Aku melangkahkan kakiku ke dalam cafe. Aku rasa aku harus beristirahat sejenak, setelah memutari mall yang begitu luas sendirian. Hei, aku bukan jones. Aku hanya ingin mengalihkan pikiranku dari kejadian hari itu....
Berhasil?
Tentu saja.
.
.
Tidak.
Aku menyerit ketika merasakan banyak pasang mata menatapku. Well, karena aku sudah jarang keluar dengan penampilan seperti ini. Jati diriku sebenarnya. Penampilan asliku. Sifat asliku.
Setelah memesan dan mendapatkan apa yang kuinginkan, aku duduk di sekitar pojok cafe. Setidaknya aku tidak perlu repot-repot mengurusi orang-orang yang menatapku penasaran. Mungkin mereka akan bertanya-tanya apakah aku adalah artis baru atau apapun itu yang berhubungan dengan sesuatu yang populer.
Aku mengeluarkan barang belanjaanku tadi dan langsung membukanya. Novel yang sudah kutunggu-tunggu keluar juga. Aku membacanya dengan semangat, berharap setidaknya novel ini bisa mengalihkan pikiranku. Aku bisa merasakan sudut-sudut bibirku terangkat ketika aku mulai tenggelam dalam novel ini. Ya, walau tidak sepenuhnya.
"Amu?" ucap seseorang yang membuatku harus memutus fantasi yang sudah tercipta. Aku mengangkat kepalaku, kaget, mendapati salah satu orang dari masa laluku.
"Re-Reyhan?"
"Yaps!" jawabnya girang. Dia segera duduk di hadapanku dan aku segera menutup novelku. Aku sudah tidak tertarik lagi dengan cerita fantasi ini. "Kemana aja, Amu? Kok pindah gak bilang-bilang?"
Amu. Panggilan khusus dari Reyhan. Panggilan yang berakhir kugunakan sebagai nama samaran untuk cosplay. Amu ketika aku cosplay sebagai karakter perempuan dan Els ketika aku cosplay sebagai karakter laki-laki seperti yang kukatakan waktu itu. Ingat? Di part 4 itu, loh.
Tau darimana kedua nama itu berasal? Oh ayolah, kalian tidak tau dari mana nama itu berasal?
sAMUel
Tersisa 'sel'.
pindah 's'-nya kebeleakang.
Els.
Ide bagus, kan?
"Tidak kemana-mana." Aku memberi sedikit jeda untuk memikirkan sebuah asalan. "Maafin gue. Gue gak sempet kabarin lu," jawabku dengan tampang polos.
"Alasan aja!" Aku bisa mendengar nada marah dalam ucapan Reyhan. "Pasti karena cewek itu, kan?" tanyanya dengan mata yang menyipit, menatapku dengan tatapan menyelidik.
"Uhm...," jawabku malas. Teringat masa lalu yang cukup membuatku berubah untuk kedua kalinya.
~(OwO~)
Sejak kecil aku begitu dimanja, sangat amat diperhatikan oleh kedua orangtuaku dan kakakku. Aku selalu diberi gizi yang cukup--kadang berlebihan sehingga aku tumbuh menjadi anak yang agak gemuk.
Sewaktu memasuki bangku pendidikan sampai SD, gemuk bukanlah masalah bagiku. Waktu itu selalu kugunakan untuk bermain dan bermain. Tidak begitu memperdulikan ejekkan temanku, karena aku tau mereka hanya bercanda.
Tapi semuanya sejak negara api menyerang--eh! Semuanya berubah ketika memasuki SMP, dimana banyak yang berkeliaran mencari pasangan (puih) sementaranya. Persaingan mendapatkan primadona sekolah sangat ketat. Sialnya, hormonku belom bekerja saat itu.
Ejekkan demi ejekkan terus datang, seiring berjalannya waktu semakin parah. Dari gemuk, gendut, bakso, bulet, sumo, atau apapun itu yang berhubungan dengan bentuk tubuhku. Teman-temanku mulai menjauhiku karena tidak mau dianggap berteman dengan si gendut. Aku menjadi semakin murung dan depresi setiap harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret
Teen Fiction"Aku tau kamu menyimpan rahasia. Aku dan kamu menyimpan rahasia. Tetapi aku tidak akan mencari tau tentang rahasia itu, begitu pula denganmu. Aku tidak akan menanyakan apapun soal itu dan itu berlaku juga denganmu. Tapi aku yakin, aku akan mengetahu...