THE FORBIDDEN LOVE TRILOGY : Midnight Lovers III

119 25 15
                                    

Kedua bola mata Vincent sedikit melebar saat kabar mengenai hubungan persaudaraan dirinya dengan Roseline menembus ke dalam rungunya. Namun sesekon berselang, suara kekehan pria vampir itu mengudara.

"Kau tahu Ny. Rolf, sejak bertemu dengan putrimu, aku memang selalu memimpikan dia dalam tidurku. Tapi, bahkan dalam mimpi terburukku sekalipun, aku tidak pernah mendapati sosok Roseline sebagai saudaraku apalagi adikku." Vincent maju selangkah, berdiri di antara Roseline dan Thalia. "Kita memang tidak saling mengenal, Ny. Rolf, tapi, aku berani bertaruh kalau orang-orang akan sependapat denganku bahwa leluconmu adalah yang terburuk."

"Lelucon?" Netra Thalia dan Vincent saling beradu pandang. "Kau pikir aku sedang bercanda, Nak?"

"Ny. Rolf, aku ini mate putrimu, bukan anakmu." Vincent memutar bola mata.

"Vincent benar, Bu. Lelucon ibu adalah yang terburuk." Kali ini Roseline turun menimpali.

Thalia memaku atensi pada putrinya yang kini sudah berdiri di samping Vincent. "Rosie, kau juga tidak percaya pada Ibu?"

"Maaf, Ibu. Tapi ucapan Ibu sangat tidak masuk akal bagiku." Jemari Roseline meraih tangan Vincent, menggenggamnya erat. "Vincent seorang origin, dan Ibu pasti tahu dari mana dia mendapatkan status ini. Sedangkan aku seorang alpha sepertimu, Bu. Seorang perempuan hanya ditakdirkan menjadi alpha jika dia dilahirkan dari kedua alpha, sama seperti seorang origin."

"Draculle Neamus Count, seorang origin dari generasi k-15 keluarga Count dan pewaris Noxtila." Thalia menyuarakannya dengan nada bergetar, seolah tengah menahan emosi yang bergejolak di dadanya. "Pemimpin Noxtila saat ini, dia adalah ayahmu, Draculle Vincent Count," ujarnya, mengakhiri dengan menyebut nama lengkap Vincent.

Vincent tersenyum miring, sementara tangannya mengeratkan genggaman tangan Roseline. "Aku terkesan kau bisa tahu nama Draculle yang selalu kami sembunyikan, tapi kau salah akan satu hal, Ny. Rolf. Ayahku memang pemimpin Noxtila saat ini, tapi namanya bukan Neamus. Nama ayahku adalah—"

"Draculle Neamus Count." Seseorang menginterupsi ucapan Vincent, dan turut bergabung dengan tiga makhluk berbeda ras yang masih bersitegang itu.

Semua atensi pun tertuju pada seorang pria bertubuh kurus dan jangkung, dengan kulit putih pucat yang begitu kentara walau ia sengaja menutupinya dengan memakai jubah berwarna merah pekat, dan krah tinggi yang menutupi seluruh lehernya.

"Ayah?" Vincent yang tidak tahu menahu mengenai alasan kedatangan ayahnya hanya bisa mengerutkan dahi, dan menatapnya bingung.

"Seamus."

Roseline turut menatap bingung sang ibu saat rungunya mendengar wanita itu menggumamkan lirih nama ayah Vincent.

"Thalia." Seamus menatap Thalia lalu tersenyum. "Kau terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya," katanya setelah beberapa detik mengamati sosok Thalia dari atas hingga bawah.

Thalia memalingkan wajah, memejamkan mata guna membiarkan bulir kristal jatuh di pipi, dan menguatkan diri dengan mengepalkan tangan. "Kehidupanku akan selalu lebih baik jika saja putraku ..." Dia kembali memaku atensi pada Seamus. "Tidak melakukan mating dengan adiknya sendiri."

Seamus menunduk sedih sebelum menimpali. "Maaf, ini semua salahku."

"Hentikan semua omong kosong ini, Ayah!" Vincent menunjukkan rasa kesalnya. "Kalau kalian hanya kemari untuk mengganggu kami, kalian bisa pergi sekarang, atau biarkan aku dan mate-ku pergi jauh untuk hidup dengan tenang."

GLAMOROSÉ VTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang