"Matahari yang indah kini tidak datang kembali
Seperti kamu yang sudah melupakan ku"
Matahari mulai turun perlahan di balik cakrawala, ditemani kicauan burung yang berterbangan menuju sarangnya. Udara sore yang sejuk membuat suasana terasa lebih tenang dari biasanya. Di sudut sebuah trotoar yang dipenuhi bebatuan, Nevra duduk termenung, memandangi jalanan yang ramai. Trotoar yang dulunya mulus kini tampak rusak akibat banyaknya kendaraan yang melintas tanpa henti. Ia terus menatap kendaraan yang hilir mudik, hingga tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul lima sore."Bun... Bunda! Bunda di mana?" teriak Nevra dari ruang tengah, suaranya bergema di seluruh rumah.
"Iya, Mas. Ada apa teriak-teriak gitu?" sahut Bunda dari arah dapur, terdengar kesal karena suara bising yang dibuat oleh anaknya.
Nevra, yang tak tahu bagaimana cara menyampaikan maksudnya, hanya bisa terbata-bata. "Anu, Bun... mau minta tolong."
"Anu apa, Mas? Jangan anu-anu, ngomong yang jelas," balas Bunda, menunggu dengan sabar meskipun jelas terlihat sedikit kesal.
"Aku mau minta tolong bikinin sarapan buat besok pagi, Bun. Buat dibawa ke sekolah," kata Nevra akhirnya, wajahnya sedikit canggung.
Bunda menghela napas panjang, merasa sedikit gemas. "Astaghfirullah, cuma mau bilang itu saja kok teriak-teriak?"
"Hehe... iya, maaf ya, Bun," jawab Nevra sambil cengengesan.
"Ya sudah, nanti Bunda siapkan. Kamu mau lauk apa?"
"Nasi dengan telur ceplok aja, sama sayur kangkung ya, Bun."
"Iya, iya. Sekarang kamu mandi dulu sana. Bunda siapin sarapanmu," kata Bunda sambil menuju dapur lagi.
"Oke, Bun! Mas mandi dulu ya," jawab Nevra sambil berlari ke kamar mandi.
@lautbiru2312_
Keesokan paginya, setelah sampai di sekolah, Nevra langsung menuju kelas dan mulai merapikan tempat duduknya. Matanya secara tidak sengaja tertuju pada seorang gadis yang duduk di deretan depan. Gadis itu bernama Syarah Nur Alivia, biasa dipanggil Syarah atau Via. Perempuan bercadar yang sering membuat hati Nevra berdegup kencang setiap kali memandangnya.
"Woy, Vra! Liatin apa lu?" suara keras dari belakang membuat Nevra tersentak. Sito, sahabatnya yang paling jahil, berdiri di belakangnya dengan senyum jahil. "Sampe nggak kedip, lu liatin cewek ya?" goda Sito.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVRA ALGARA (Segera Terbit)
Teen Fiction𝐒𝐄𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝐃𝐀𝐑𝐈 𝐂𝐄𝐑𝐈𝐓𝐀 "𝐍𝐄𝐕𝐑𝐀 𝐀𝐋𝐆𝐀𝐑𝐀" 𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐃𝐈 𝐔𝐍-𝐏𝐔𝐁𝐋𝐈𝐒𝐇 𝐔𝐍𝐓𝐔𝐊 𝐊𝐄𝐏𝐄𝐍𝐓𝐈𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐏𝐄𝐍𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓𝐀𝐍, 𝐁𝐀𝐂𝐀 𝐕𝐄𝐑𝐒𝐈 𝐍𝐎𝐕𝐄𝐋 𝐃𝐀𝐍 𝐀𝐊𝐀𝐍 𝐓𝐀𝐇𝐔 𝐂𝐄𝐑𝐈𝐓𝐀 𝐒𝐄𝐋𝐄𝐍𝐆𝐊𝐀𝐏𝐍𝐘�...