Ting tong!
"Ya ya! Bentar! Sabar!" ucapku sambil bergegas menuruni tangga lalu menuju pintu rumahku. Siapapun orangnya, akan kusemprot karena mengangguku di minggu pagi ini.
Aku mengintip dari celah pintu lalu terperanjat kaget mengetahui siapa yang sedang di depan pintu. Tanpa memberikan orang itu masuk, aku berlari ke kamarku kembali, lalu mengambil kacamata tebal baruku, merapihkan rambutku supaya keliatan culun. Aku melirik ke kaca untuk memastikan. Sip, Sam yang ganteng sudah lenyap.
Aku kembali melesat ke bawah, tetapi aku mendapati dirinya sedang duduk di ruang tamu. Aku melongo. Bagaimana caranya dia masuk? Tapi lama ibuku datang menjelaskan semuanya.
"Muel, sini kamu," ucapnya sambil menatapku tajam. Aku menurutinya sebelum dia mencincangku lalu dimasak.
"Kamu tuh, ya, temen kamu nungguin kamu daritadi tapi kamu gak buka-buka pintu! Bisa-bisanya lupa janji sama orang! Untung janjiannya ke rumah! Untung Bunda pulang dari pasarnya lebih cepat! Bunda udah punya firasat gak enak daritadi makanya Bunda pulang! Tau gak?!"
"Gak apa-apa, kok, tante. Baru sebentar juga," ucap Kei membelaku. Bisa kurasakan bahwa sudut bibirku terangkat ke atas karena Kei baru saja membelaku dari ibuku. Hah!
"Kamu pasti belom mandi!" teriak ibuku setelah beberapa saat menatapku. "Mandi sana cepat!"
Lalu aku langsung melesat pergi, melaksanakan perintah Nyonya Besar sebelum dia murka.
Setelah tadi siap-siap, ketika aku turun dari kamarku, aku mendapati Kei sedang digoda oleh seorang perempuan yang tidak lain adalah kakakku sendiri.
"Mantha."
"Ah, Muel sudah turun."
Aku bisa melihat senyum lega yang terdapat di wajah Kei. Aku jadi tidak enak dengannya.
"Aku pergi dulu ya, bye Kei," ucap Mantha sambil mengedipkan sebelah matanya. Aku hanya bisa memutar bola mata. Untung aku sudah kebal dengan kelakuan ajaib kakakku.
"Well, jadi, kita mau kemana?"
Aku sedikit terkejut dengan kata 'kita' itu, tapi aku masih bisa menutupinya.
Sesuai dengan keputusan kepala sekolah, tutor mulai berjalan. Dalam sebulan, minimal ada 4 kegiatan tutor (dilaporkan dengan kertas) serta akan dilihat peningkatan nilainya selama 3 bulan. Bila tidak ada peningkatan, maka kelompok tutor akan diganti.
Dan kami sepakat dengan memulainya dengan belajar fisika dimana hari Senin akan ada ulangannya.
"Cafe Futari aja. Tempat itu nyaman," jawabku. Selain itu, cafe itu cukup dekat dengan rumahku.
Aku menyempatkan diri untuk mengadah ke atas, menatap bangunan cafe ketika sampai. Dinding cafe yang berwarna coklat kayu dan sebuah papan nama yang simple beberapa meter di atas pintu. Cafe ini juga memilikki taman sendiri dan untuk pengunjung yang ingin duduk di taman boleh-boleh saja. Tapi kurasa kali ini tidak cocok untuk duduk di taman karena cuaca hari ini sedikit berangin. Tidak cocok untuk belajar.
Setelah memesan dan mengambil pesanan, aku dan Kei menuju meja yang terdapat di ujung cafe. Aku mengeluarkan buku catatan fisikaku dan buku cetaknya, Kei juga mengikuti hal yang sama denganku.
"Bagian mana yang lu gak ngerti?" tanyaku. Kei hanya membolak-balikkan lembar demi lembar, bab demi bab. Setelah itu dia hanya menggeleng.
Oh, seorang laki-laki yang merupakan murid baru dan paling ganteng plus hot news di sekolah tidak bisa fisika.
"Emang sebelumnya lu sekolah dimana, sih? Kok bisa-bisanya gak ngerti?" tanyaku. Kulihat dia menegang. Matanya menatapku tajam. Apa aku salah ngomong?
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret
Teen Fiction"Aku tau kamu menyimpan rahasia. Aku dan kamu menyimpan rahasia. Tetapi aku tidak akan mencari tau tentang rahasia itu, begitu pula denganmu. Aku tidak akan menanyakan apapun soal itu dan itu berlaku juga denganmu. Tapi aku yakin, aku akan mengetahu...