Restu yang Sebenarnya

20 3 0
                                    

Keluarga Qila yang memang ikut dengan Maheswara, kini tengah menatap takjub rumah kediaman Irawan yang begitu megah dan besar, sampai Anara dan Satria melonggo sembari mengedarkan pandangannya melihat kesekelilingnya yang begitu luas seperti lapangan bola menurutnya, sampai akhirnya Anara dengan polosnya bertanya pada Maheswara.

"Kakek ini rumah apa istana?" Tanya Anara yang membuat Maheswara dan Intan terkekeh.

"Ini rumah bukan istana sayang, cuma memang begini kelihatan besar." Jawab Maheswara dengan tersenyum sembari mengelus rambut Anara lembut.

Anarapun mengangguk, tapi dia seketika melihat Siska yang berjalan membelakanginya hendak menuju kamarnya setelah pergi ke ruang kerja, lalu Anarapun berteriak memanggilnya.

"Kak Siska!!"

Siska yang memang mengenali suara tersebut langsung menghentikan langkahnya lalu menoleh, begitu dia melihat orang yang memanggilnya diapun tersenyum dan berlari menghampirinya.

"Anara!!" Teriaknya sembari berlari seperti anak bertemu ibunya, begitu dekat dia langsung memeluknya.

"Kau datang, kakak merindukanmu." Ucap Siska

"Aku juga merindukanmu kak."

"Tapi, eh tunggu sebentar, kau kenapa bisa datang kesini? dan ayah ibu Satria juga, kalian kok ada disini?" Ucap Siska binggung melepas pelukan Anara.

"Kakek sebenarnya ada apa ini?" Tanya Siska pada Maheswara.

"Nanti kakek ceritakan semuanya, mana kakakmu?"

"Em sepertinya belum pulang kek."

"Iya sudah kita tunggu kepulangan kakakmu, nanti kita bicarakan bersama dan lebih baik kau ajak semua keluarga Qila menuju kamar tamu yah."

"Baik kek, ayo semua ikut aku." Ajak Siska bersemangat.

Mereka semuapun mengikuti Siska menunjukan kamar yang akan ditempatinya menginap beberapa hari dikediaman Irawan untuk menghadiri pernikahan yang memang sudah direncanakan, Intan dan Maheswara memilih untuk duduk disofa ruang tengah sembari beristirahat dan menunggu kepulangan Wira.

Tak berapa lama yang dinanti nantikan datang dengan wajah berseri seri karena seharian penuh bersama sang pujaan hati, begitu dia melihat Maheswara dan Intan wajah berseri serinyapun seketika memudar berganti dengan wajah dingin dan datar, Maheswara dan Intan yang melihat Wira sudah pulang menegurnya.

"Dari mana saja kamu!!" Tanya Maheswara membuat Wira berhenti dari langkahnya menjawab pertanyaan sang kakek.

"Pacaran." Jawabnya enteng.

"Apah!! kau masih berhubungan dengan dia!!" Tegas Maheswara menahan sekuat tenaga untuk tidak tertawa karena menggoda Wira, sama halnya dengan Intan yang terkekeh tertahan karena ingin mengikuti drama yang dilakukan Maheswara.

"Memangnya kenapa!! masalah untuk kakek dan nenek!! sudah berapa kali aku katakan aku mencintainya, aku akan memperjuangkannya walau harus bertentangan dengan restu kakek dan juga nenek!!" Teriak Wira seketika sudah hilang kesabaran, mengapa kakek dan neneknya tidak mau mengerti dirinya.

"Duhhh tidak usah teriak teriaklah kak, berisik sudah malam." Sela Satria tiba tiba datang lalu dengan tidak tahu malunya ikut duduk disofa bersebrangan dengan Maheswara dan Intan diikuti Anara Bella Fandi dan juga Siska.

Wira yang melihat kehadiran mereka seketika melonggo bego terdiam sejenak, sampai semua orang yang melihatnya terkekeh dan tersenyum, hingga Wira mengambil alih kesadarannya hendak berbicara tapi disela oleh Anara.

"Kalian kok bis"

"Iya bisalah kak, kenapa tidak."

"Tidak maksudku, ada apa ini?" Tanya Wira binggung lalu mengalihkan pandangannya pada Maheswara menuntut penjelasan.

"Kakek dan nenek yang mengundang mereka kesini, kau jangan terlalu menganggap kakek dan nenek begitu jahat Wira." Terang Maheswara.

Wira yang mendengar itu seketika tersenyum haru lalu berjalan mendekati Maheswara dan Intan bersimpuh dihadapannya yang terduduk disofa, dia lebih memilih terduduk dilantai sembari memegang tangan Maheswara lalu menyandarkan kepalanya dipangkuan sang kakek.

