🌊6. Penyelamatan Dan Rasa Sesal

1.7K 211 0
                                    

Kembali dan bawa pulang.

🌊

DALAM ruangan sempit penuh lembab karena tetesan air yang masuk dari atas atap yang tak tertutup rapat buat Haechan dan Jaemin menggigil kedinginan. Obor pun tak beri rasa hangat, hanya bergoyang karena angin yang masuk dari celah-celah bata merah yang berlubang. Sang obor hanya mampu berikan cahaya temaram untuk penerangan.

Suara kaki turun di ruang bawah tanah ini terdengar sangat jelas karena sepi dan sempit buat suara sekecil apapun menggema menjadi suara yang lebih besar. Di depan pintu jeruji ruangan dalam cahaya yang remang, Haechan dapat melihat sosok tinggi dengan pakaian mewah tatap dirinya dengan terluka.

Jaehyun.

Jaehyun masuk dengan bawa beberapa potong roti, buah, dan dua gelas minuman untuk hilangkan dahaga.

Jaehyun masuk dengan bawa beberapa potong roti, buah, dan dua gelas minuman untuk hilangkan dahaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ingin rasanya Jaehyun untuk melepaskan dua siren yang telah tertangkap. Melepaskan rantai yang tahan tangan mereka di tembok ruangan, tapi sayang. Sang ayah yang memegang kunci utama, ini pun kunci ruang bawah tanah harus dia dapatkan dengan susah payah.

"Biar aku suapi." Jaehyun berikan potongan roti itu bergantian antara Haechan dan Jaemin.

Keduanya mengunyah dengan lemah, keduanya tampak lusuh. Tubuh mereka kotor dan penuh dengan goresan karena diseret masuk ke dalam ruangan.

"Maafkan aku Haechan, Jaemin? Aku tidak termasuk dalam rencana ini. Tapi aku berjanji akan menyelamatkan kalian jika aku sudah menemukan caranya."

Haechan mengangkat wajahnya, perhatikan binar mata Jaehyun dalam cahaya remang-remang.

"Aku tahu kau tidak berbohong dengan mengatakan akan menyelamatkan kami, tapi Jaehyun. Jangan janjikan sesuatu yang masih tidak pasti dan membuat kami berharap. Aku tahu kau masih hormat pada ayahmu, siapa kami hingga kau akan selamatkan. Tapi terimakasih, setidaknya masih ada orang yang bersimpati pada kami." Haechan kembali tundukkan kepala, rasanya sangat lelah dan mengantuk.

"Bukan itu maksudku Haechan, aku hanya. Hanya, masih merasa bersalah akan keluargamu. Dan sekarang pun kau kesulitan karena ulah dari ayahku."

Nafas Haechan terdengar berat, walau dengan nada yang bergetar. Haechan masih kuatkan diri untuk berbicara.

"Aku kira kau menipu kakakku dulu untuk membuat dia terperangkap dalam rayuan manismu, dan menjebak kami semua. Awalnya aku ingin membunuhmu hingga aku datang ke pulau Kald karena diberitahu Bessie bahwa kapalmu berada di pulau ini. Dan itu kesalahan fatal untukku, sekarang aku dan Jaemin tidak akan pernah kembali ke pulau Anthemoessa."

"Aku akan menyelamatkanmu."

"Sudah aku katakan jangan mengucapkan janji jika itu belum meyakinkan, hanya satu keteguhan hati yang kau punya. Itu cinta terhadap kakakku, selebihnya hanya ada keraguan di setiap kalimat yang kau ucapkan."

[13] SirenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang