Sirip ekor tidak bisa digunakan untuk berjalan, maka tukarkan dengan sepasang kaki.
🌊
AIR beriak, ciptakan gelombamg berturut dalam mata yang masih mengintai. Di dalam air yang sedikit tenang, sepasang mata hitam legam terus menatap ke arah depan melihat punggung putih dan sirip emerald di bawah kukungan.
Sang siren semakin mendekat, dekat, dekat, hingga ia akan sampai di garis tepi segera ia angkat tubuhnya, kibaskan sirip ekor jingga dengan garis kuning yang menghiasi atasnya, ia lemparkan air dengan keras ke arah dua tubuh yang saling beradu pandang.
"Jaemin!"
Mark lantas menatap ke belakang saat dirasakannya punggung seperti tertampar, dengan cepat ia beralih dari tubuh Haechan. Angkat setengah badan dengan dirinya berada di belakang, satu tangan menahan tubuh sang siren sedangkan satunya lagi digunakan untuk mengarahkan belati ke leher Haechan. Ujungnya tepat mengecup leher sang siren hingga setetes darah kini muncul di sana.
"Haechan!" sang siren dengan surai hitam itu bergeming menatap tidak suka sang laki-laki yang kini menahan tubuh temannya.
"Memanggil teman ha? Aku kira siren itu hanya satu dua banyaknya, tapi kurasa tidak. Kalian sebenarnya bersembunyi di mana?"
"Eh!!!"
Haechan memekik saat dirasakannya ujung pisau semakin ditekan oleh Mark. Kali ini darah berhasil mengalir di lehernya yang berkilau serta lengket karena air laut yang sedikit mengering.
"Lepaskan temanku bajingan!"
Ada seujung senyum yang Mark perlihatkan.
"Lepaskan? Dan membiarkan kalian membunuhku? Temanmu hampir saja menusuk jantungku siren keparat. Aku tidak akan melepaskan temanmu ini, aku akan membawanya ke pulau Kald. Aku membutuhkan temanmu dan nyanyiannya."
Tubuh Haechan seketika bergeming saat mendengar kota Kald. Pupilnya menyempit, tangannya mengepal. Ada rasa benci saat Haechan mendengar pulau itu.
"Apa kau itu bodoh tuan bajak laut? Jika kau lupa, kami adalah siren. Jika kau ingin membawa temanku ke pulau Kald dengan kondisi seperti itu. Aku yakin kau akan kewalahan tuan bajak laut yang bodoh. Lebih baik kau lepaskan dia, kami tidak akan membunuhmu."
Haechan menatap dalam diam saat Jaemin bernegosiasi, matanya menghadap ke bawah. Liat gelombang air yang datang dan pergi berulang kali.
Haechan bersuara.
"Jika sirip ekor tidak bisa digunakan untuk berjalan, maka tukarkan dengan sepasang kaki. Jaemin." Haechan tatap Jaemin dalam hawa dingin menyelimuti.
Mark dan Jaemin tatap Haechan dalam kebingungan.
"Haechan?"
"Tolong pergilah ke Bessie Jaemin, kau tahu maksudku kan? Dan carikan kami perahu di lembah kapal karam. Satu lagi, tolong sampaikan pesanku pada ayah dan kak Taeyong."
"Jadi maksudmu, kau ingin ikut dengannya? Jangan katakan kalau kau…Haechan jangan ikut-ikutan bodoh, jangan gila! Haechan!"
Hening sesaat, sampai suara gemeretak terdengar. Haechan tak suka dibantah, Kald. Kald adalah pulau yang memang ingin ia datangi.
Kulit Haechan berubah pucat dengan dingin terasa menggigit kulit luar Mark. Gigi menjadi taring, Haechan marah. Matanya berubah membiru dan tiba-tiba saja Haechan berteriak nyaring tanda bahwa Jaemin melewati batasannya.
Mark yang dengar teriakan nyaring itu, pun dengan spontan melepaskan Haechan karena telinganya berdengung sakit bukan main. Sedangkan Jaemin yang berada di dalam air hanya diam menatap Haechan yang terus-terusan mengambil nafas tersendat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[13] Siren
Fanfiction[COMPLETED] [Fantasy] [Mitologi] Sebuah mitologi yang membuat orang-orang ketakutan dengan nyanyiannya.