"Maafkan Wira kek, Wira tau kakek dan nenek tidak mungkin sejahat itu dengan Wira." Jelasnya.

Wira seketika tau kalau hubungannya kini sudah direstui, dengan hadirnya keluarga calon istrinya membuat dirinya mengerti, kehangatan keduanya sudah tercetak jelas dimatanya.

"Kau benar, kakek dan nenek sudah merestui hubungan kalian, jauh sebelum kakek dan nenek bertemu Qila." Terang Maheswara sembari membelai rambut Wira lembut.

"Jadikanlah Qila cucu menantu dirumah ini sayang." Sela Intan yang membuat Wira mengangkat kepalanya lalu mengangguk tersenyum.

"Pasti nek, aku akan dengan senang hati mengabulkannya, terima kasih nek kakek, dan terima kasih juga sudah mengerjai kami, apa perlu aku memberikan penghargaan untuk akting kalian yang membuatku kelimpungan." Jelas Wira sebal

Mengingat perlakuan Maheswara dan Intan seenak jidatnya mencemoh bahkan merendahkan Qila sampai dirinya begitu emosi, mendengar sang cucu terlihat merajuk membuat mereka semua tertawa senang, dengan Intan yang menanggapinya meledek.

"Apa kau setuju kalau kakek dan nenek menjadi aktor?" Tanya Intan terkekeh membuat Wira hanya bisa mencebik sebal, tapi dia seketika teringat calon kedua mertuanya.

"Eh ayah ibu lupa?" Ucapnya lalu berdiri segera mendekati Bella dan Fandi untuk mencium punggung tangannya.

"Nak Wira sudah senang?" Tanya Fandi menggoda.

"Senang, tapi belum sepenuhnya om." Jawabnya

"Kenapa?" Sela Bella

"Putri tante dan juga om belum sepenuhnya menjadi milik saya." Jawabnya tersenyum

"Ekhem segera kak, kau tenang saja, tahan sebentar jangan sampai kebelet" Sela Satria menggoda seraya terkekeh membuat semua orang tertawa.

"Ck dasar bocah tengil, Oh iya Anara Satria selamat datang dirumah papah Irawan." Ucap Wira sembari mengusap rambut kepala keduanya.

"Em iya kak, rumahnya bagus dan cie cie kak sudah berbunga bungakah?" Goda Anara ikut meledek.

"Iya nih cie cie wajahnya sumringah." Sela Siska yang dari tadi diam ikut meledek.

"Ck syirik aja kalian, bwekk." Jawab Wira sembari menjulurkan lidahnya pada mereka.

Wira yang pada saat itu merasakan bahagia, ingin menyalurkan rasa bahagianya dengan Qila, diapun merogoh sakunya mengambil ponsel hendak menghubungi Qila, pemandangan itu dilihat Intan yang segera menahannya.

"Wira apa kau ingin menghubungi Qila? sebaiknya jangan." Tahan Intan

"Memangnya kenapa nek? ini adalah kabar bahagia Qila juga harus tau."

"Berikan dia kejutan besok yah, kita jemput Qila pagi pagi bersama bagaimana?"

"Baiklah aku menurut pada nenek saja untuk memberikan kejutan, besok kita temui Qila bersama"

Semuapun mengangguk setuju dengan Wira yang kembali memandang layar diponselnya terlihat disana senyum cantik calon istrinya begitu menawan dimatanya membuat dia tersenyum bahagia.

"Sayang kau sangat cantik dan juga manis, tunggulah kedatanganku besok, kau akan segera menjadi milikku sayang." Gumamnya dalam hati masih memandang foto yang terpampang jelas dilayar ponselnya.

"Anara kau tidur dikamar kakak, apa kau mau?" Tawar Siska

"Apakah boleh kak?"

"Tentu saja, kapan lagi kau tidur bersamaku."

"Em baiklah kak, aku tidur dengan kakak."

"Yuk kita ke kamarku sekarang." Ajak Siska

Dia sudah menganggap Anara sebagai adiknya selain Anara, Satria juga sudah ia anggap adiknya, karena dia tidak mempunyai seorang adik, bertemunya dia dengan Anara dan Satria membuatnya merasa menjadi seorang kakak yang mempunyai dua adik.

Karena hari sudah malam mereka semuapun akhirnya lebih memilih untuk istirahat menuju kamar masing masing, mereka semua akan membahas hari pernikahan setelah bertemu dengan Qila nanti.

Aqila LiviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang