4.

799 47 0
                                    

"Eunghh..." Liam anak itu terbangun tepat jam 12 malam. Ia melihat sekelilingnya, agaknya ia masih linglung karena baru bangun. Dan memang ia terbangun di karenakan ia merasa tubuhnya tidak nyaman.

"Hiks...Bundaa..." suaranya terdengar parau, tenggorokannya sakit bukan main,
nafasnya yang keluar dari hidung sungguh sangat panas, rasanya ia ingin mendinginkannya dengan minuman dingin.

Kara kali ini sungguh peka, jangankan mendengar adiknya sekarang yang menangis, merasakan pergerakan kecil adiknya saja tadi dia langsung terbangun.

"Adek kenapa bangun sayang? Ada yang sakit hemm? Bilang sama Abang." Kara berucap panik.

"Abang..Bunda manaa...??" Tanya Liam sambil menangis sesenggukan.

"Bunda tidur di kamar sebelah sayang, Adek mau ke Bunda hemm?"Liam mengangguk pelan.

Kara segera menghubungi Bundanya itu tanpa meninggalkan Liam. Kasian kalau dia keluar dan harus meninggalkan adiknya di kamar sendirian, yang ada adiknya akan menangis.

Tak lama Ayah dan Bunda masuk ke kamar anak bungsu mereka dengan tergesa gesa, takut terjadi sesuatu hal yang buruk padanya.

"Kenapa nangis sayang? Ada yang sakit?" Abi segera mengngkat Liam dan menggendongnya di depan. Hati-hati sekali karena takut menyenggol tangan anaknya yang masih di infus.

"Ayah mau minum, Adek mau minum yang dingin, Adek mau air es Ayaahh...tenggorokan Adek sakit, panaas" Liam sudah berhenti menangis, tapi anak itu malah merengek minta air es tengah malam.

"Bunda buatin susu aja ya sayang, Adek minum susu yah?" Ucap Anin lembut sambil mengusap surai putra bungsunya.

Liam hanya mengangguk kecil. Dia sudah sangat haus dan tidak mau berdebat, biar saja dia minum susu, toh juga tidak mungkin ia di beri minuman dingin.

"Tapi Bunda jangan keluar, jangan ada yang keluar pokoknya!" Anak itu kembali merajuk sambil menggoyangkan kakinya di pangkuan sang Ayah. Ia sedikit merajuk karena keinginannya tidak terpenuhi.

Jadilah Kara menghubungi Doni untuk membuatkan susu untuk Liam, tidak apa-apa sedikit menggangu tidurnya, toh dia sudah terbiasa di hadapkan dengan situasi seperti ini sejak Liam bayi, dan Doni bisa membuat susu untuk Liam. Karena di rumah ini yang harus membuat susu untuk Liam hanya Ayah, Bunda, Kara, Doni, dan satu lagi yaitu kepala maid yang sudah lama bekerja di sini. Jadi Abimanyu hanya mempercayakan pembuatan susu pada mereka saja, yang lainnya tidak boleh.

Doni tidur di sofa ruang tengah, karena Liam sedang drop, jadi untuk berjaga jaga bila terjadi sesuatu pada Liam jadi ia bisa langsung gerak cepat untuk menanganinya, di antaranya jika akan pergi ke rumah sakit. Karena tidak jarang mereka pergi ke rumah sakit tengah malam seperti ini.

Doni datang membawakan botol dot berbentuk donat lonjong itu pada majikan kesayangannya itu.

"Ini susunya Tuan kecil"

Liam menerimanya dengan lemas lalu meminumnya dengan tenang.

"Mau Bunda pegangin botolnya sayang?"

Liam hanya menggeleng tanda tidak mau."OmDon jangan keluar, di sini aja temenin Adek, pokoknya jangan ada yang keluar... PAPA JANGAN DUDUK!!!" ia berteriak lantang saat sang Ayah mendudukan diri di ranjang sambil memangkunya. Sontak Abimanyu langsung berdiri lagi.

"Iya sayang Ayah gak duduk, jangan teriak-teriak nanti tenggorokan Adek tambah sakit, udah sekarang Adek lanjut lagi minum susunya yah" ucap Abi sambil mengayunkan tubuh anaknya ka kiri dan ke kanan berharap anaknya ini tertidur kembali.

Tapi sudah 20 menit berlalu anaknya tak kunjung tidur, hanya memejamkan matanya saja sambil sesekali menghisap dot nya, lama sekali susunya ini tidak habis-habis karena Liam tidak meminumnya dengan rakus seperti biasanya. Abi sudah mulai merasa pegal dan kesemutan. Setiap kali ia ingin duduk karena di kira anknya sudah tertidur tetapi Liam selalu membuka matanya dan protes pada sang Ayah agar tidak duduk.

LIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang