2. Kisah Pilu Azizah (a)

248 37 5
                                    


Azizah tipikal gadis desa yang biasa saja. Wajahnya polos tanpa pulasan make up. Lipstik dan bedak pun tidak. Untunglah rambutnya tidak dikepang dua di kanan dan kiri. Kalau sampai begitu, dia benar-benar menjadi gambaran sejati gadis desa zaman dulu.

Sampai mereka semua sudah duduk-duduk di ruang tamu, Aurel masih tidak mengerti siapa Azizah dan kenapa dia datang ke rumahnya lalu langsung menghambur pada Okan. Bagian itu yang paling membuat Aurel jengkel. Apa Azizah nggak punya sopan santun? Kok berani-beraninya megang-megang suami orang?

Dian langsung mengambil peran sebagai pihak yang paling berkuasa. Dia menyuruh Azizah duduk senyaman mungkin di sofa ruang tamu rumah Okan. Aurel disuruh membuatkan minuman hangat untuk Azizah. Ya sudah, Aurel pun membuatkan air putih hangat. Mata Dian kontan melotot saat melihat Aurel muncul dari dapur dengan membawa minuman tanpa warna.

"Kok air putih?" gerutu Dian.

"Itu kan minuman hangat, Bun. Aurel udah pastiin suhunya hangat, nggak kepanasan."

"Setidaknya kamu bisa kan bikin teh anget?"

"Instruksi Bunda kurang spesifik. Aurel pikir air putih hangat sudah cukup mewakili frasa minuman hangat," kelit Aurel. Sebenarnya sih dia males bikin minuman yang pakai effort gitu demi sosok tamu wanita yang tak dikenalnya. Si Azizah itu … kenapa sih masih nangis sampai keluar ingus segala? 

Dian mendengkus sebal tetapi akhirnya dia mengulurkan juga segelas air hangat itu pada Azizah. Pasalnya, Azizah mendadak sesegukan mirip orang kesurupan. Dian pun tak tega.

"Bunda, sebenarnya ini ada apa? Kenapa Azizah datang bersama Bunda? Kenapa juga Azizah nangis-nangis begini?" tanya Okan setelah Azizah meneguk habis air putihnya. Okan memandang lekat sang bunda, meminta penjelasan.

Aurel segera duduk di samping Okan. Dia menggamit lengan suaminya. "Mas, dia itu siapa?" bisik Aurel.

Okan menoleh pada istrinya. "Azizah ini tetangga di Tegal. Rumahnya nggak jauh dari rumah Ayah. Dulu dia adik kelasku waktu SMA. Waktu kita acara syukuran pernikahan di Tegal, Azizah banyak membantu Bunda. Bahkan dia jadi salah satu penerima tamu. Tapi mungkin waktu itu, kalian belum sempat kenalan," terang Okan panjang lebar.

Aurel angguk-angguk. Mereka memang jarang mudik ke Tegal, maka wajar jika Aurel tidak mengenal Azizah. Sejak menikah, palingan baru tiga kali mereka pulang ke kampung halaman Okan. Walau cuma tukang ikan, Okan itu sibuk. 

"Okan, Bunda bawa Azizah ke sini untuk menyelamatkan dia," ujar Dian dramatis. 

Tentu saja pernyataan Dian membuat Okan terkejut. "Menyelamatkan?" ulangnya. "Apa Azizah korban tindak kejahatan, Bun? Kalau benar, kita harus lapor polisi."

"Nggak perlu. Tindak kejahatannya belum terjadi."

Dahi Okan mengernyit dalam. Dia bingung dengan teka-teki Dian.

"Azizah mau dinikahkan dengan Pak Kriwil, juragan kerupuk antor di desa kita itu lho. Mau dijadikan istri keempat..." Penjelasan Dian terpotong oleh isak tangis Azizah. Dian cepat-cepat merangkul Azizah dan mengusap-usap bahunya untuk menenangkan. 

"Orangtua Azizah terlilit utang pinjol, lalu pinjam uang ke Pak Kriwil untuk bayar utang pinjol. Pak Kriwil mau tapi syaratnya Azizah harus mau diperistri. Kasihan sekali Azizah ini."

Aurel pun ikut merasa iba dan simpatik pada nasib Azizah. Dia tahu seperti apa rasanya dianggap sebagai barang untuk membayar hutang. Si Andika kampretos itu dengan seenak udelnya membuat pernyataan bahwa Aurel harus menjadi pemuas nafsunya demi mengganti sejumlah uang yang sudah dikeluarkan untuk Aurel.

Cih, najis!

Walau Aurel miskin, dia masih punya harga diri dan harga diri itu tidak akan pernah bisa diganti oleh tarif layanan seks. Cewek-cewek open BO itu harusnya mikir. Sapi di Madura yang cuma hewan pemakan rumput saja harganya milyaran, masa anak manusia yang berakal pikiran dihargai ratusan ribu. 

Tiba-tiba Aurel diliputi semangat solidaritas yang menggebu-gebu untuk Azizah. Dulu Okan menyelamatkannya dari Andika, sekarang mereka juga harus menolong Azizah.

"Mas, kita harus bantu Azizah," bisik Aurel.

-------------

Aku sedang gak bisa nulis yang panjang2 gitu, gaes. Jadi isi babnya pendek2 aja ya... Maafkeun.

Tukang Ikan itu SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang