Okan meninggalkan meja makan dan berjalan cepat menuju pintu depan. Dia menyibak tirai jendela untuk memastikan dugaannya. "Itu beneran Bunda," katanya.
Aurel lemas seketika, tapi dia berusaha tampil kuat. Bundanya Okan bukan jenis mertua yang licik, culas, atau matre ala novel-novel platform. Hanya saja, hubungan Dian dengan Aurel tidak pernah benar-benar hangat. Barangkali karena cuaca Indonesia juga sedang dingin.
Kalau dirunut, sebenarnya dinginnya sikap Dian pada Aurel disebabkan oleh kekhilafan Aurel. Jika Pembaca Budiman sudah membaca Cowok Gue Tukang Ikan, pastilah tahu bahwa Aurel pernah meninggalkan Okan begitu saja demi si Andika kampret. Nah, hal itulah yang membuat Dian kesal. Walaupun setelahnya Aurel bertobat dan kembali ke jalan yang benar dan kembali pada Okan, Dian nyatanya masih menyimpan kekesalan.
Mungkin akan beda cerita jika saja Aurel sudah punya bayi lucu nan menggemaskan yang mirip Okan. Barangkali hati Dian akan luluh jika menimang cucu. Namun, sayangnya, Kartu Keluarga Okan dan Aurel baru berisikan dua anggota saja.
Okan bergegas membuka pintu saat melihat ibunya mengambil batu yang lebih besar untuk menggedor gerbang besi. Bisa-bisa Dian disangka hendak melakukan aksi pengrusakan dan diamankan Hansip.
"Bunda!" Okan tergopoh-gopoh menuju pagar dan membuka gembok. Aurel mengekor di belakangnya.
Raut wajah Okan sarat kecemasan. Pasalnya kedatangan sang bunda memang mengezutkan. Ini Jakarta dan orangtua Okan tinggal di Tegal. Jarak antara Tegal dan Jakarta itu sejauh 289 kilometer menurut Google (kalau nggak percaya, ukur sendiri pakai meteran) dan paling cepat ditempuh dalam waktu 4 jam naik bus. Kalau sekarang jam setengah enam, jam berapa Dian berangkat dari Tegal? (Malah jadi soal cerita matematika)
Pintu pagar dibuka, Okan meraih tangan sang bunda dan menciumnya takzim. "Ada apa? Kok Bunda ke sini nggak ngabari dulu?"
Aurel juga ikut bingung melihat ibu mertuanya, tapi dia tetap meraih tangan Dian dan menciumnya. "Mari masuk, Bun. Ayah mana?" tanya Aurel. Dia celingukan mencari Dimas Setio, ayahnya Okan.
Ada sebuah taksi konvensional yang parkir tak jauh dari pagar rumah Okan. Barangkali Dimas masih di dalam taksi.
"Itu ..." tunjuk Dian ke arah taksi. "Bayari dulu taksinya. Bunda nggak ada uang gede. Adanya recehan."
"Sebentar aku ambil dompet dulu, Bun," kata Okan.
"Biar Aurel saja, Mas." Aurel langsung balik badan dan masuk lagi ke rumah. Untunglah dia sudah mandi dan berdandan. Setidaknya dia terkejut dalam keadaan cantik pagi ini.
Aurel mengambil dompetnya dari laci meja rias di kamar. Dia mengambil dua lembar seratus ribuan dan kembali lagi ke depan rumah. Diulurkannya uang tersebut pada Okan. "Ini, Mas."
"Makasih, Sayang." Okan menerima uang dan berjalan menghampiri taksi. Aurel diam di tempat lantaran Dian sudah berjalan mengikuti Okan.
Pintu belakang taksi dibuka. Dari dalam kabin penumpang muncullah sosok asing yang sama sekali bukan ayah mertua Aurel. Orang asing itu jelas-jelas berjenis kelamin perempuan, bertubuh semampai dan berkulit putih. Tenang, tenang, dia bukan kuntilanak atau makhluk gaib, walaupun rambutnya panjang tergerai. Perempuan itu memakai terusan batik dan menenteng tas besar.
Dian mendekati perempuan itu dan merangkul bahunya. Aurel bertanya-tanya kapan Dian akan merangkul bahunya dengan penuh kasih sayang seperti itu? Namun, dia tak mau berandai-andai. Bagaimana pun sikap Dian padanya, Aurel akan menghadapi dengan tegar.
Mata Aurel mencari-cari sorot mata Okan. Bisa dia lihat bahwa Okan pun sama bingungnya. Siapa perempuan yang dibawa Dian ini?
Taksi berlalu pergi, meninggalkan bau asap knalpot dan empat orang yang sibuk pandang-pandangan. "Bun, ini kan ...?" kata Okan sedikit gagap sambil memandang si perempuan yang digandeng Dian.
Perempuan itu melepaskan pegangan tas begitu saja dan maju mendekati Okan. Dia meraih tangan kanan Okan dan membungkuk sambil menangis di punggung tangan Okan.
"Mas Okan, tolong Azizah, Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tukang Ikan itu Suamiku
RomanceAurel dan Okan sudah menikah. Mereka bahagia, tapi tiba-tiba ada tamu tak diundang. Siapakah gerangan? Masalah apa yang ditimbulkan sang tamu?