1. MASA LALU - MENCAMPAKKANKU

48 6 1
                                    

"Kau harus cepat! Mereka membawanya ke lantai atas."

Laki-laki itu berdiri dan berusaha untuk berlari sekencang mungkin menaiki tangga.

Ada raut takut dalam dirinya, berulang kali dia mengucapkan "tolong, jangan terpengaruh".

Saat mencapai lantai terakhir sebelum rooftop, larinya terhenti melihat beberapa perempuan turun sambil tertawa.

"Kamu ngapain kesini? Jangan bilang kamu mau menghampirinya? Kenapa? Mulai mengasihaninya?" Wanita ini sangat cantik, rambutnya terurai panjang dengan kulit yang bersih. Senyumnya manis, namun ada kesan sinis didalamnya.

"Bukankah kamu risih dengan kehadirannya? Bukankah selama ini kamu tidak mau dia selalu membuntutimu?" Ucap seorang wanita lain yang berada dibelakangnya dan disambut tawa oleh yang lainnya.

"Kami sudah susah payah loh memfitnah dia sampai semua atasan berencana memecatnya. Sebentar lagi kamu pasti tidak akan terganggu olehnya, sayang." Ucap wanita cantik tadi yang diketahui ada tag bertuliskan Sarah, namanya.

"Ya Tuhan, Sarah! Apa yang kamu lakukan? Kamu tidak perlu sampai memfitnahnya, bukankah sudah cukup dengan membullynya saja? Katamu dia akan pergi dengan sendirinya." Laki-laki itu berbicara sambil mengusap wajahnya. Dia tidak habis pikir lagi dengan apa yang dilakukan orang-orang dihadapannya.

"Perubahan rencana sayang, dia ternyata cukup kuat bertahan 2 tahun walaupun sering ditindas, bahkan hampir sekantor tidak suka sama dia. Lagian, kalau memang fitnahnya tidak benar kenapa dia tidak mau membela diri?" Ucap Sarah mengarahkan tangan untuk bersedekap.

"Kenapa kamu begini, Sarah?" ada tatapan kecewa dimatanya.

"Kamu kenapa sih? Aku ga suka ya kamu begini. Kamu mulai perhatian sama dia? Kamu mulai kasihan sama dia karena dia sudah menyukaimu dalam waktu lama? Aku kenapa? Kamu yang kenapa, bukan aku. Bukankah semua ini sudah kita rencanakan? Aku begini juga karena kamu yang dulu tidak mau dia mendekatimu. Kamu dari awal membiarkanku melakukan ini, kenapa sekarang menyuruhku berhenti? Kamu pikir bagaimana perasaanku Ardi?" Nada Sarah meninggi, dia benar-benar dibuat bingung oleh laki-laki di depannya.

"Kita sudah putus Sarah, bahkan sebelum kamu mulai untuk membullynya. Aku tak pernah memintamu untuk menindasnya, aku hanya mau kamu membuatnya menghindariku. Bukan seperti ini." Ardi nampak benar-benar frustasi dengan apa yang terjadi saat ini, perasaannya kalut saat ini. Ia hanya ingin lewat dan menyusul wanita yang dipastikan masih berada rooftop dengan badan yang kedinginan.

" Ya memang kita sudah putus, tapi aku masih suka padamu Ardi. Aku tidak suka wanita itu terus menempelimu. Bahkan dia tidak lebih baik dariku. Memfitnahnya menjual data kepada kompetitor adalah hal yang tak akan pernah aku sesali. Dia harus ditendang dari sini, kamu sendiri yang meminta supaya dia pindah dan tidak bekerja disini. Kamu bilang tidak mau melihat dia lagi loh!"

"Tapi tidak dengan fitnah-fitnah ini Sarah! Aku...." Ardi berhenti melanjutkan kata-katanya, dia melihat wanita yang sudah disakitinya selama ini berdiri di depan pintu dengan mata kecewa.

"Sudah seharusnya dia pergi, kalau bisa mati saja karena kalau masih hidup dia akan tetap kembali menyukaimu. Bukannya ini baik untukmu dan untuknya juga?" Jawab Sarah sambil berlalu, melewati Ardi yang masih terdiam memandang ke arah pintu yang perlahan menutup.

Dia segera berlari menaiki tangga tanpa takut jika akan terjatuh. Begitu membuka pintu, hatinya terasa hancur melihat wanita itu sudah berdiri dipinggir dinding seolah ingin melompat. Dia begitu merasa bersalah karena selalu memperlakukan wanita itu dengan buruk.

Hanya karena risih, banyak kata-kata kasar yang dia lontarkan untuk membuat wanita itu menjauh. Berapapun sakit yang ia torehkan, tapi wanita itu tetap tersenyum manis melihatnya.

LOVE LINE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang