Berlarilah selagi bisa, karna kita akan beristirahat pada waktunya.-🐻-
05.00 AM
Sudah lebih dari 2 menit Jia membenahi dasinya. Posisi kaca mini ukuran 10X10 cm yang terletak di atas meja itu membuat posisi Jia harus bertumpu pada lututnya. Beberapa kali Jia melirik jam dinding dengan gelisah. 05.05 AM.
Jia mengeluh frustasi, kalau saja dia tidak melupakan dasinya saat keluar 'rumah' tadi, dia bisa berangkat tepat waktu. Tidak boleh ada kata terlambat dalam kamus hidupnya, apapun yang terjadi harus sesuai dengan jadwal yang sudah dirancang, kalau ada kesalahan sekecil apapun semuanya pasti bakalan buyar, seperti sekarang. Tapi masalahnya Jia itu pelupa.
"Ah sudahlah, yang penting kebawa "
Jia mengikat dasinya sembarangan, dengan terburu-buru Jia memakai sepatunya, tapi... Sekali lagi Jia itu pelupa. Baru saja melangkah keluar 'rumah', Jia kembali berbalik, tidak peduli dia menginjak lantai kotor dengan sepatu bersihnya, Jia masuk kedalam kamar meraih bingkai foto diatas meja belajar lalu menciumnya.
"Mih, Pih,, Iyya berangkat sekolah dulu ya..."
Baru saja Jia mengunci pintu 'rumah' nya dan berbalik, dia dikejutkan setengah mati oleh sesosok ibu-ibu yang kini hanya berjarak satu langkah dari nya yang sama-sama membulatkan mata. Saking kagetnya Jia terlangkah mundur sampai menabrak pintu cukup kencang. Mana masih gelap lagi.
"IH! Bu Rai nih, ngagetin aja deh..."
"Lah, Saya juga kaget." Tanpa merasa bersalah si ibu itu tertawa jahil sambil menyerahkan sebuah tas bekal kepada Jia.
Jia mesem-mesem menerimanya, antara tidak mau tapi harus.
"Kan Jia bilang gak usah Bu..."
Mendengar hal itu, Bu Rai memukul pundak Jia kesal. Jia kaget lagi, reflek memegangi pundaknya.
"Trus kapan kamu makan? Gak pernah sarapan, makan siang juga jarang, kalau pulang larut malam, pasti kamu langsung bersih-bersih dan tidur kan? Udah terima aja, buat besok-besok juga."
"Tau dari mana juga aku gak suka makan?" Jia sedikit melirih biar gak kedengaran, sebenernya dia cuma gak enak aja.
"JADI BENER??" Bu Rai berkacak pinggang. Jia jadi kalut, pura-pura melihat pergelangan tangannya, seolah ada jam tangan disana.
"A-aku terlambat, sampai nanti bu, terimakasih bekalnya, pasti aku habiskan."
Jia berlalu, Bu Rai hanya menggelengkan kepalanya. Ngapain lagi dia akhir-akhir ini berangkat pagi?
Jia menaiki tangga rumah basement-nya. Hamparan perumahan langsung terlihat disana. Jia berlari kecil di sebuah turunan. Persis diujung turunan itu terdapat sebuah panti asuhan, sama seperti rumah lainnya terlihat sepi karena masih dini hari. Jia melewatinya begitu saja karena persis di depan sana sebuah bus tengah menderu bersiap untuk berangkat. Jia mempercepat larinya dan masuk tepat waktu. Sedikit terengah Jia menatap sang supir, seorang bapak tua.
"Tumben kamu pagi lagi."
Jia hanya nyengir dan langsung mencari tempat duduk setelah melakukan transaksi dengan kartu bus nya.
Bus kota memang mulai beroperasi dari jam 5 dini hari sampai jam 10 malam, menyesuaikan dengan waktu berangkat dan pulang para pekerja, begitupun dengan stasiun kereta, bedanya hanya jarak yg ditempuh. Kalau pakai kereta biasanya pekerja luar kota.
Sekarang saja bus sudah terisi setengahnya, maklum ujung kota lebih padat penduduk karena biaya hidup lebih murah tapi resiko jaraknya lebih jauh ke pusat kota, butuh effort lebih untuk biaya transport dan diantara para penumpang yang rata-rata pake jas kerja semua hanya Jia yang memakai seragam sekolah. Karna biasanya anak-anak sekolah naik bus ke-2 jam 6 nanti.
![](https://img.wattpad.com/cover/345576335-288-k748547.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WAW : Who Are We?
FanficWAW : Who are We? Kebersamaan yang telah terjalin sejak kecil terpaksa pupus karna permasalahan yang menimpa. Menjadi asing telah menjadi keputusan bulat, terus menjauh, tidak ingin peduli dan tidak ingin kembali mengenal adalah hal yang mereka ingi...