Kabut rindu, perasaan, dan rasa ingin temu yang sudah lama.
🌊
TIGA yang ditinggalkan, satu masih bersikap biasa saja, walau rindu tiada dibendung. Satunya hanya bisa menulis dongeng-dongeng yang hendak diceritakan entah kapan bisa bersua. Satunya lagi hanya bisa melamun seperti raga tanpa nyawa. Setiap pagi lihat ujung kapal dengan matahari yang bersinar jingga. Malamnya akan lihat langit entah ditaburi bintang-bintang atau hanya gelap hingga berjam-jam di dek kapal.Mungkin ini sudah satu tahun? Dua tahun, atau bahkan mau menginjak tahun kelima pun bayang-bayang akan ditinggalkan kekasih masih terasa. Para siren yang kembali ke Anthemoessa, beberapa tahun lalu masih menjadi satu perpisahan yang terasa sangat menyiksa. Begitupun bagi Mark yang lepaskan langsung siren bersurai Scarlett nya.
"Mark kau tidak tidur? Ini mungkin sudah sangat larut, sudah berjam-jam kau duduk di sana. Tidak akan ada yang datang. Masuklah." Yuta menghampiri sang kapten, tepuk pundaknya sekali lagi agar Mark tersadar.
Tapi Mark hanya diam, tetap memandangi gelap yang jauh lebih pekat di lautan lepas tak terbatas oleh jangkauan penglihatannya. Bahkan ujung kapal tak nampak ditelannya oleh gelap dan deburan ombak.
"Itu sudah kejadian lama, aku tahu pasti berat. Dan yang kita tinggalkan waktu itu hanya luka bagi mereka. Mungkin ini hukuman bagi kita? Aku pun merasa sangat berasal pada mereka, tiap melihat laut rasanya seperti sesak." Yuta kembali menatap sang kapten yang hanya diam sebelum kembali masuk ke dalam kabin kapal.
Beberapa tahun lalu, dia tak percaya terhadap nyanyian siren. Nyanyian menyayat hati yang kini dia rindu, saat pertama kali mendengarnya pun sebetulnya Mark tak merasa takut. Ia terpesona, terpesona dengan rambut basah berwarna Scarlett yang menjuntai membingkai mata jernihnya, Mark hanyut. Tenggelam dalam mata siren sebelum benar-benar jatuh tenggelam ke dalam laut.
Sebelum tangan itu berhasil raih tubuhnya, Mark dapat menyaksikan sebagaimana gemulainya sirip ekor emerald itu mendayu di dalam air laut yang melahap tubuhnya hingga jauh.
Awalnya Mark hanya ingin menggoda sang siren yang nyatanya mengancam dirinya dengan sebilah belati yang siap tancap lehernya. Mark juga dapat melihat sebagaimana luka yang dipancarkan dalam mata siren itu. Tapi untuk mempertahankan dirinya, dia hanya bisa melawan dan kejutan terakhir datang saat sang siren ikut dengan dirinya menuju pulau Kald yang menjadi awal malapetaka bagi dirinya.
Hanya satu yang dia ingat, saat melepas Haechan ke laut lepas dekat dengan pulau tempat berpulang, yang didapatkannya hanya tatapan sendu penuh kecewa serta tubuh penuh luka sebelum sang siren benar-benar pergi menyelam ke dalam dinginnya air menahan sakit luar dan dalam.
Saat itulah hatinya, pun ikut tersayat bersama gelombang air yang perlahan menghilang bersama bayang ekor sang siren di kedalaman.
Angin bertiup kencang tapi Mark enggan untuk pindah dari tempatnya, ia pejamkan mata berharap dari bisikan angin mampu membawa nyanyian siren yang dia cari.
KAMU SEDANG MEMBACA
[13] Siren
Fiksi Penggemar[COMPLETED] [Fantasy] [Mitologi] Sebuah mitologi yang membuat orang-orang ketakutan dengan nyanyiannya.