Prolog

1.7K 85 0
                                    

Kara sangat antusias atas hadirnya sang adik di dalam perut Bundanya. Anak berusia 7 tahun itu sangat menginginkan adik, ia iri dengan teman-teman sekolahnya yang selalu membahas adik-adik mereka di sekolah. Ia sudah bosan rasanya menjadi anak tunggal.

Ia mengelus perut rata Bundanya dengan lembut sambil berbicara pada sang adik "Adek...nanti kalo udah besar kita main bola bareng yah, nanti abang ajarin nendang bolanya, abang jago main bola lhoo..."

Anin terkekeh mendengar ucapan anak sulungnya itu, ia tahu anak itu kesepian dan tidak ada teman bermain. Ada sepupunya yang seumurannya sih, tapi jauh dan hanya sesekali bertemu itupun kalau ada acara keluarga saja.

"Memang Abang yakin nanti Adeknya lahir laki-laki?" Anin bertanya sambil mengelus surai putra nya itu.

"Yakin dong Bunda, pasti laki-laki, hehe..."

***

Putra sulung Abimanyu itu mematung di depan kaca transparan ruangan NICU, ia mengelus kaca itu seakan ia mengelus Adik kecilnya yang berada di dalam sana.

"Ayah kok Adik bayi kecil sekali yah, badannya merah, dan tidur terus? Banyak alat yang nempel juga di badannya, kasian ayah copot aja alatnya nanti Adik bayi kesakitan Ayah"

Abi tersenyum sendu menatap anak sulungnya.

"Adik bayi sedang berjuang buat kita sayang, dia sakit. Abang berdo'a yah supaya Adik bayi bisa bertahan dan kumpul bareng kita"

"Adik bayi sakit?? Cepet sembuh ya Adik bayi, nanti pulangnya abang yang gendong yah!" Ia amat antusias menantikan hari itu tiba.

Semalam Anin terjatuh d kamar mandi, benturannya sangat keras dan menyebabkan pendarahan, terpaksa anaknya harus lahir d usia 6 bulan lebih 2 minggu, melalui oprasi caesar, bahkan rahimnya harus d angkat.

Saat lahir anak itu tidak menangis, bahkan sempat di nyatakan meninggal oleh dokter, setelah beberapa upaya tidak membuahkan hasil.

Namun Tuhan berkehendak lain, memberi satu lagi kesempatan kepada orang tua yang putus asa itu untuk menjaga buah hati mereka yang entah sampai umur berapa anak itu bisa bertahan.

Dalam hati Abi sang ayah berjanji akan menjaga keluarganya dengan segenap jiwa raganya, ia sangat menyesal malam itu ia tidak mendengarkan permintaan istrinya yang menyuruhnya pulang dan tidak lembur. Dan berakhir ia hampir kehilangan anak dan istrinya sekaligus.

***

Malam itu lahirnya William Abimanyu lewat oprasi caesar yang hampir merenggut nyawanya serta sang Bunda. Berat badannya kurang dari 2 kg. Kecil sekali dan masih sangat merah, bahkan bibirnya membiru dan tidak menangis.

Akibat benturan keras dan lahirnya yang belum cukup umur ia mengalami komplikasi, organnya belum berfungsi dengan baik.

Sampai usianya sekarang menginjak 4 tahun ia sering sekali bolak-balik rumah sakit untuk berobat atau sekedar check up. Dan yang paling membuat semua orang terpukul adalah penyakit nya yang fatal yang memperparah kondisinya.

Dokter memfonis Liam menderita penyakit Talasemia.

(Talasemia adalah kelainan sel darah merah yang dapat menyebabkan penderita harus melakukan transfusi darah sepanjang usianya)

LIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang