*Flashback on
Disekolah..
"Qila ini untukmu." Ucap Dimas sembari menyodorkan coklat dan satu botol susu.
"Terima kasih kau setiap hari selalu memberi cemilan kesukaanku, dan bodohnya aku tidak pernah bosan, kau kelebihan duit memberiku cemilan ini setiap hari?" Jawab Qila terkekeh membuat Dimas tersenyum Qila begitu manis dan cantik dimatanya.
"Aku mana Dim, Qila ajah nih yang dikasih?" Sela Sherly.
"Kau kan tidak suka susu ataupun coklat, kau hanya suka kopi." Jawab Dimas tanpa mengalihkan pandangannya pada Sherly.
"Kau tau aku suka kopi, beliin sekalian ke."
"Aku lupa Sherly."
"Ck kau setiap hari memberi susu dan coklat pada Qila tidak lupa." Keluh Sherly
"Iya itu karena karena em karena aku juga suka susu dan coklat makanya sekalian saja." Jawab Dimas seketika hilang kata lalu beralih membuat alasan.
"Alah bilang saja kau menyukai Qila, padahal banyak tuh cewe cewe yang bersekolah disini yang mau denganmu, secara kau kan pangeran sekolah disini." Jawab Sherly seketika tau Dimas sebenarnya menaruh hati pada Qila.
Dimas memang dijuluki pangeran disekolah, dia terlahir tampan, dia juga punya postur tubuh yang tinggi dengan kulitnya yang putih bersih, hidung mancung, bola mata hitam sedikit kecoklatan dan bibir merah alami yang semakin membuatnya terlihat begitu menawan sampai semua para gadis disekolah tersebut mendambakan ingin menjadi kekasihnya, tapi sayangnya Dimas hanya menyukai Qila, gadis pertama yang mencuri hatinya.
"Heh bicaranya jangan ngawur, Dimas emang baik kok, kita bertiga ini sahabat dan seterusnya akan seperti itu, iya kan Dimas." Sela Qila menjawab dengan tersenyum dan mengalihkan pandangannya pada Dimas.
Dimaspun mengangguk ikut tersenyum, walau dalam hatinya merasakan sakit yang teramat dalam, penolakan secara terang terangan yang Qila ucapkan membuatnya tak berdaya, dan hanya bisa memendam perasaannya saja.
"Oh iya kalian setelah lulus dari sekolah ini, mau kuliah dimana? ambil jurusan apa?" Tanya Qila
"Aku kuliah tidak jauh jauh dari sinilah, aku ambil jurusan pendidikan kau kan tau aku ingin jadi guru." Jawab Sherly dia memang cerdas dikalangan siswa sekolahnya yang selalu membawa peringkat pertama, kecerdasannya diakui disekolahnya.
"Kalau kau Dim?" Tanya Qila beralih pada Dimas.
"Aku ambil jurusan bisnis, kalau kuliah aku masih mempertimbangkan akan masuk universitas mana, belum ada pandangan yang cocok, kalau kau sendiri?" Tanya Dimas balik pada Qila.
"Em aku, aku em lihat nanti deh hehe." Jawab Qila sembari menyengir kuda.
Karena Qila dari keluarga tidak mampu, dia belum bisa menentukan akan kuliah atau tidak, biaya kuliah nantinya pasti membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sekolah SMAnya saja terkadang dia tidak punya uang saku, setiap harinya mungkin Qila bisa jajan karena ditraktir oleh Dimas ataupun Sherly, tapi mereka senang tidak mempermasalahkan uang sakunya habis untuk mentraktir Qila, bagi mereka berdua membantu teman yang kesusahan adalah perbuatan yang baik.
*Waktu pulang sekolahpun tiba..
"Yah hujan gimana kita pulangnya, aku cuma bawa jas hujan satu." Keluh Sherly pada Qila dan Dimas.
Jarak sekolah dari rumah mereka bertiga hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk sampai, mereka bertiga sudah terbiasa jalan kaki bersama, walau Dimas dan Sherly bisa saja menaiki motor, tapi demi Qila mereka lebih memilih berjalan kaki saja, saat ini hujan tengah menguyur kepulangan mereka dari sekolah membuatnya binggung hendak pulang, karena pada saat itu musim hujan memang tengah melanda.
"Dimas aku membawa payung ditasku dan jas hujan, kamu saja yang pakai yah, aku hujan hujanan saja, dan lagi besokkan libur tidak apalah." Ucap Qila sembari mengeluarkan jas hujan dan payung ditasnya untuk Dimas.
"Tidak usah, aku menunggu hujan reda saja, kalian kalau mau pulang, pulang duluan saja tidak apa apa." Jawab Dimas merasa tidak enak.
"Tapi sepertinya mendung sekali, hujannya mungkin lama, udah kamu pakai aja nih, aku tidak mau kau sakit, aku masih ingat saat kau pulang hujan hujanan bersamaku setelahnya kau demam hahaha kau memang payah." Jawab Qila tertawa sembari menyodorkan payung dan jas hujannya membuat Dimas tersenyum lalu segera menerimanya.
Perhatian perhatian kecil tersebutlah yang membuat Dimas menyukai Qila, setiap keadaan hujan Qila selalu memberikan payung dan jas hujannya jika Dimas lupa tak membawanya ralat sebenarnya dia memang tidak pernah membawanya karena dia merasa gengsi, fisik Dimas memang lemah jika sudah terkena air hujan, Qila yang memang sangat baik lebih rela basah kuyup hanya untuk menjaga Dimas agar dia tidak demam, perhatian tersebut membuat Dimas terkesan sampai cinta itu tumbuh dengan sendirinya sampai sekarang.
*Flashback off
"Tok tok tok"
Terdengar ketukan dipintu membuyarkan lamunan Dimas yang tengah mengingat masa lalunya saat disekolah, diapun segera beranjak untuk membuka pintu kamarnya, dan melihat sosok ibunya yang tersenyum.
"Sayang ayo makan malam, kau belum makankan?" Tanya sang ibu.
"Aku sudah makan diluar mah pas jalan jalan tadi sore, saat ini masih kenyang." Tolak Dimas halus.
"Oh iya sudah, kalau kau tidak mau makan, kau bisa memakan cemilan sudah mamah sediakan, kau bisa mengambilnya yah."
Dimaspun mengangguk dengan sang ibu yang pergi meninggalkannya, diapun menutup pintu kamarnya kembali, lalu segera berjalan mendekati figura foto kecil yang disimpannya, diambilnya foto tersebut menampilkan sosok dirinya dan juga Qila yang saling merangkul pundak dengan tersenyum dan masih mengenakan baju seragam sekolah SMAnya, diapun memandangnya dan menyentuh figura foto tersebut dengan tersenyum.
"Senyummu tidak pernah berubah Qila, senyummu yang sekarang masih sama seperti dulu, sangat manis, kenapa kau tidak pernah menyadari bahwa aku sangat mencintaimu, melihatmu bersama pria lain membuat hatiku sakit, aku terlalu takut untuk mengungkapkan perasaanku sampai aku melihat kau bisa tersenyum bahagia dengan pria lain."
"Kaupun sekarang sudah bertunangan, tidak ada celah untukku bisa masuk, tapi melihatmu bahagia seperti sekarang cukup membuatku senang, aku akan menahan rasa sakit ini untuk kebahagiaanmu, walau aku tidak tau apa aku bisa bertahan dengan rasa ini, tapi aku tidak bisa melihatmu menangis dan terluka, biarlah, aku harus ikhlas menerima semua ini, kebahagiaanmu adalah prioritas utamaku, walaupun aku tau aku hanya sahabat bagimu."
Gumam Dimas berbicara sendiri dengan bulir bening menetes membasahi pipinya, dia seketika begitu hancur yang tidak pernah bisa mengungkapkan rasa cintanya, dia juga sampai membodohi dirinya sendiri mengapa dia harus terjebak dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan seperti ini, dengan memeluk figura foto tersebut dia menghela nafas panjang tapi bulir air mata terus keluar mengalir membasahi pipinya sampai sesak didalam dadanya begitu terasa.
"Aqila Livia aku mencintaimu." Gumamnya dengan tangis yang tidak bisa ia hentikan dalam kesunyian malam yang menyelimuti hatinya mendekap figura foto tersebut sampai begitu erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aqila Livia
RomanceAqila Livia berusia 27 tahun gadis cantik dan juga sangat manis kulitnya yang putih menambah kesan cantik alami wajahnya dengan senyum manisnya yang mendominasi membuatnya terlihat menawan dimata semua pria yang memandangnya. Kehidupannya yang seder...