameer nggak pengin tubuhnya makin ngefit kayak lepet jajan pasar, dia ambil ukuran Medium. Sesuai seperti ukuran pakaian yang biasa ia gunakan sehari-hari.

"Itu kekecilan. Pakai ini," ujar Tama ketus. Melemparkan buntelan kaus hitam yang entah dari mana asalnya, dan langsung ditangkap Ameer dengan gesit. "Nggak sesuai di badan kamu."

"Nggak usah Pak. Lagipula seragam saya nyaman-nyaman aja. Nggak sesek atau yang gimana-gimana kok!" tolak Ameer mentah-mentah. Buru-buru memberikan kaus itu langsung ke tangan Tama tanpa permisi.

Meer, Mau Ya Jadi Mamanya Cia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang