2. MASA LALU - ORANG TERAKHIR

20 6 1
                                    

Seorang gadis terlihat asyik memandangi sepucuk kertas yang dia pegang dari tadi.

Senyumnya mengembang sedari tadi sambil sesekali memperhatikan sekitar.

Terlihat seorang laki-laki datang menghampirinya sambil tertawa dan kemudian menggandeng tangannya. Mereka berdua berjalan masuk ke arah taman hiburan sambil tertawa riang.

"Mana buku buat aku? Berikan padaku. Nih suratnya, kata-kata ini potongan dari buku yang kau beli kan?" Kata gadis itu sambil menarik beberapa kali lengan baju laki-laki di sampingnya.

"Buku apasih? Tidak ada." Kata laki-laki itu sambil mendorong kepala gadis itu agar sedikit menjauh.

Dengan tertawa gadis itu berkata kembali sambil melepaskan gandengan laki-laki itu "Tidak, kau pasti bohong! Bukunya kamu berikan ke siapa kalau bukan buat aku? Katamu kan buku itu diberikan ke orang special."

Laki-laki itu membalikkan badan sambil tersenyum dan sedikit melirik ke atas, menunjukkan seolah dia berpikir.

"Bukan kamu pastinya. Sudah ku berikan, pada orang lain."

Gadis itu menatap curiga dan tidak percaya pada perkataan teman dekatnya ini. Tangannya ia arahkan untuk bersedekap dan menuntut jawaban dari laki-laki yang terlihat senyum senyum sendiri saat ini.

"Kau berikan pada siapa? Jangan bilang pada Sonya?"

"Bukan, yang pasti bukan kamu hahaha. Kamu adalah orang terakhir yang terlintas dalam benakku untuk dijadikan pacar. Maksudku kita ini teman dekat, kamu sahabatku. Mana mungkin aku berpikiran untuk menjadikanmu pacar." Laki-laki itu tertawa lalu membalikkan badan dan berjalan menjauhi gadis yang terdiam sekarang dibelakangnya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa hatinya mencelos mendengarkan perkataan laki-laki yang dia pikir berbeda dari yang lain. Dia pikir bahwa selama ini mereka tidak hanya berteman. Hampir setiap hari mereka selalu bersama, berjalan-jalan, meluangkan waktu di taman kota untuk bercerita. Namun, semua usahanya itu hanya dianggap sebagai sahabat biasa oleh laki-laki itu.

Hatinya hancur. Sambil melihat punggung seseorang yang disayanginya selama ini, menjauh seolah tidak merasa bersalah setelah mengatakan itu. Bahkan laki-laki itu tidak menoleh padanya sama sekali, ia hanya sibuk melihat permainan apa yang ingin dia coba.

***

Wahyu berlari pontang panting tanpa tau arah.

Kerusuhan.

Kinara.

Dua hal yang dia pikirkan saat ini. Tadi ibunya di rumah tiba-tiba menerima kabar bahwa Kinara terjebak kerusuhan yang berakhir ancaman bom bunuh diri di tengah kota.
Ibunya bahkan meneriakinya yang sedang asyik bermesraan dengan gadis lain yaitu Sonya.

Gadis yang dia pikir orang terpenting dihidupnya. Gadis yang dia pikir segalanya dan sumber kebahagiaanya.

Namun ternyata ia salah.

Mendengar nama Kinara disebut-sebut menghilang dalam kerusuhan, ia panik. Berlari pontang panting dan melajukan motornya dengan cepat.

Mengutuk setiap aksi kerusuhan dan bom bunuh diri yang beritanya simpang siur.

Mengumpati setiap jalan yang terasa lama sekali ia lalui untuk mencapai ke lokasi yang diperkirakan tempat Kinara terakhir berada dalam genggaman ayahnya.

Saat ini Wahyu terlihat kebingungan, menanyakan ke semua orang yang ada mengenai dimana sumber kerusuhan itu. Tentunya, tidak ada yang menjawabnya, karena semua orang sibuk berlari menyelamatkan diri.

Wahyu berlari menelusuri semua area tanpa peduli dorongan warga yang menerobosnya, mendorongnya untuk menjauh dari lokasi. Badannya yang mungkin lebam tak sebanding dengan hati dan pikirannya yang kacau. Dia sangat mengakhawatirkan gadisnya. Gadis yang selama ini selalu berada digenggamannya. Membuatnya ingin selalu hadir dihari-hari gadis itu.

LOVE LINE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang