Setelah kehebohan di restoran...
"Haatchi!!!" Jaeyun bersin dengan kencang.
"Lah, lo sakit?" tanya Euijoo. "Tapi lo nggak pucat."
"Nggak tahu. Kayaknya ada yang ngomongin gue deh. Kuping gue juga panas." jawab Jaeyun. "Eh, Nico, maaf ya soal gue marah-marahin temennya si Taehyun di kasir..."
"Gue tahu ini hari yang berat dan agak aneh buat lo," kata Nicholas, "Tapi tenang aja, gue nggak akan bilang ke Baba. Cuma besok lo harus kerja lebih serius ya, Jaeyun."
"Makasihhh banyaaak sobat guee!!" Jaeyun memeluk Nicholas kemudian ia segera melepaskannya saat Euijoo datang. Walaupun pemuda itu bukan tipe pencemburu, tapi Jaeyun masih menghargai perasaan Euijoo sebagai kekasih Nicholas.
"Jadi kalian berdua mau makan bareng dulu?" goda Jaeyun.
"Orangtua Juju udah minta gue dateng terus, gue nggak enak kalau nunda lagi."
"Berarti udah kebelet tandanya."
"Apa sih?" wajah Nicholas langsung memerah. "Sana pulang, istirahat."
"Gue balik ya guys, sukses makan malemnya," pamit Jaeyun. Ia melambaikan tangannya pada dua temannya sebelum menghilang di pertigaan jalan.
Kekesalan Jaeyun jadi bertambah dua kali lipat saat mengingat lagi fakta kalau Heeseung yang jadi pemilik rumah baru.
Tapi apa daya, uang yang Jaeyun punya sekarang tidak akan pernah cukup untuk membeli rumah impiannya dalam waktu dekat. Malah yang harusnya dia pikirkan adalah permainan Kazuha yang tidak ada kelanjutannya.
Perlahan Jaeyun merelakan pengalaman ajaib yang ia lalui. Sekarang ia mencoba berpikir rasional. Dia tidak ingih menutup hari ulang tahunnya dengan bersedih hati.
Maka hal pertama yang Jaeyun lakukan adalah melewati jalan Maple untuk terakhir kali, merelakan rumah impiannya untuk ditinggali orang lain.
Sudah bertahun-tahun Jaeyun melewati rumah itu pagi sampai malam. Jalan yang tadinya gelap mencekam, sekarang jadi terang setelah lampu taman dari rumah Heeseung dinyalakan. Rumah itu jadi tampak lebih menonjol dibandingkan rumah di sampingnya.
Gue baru sadar halamannya
luas banget. Bisa dipake buat
pelihara banyak anjing...Jaeyun memberanikan diri berjalan pelan-pelan mendekati rumah itu. Ada suara barang-barang yang sedang dipindahkan oleh Heeseung di sana. Semakin dekat, Jaeyun bisa melihat dengan jelas kalau si pemilik rumah itu sedang kesulitan.
Rupanya Heeseung sedang memindahkan sebuah sofa tua yang berukuran sedang ke teras. Lelaki itu hendak menatanya di sana tapi ia mulai kelelahan saat mencoba mendorong sofa itu.
Heeseung terengah-engah karena kelelahan, ia juga menahan sakit di kaki karena sempat mendorong sofa itu dengan kakinya. Ketika ia sadar Jaeyun sedang melihatnya di depan, laki-laki itu langsung melambaikan tangan padanya, membuat Jaeyun jadi tidak bisa kabur dan menahan malu.
"Hei," sapa Heeseung. Napasnya masih terengah. "Rumah lo di deket sini?"
"Iya, cuma 500 meteran dari sini." kata Jaeyun.
Awalnya Jaeyun ingin langsung pergi tapi ada yang mengganggu pikiranya setelah melihat sofa itu lebih dekat.
Jaeyun merasa pernah melihatnya sebelumnya.
"Bahaya tahu dorong furnitur atau barang berat pakai kaki. Nanti otot lo sama pinggang lo sakit." tegur Jaeyun.
"Iya sih, harusnya gue dorong sofanya pakai tangan sambil jongkok." jawab Heeseung sambil berjalan menghampiri Jaeyun. Jarak mereka hanya dipisahkan pagar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
6 First Kisses ✔
Fiksi Penggemar∙ JAKE CENTRIC AREA ∙ Jaeyun belum pernah ciuman. Jangankan itu, pacaran aja belum pernah. Tapi di ulang tahunnya yang ke-20 sesuatu yang ajaib terjadi, 6 laki-laki bergiliran datang meminta perhatiannya bagai mimpi, dan waktu terasa bergerak mundur...