Dua keluarga. Bagaimana tidak bahagia ketika kita di terima dan di sayang di keluarga. Keluarga kandung dan tiri lebih tepatnya.
- A I R L A N G G A-
Felly baru saja menginjakan kakinya di depan gerbang rumahnya. Terlihat mobil SUV hitam berhenti tepat di hadapanya. Felly tampak sedikit menundukan kepalanya seolah olah melihat siapa yang berada di dalam mobil itu, ketika kaca jendela mobil di turunkan.
"Om sama tante langsung pulang ya sayang. Titip salam buat mama," ucap wanita paruh baya yang duduk di samping bangku kemudi.
Felly mengangguk sembari tersenyum, "Iya tante. Makasih ya tumpanganya," ucap Felly.
Wanita paruh baya itu tampak tersenyum menanggapi ucapan Felly, "Iya sayang. Yaudah om sama tante pamit ya,"
"Mari Fel," ucap om Felly sedikit menongolkan kepalanya untuk melihat ke Felly.
"Iya om tante. Hati hati ya," ucap Felly sambil melambaikan tanganya.
Memastikan mobil om dan tantenya telah pergi, Felly langsung masuk kedalam rumahnya. Ketika sampai di depan pintu utama Felly tampak ragu untuk mengetuknya. Ia menarik nafasnya dalam sebelum akhirnya memutuskan untuk mengetuk pintunya, tapi sebelum Felly mengetuk pintu, ia memilih untuk mencoba mendorongnya terlebih dahulu, harap harap pintu rumahnya belum di kunci.
Cklekk
Dan benar saja pintu rumah Felly belum di kunci.
"Bagus deh belum di kunci," ucap Felly langsung masuk, tak lupa ia menutup pintu dan menguncinya, karena ia tahu keluarganya sudah berada di rumah semua.
"Wih baru pulang," suara yang berhasil menghentikan langkah Felly, padahal dirinya dari pertama kali melihat seorang gadis dengan rambut sebatas ketiak duduk di sofa sembari menonton tv , Felly sudah enggan untuk berhadapan langsung. Bahkan sekedar untuk melirik saja enggan.
"Mikir bego, papa sama mama mikirin lo. Lo udah pulang dari tadi kan? di hubungin ga bisa. Mikir ga usah seenak jidat, lo punya hp kan, ga usah di matiin. Lo tau caranya ngasih kabar kan?" ucap gadis itu berdiri dari duduknya, melangkah lebih deket ke Felly.
Felly hanya diam mendengarkan ocehan dari gadis di hadapanya itu. Ia enggan untuk menangapinya. Karena menangapi ucapan gadis itu hanya membuang buang tenaga saja.
"Nyusahin aja, kalo bukan karena papa, ga sudi gua nanyain lo ke temen temen lo. Berasa penting amat."
"Kalo ga mau ga usah di tanyain. Hidup lo ribet banget," ucap Felly malah membuat gadis di hadapanya itu berdecih.
"Ribet? kalo bukan kar_"
"Kalo bukan karena lo, gua ga bakal tinggal disini, kalo bukan karena lo, gua ga akan punya keluarga tiri, faham lo? kasian pengen banget lo punya seorang ibu? "
Ucapan Felly langsung membuat gadis itu terdiam, tangan terkepal menahan amarahnya. Tatapan tidak suka benar benar terlihat dari sorot matanya.
"Ups punya ya, tapi kabur sama laki laki lain," ucap Felly dengan smirknya.
Penuturan terakhir dari Felly benar benar membuat gadis itu hilang kesabaran, tanganya terangkat ke udara seperti ingin melayangkan tamparan. Felly yang melihat emosi gadis itu hanya menujukan ekspresi datar, seolah olah menunggu tamparan yang akan di layangkan gadis di hadapanya.
Garis lengkung tipis terukir di wajah Felly ketika gadis itu menahan tanganya di udara, tanganya terkepal, mengurungkan niatnya, wajahnya benar benar menujukan amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airlangga
Novela JuvenilKita abadi dalam cerita yang tak tertulis, dan dunia harus mendengar itu. _______________________________________ Hal yang terjadi hari ini adalah kenangan yang akan menjadi cerita di hari esok. Tidak usah terlalu memikirkan hal hal yang sudah lalu...