3. MASA LALU - PERMAISURI YANG TIDAK DIPILIH (1)

11 4 0
                                    

"Ratu, ini lucu. Mengapa ibu mengadakan sayembara ini untuk memilihkanku permaisuri? Padahal ibu tahu dan sudah setuju mengenai pilihanku."

"Tidak masalah. Kalau memang pilihanmu benar, dia akan selalu menang." Ibunya menoleh sedikit dan kemudian kembali berjalan menuju ke suatu tempat.

"Maksud ibu apa? Ibu tidak percaya pada pilihanku?" Laki-laki yang sebentar lagi akan ditunjuk untuk menggantikan raja itu berusaha untuk menghentikan ibunya.

Ibunya tiba-tiba menghentikan langkah dan menoleh kepadanya sambil berbisik pelan "Tidak, tapi tidak ada salahnya. Semua permaisuri kerajaan selalu ada pemilihan. Tidak mungkin tidak ibu lakukan, semua akan menduga bahwa pernikahan kalian memang suatu yang direncanakan. Kau tau sendiri, kematian ayahmu yang mendadak menimbulkan banyak perdebatan."

"Tapi bu, harus Putri Anne lah yang menjadi istriku." Pangeran langsung berjalan melewati ibunya yang tersenyum penuh arti.

***

Pemilihan permaisuri pun dimulai. Beberapa Putri terbaik yang dimiliki oleh kerajaan disekitar mereka pun mendaftarkan diri. Tidak hanya kerajaan disekitar mereka, bahkan sampai ke tempat terjauh pun banyak yang rela datang jauh untuk mengikuti pemilihan permaisuri ini.

Hal ini dikarenakan parah yang tampan serta prestasi yang banyak sudah diraih oleh Pangeran Heinrich. Tak sedikit orang yang mengangguminya. Semua panglima terbaik dan pejabat tinggi dari berbagai kerajaanmun ikut mendaftarkan Putri terbaik mereka.

Dari kejauhan, saat semua Putri berkumpul untuk mengikuti tes pertama, terdapat sepasang kekasih yang tengah berpelukan.

"Mengapa harus dilakukan sayembara ini, sayang? Kalau bukan aku bagaimana?" Tanya Putri Anne sambil mengelus pelan beberapa kali punggung pangeran Heinrich.

"Sudah kupastikan pada Ratu bahwa dirinya harus memilihmu. Kalau bukan kamu mungkin aku lebih memilih untuk memberikan tahtaku pada Philip." Heinrich tidak bisa melepaskan pelukannya dari wanita yang berada di depannya.

Wanita ini sudah menemaninya beberapa tahun belakangan. Semuanya terasa sangat cocok, mereka saling melengkapi dalam berbagai hal. Terutama dalam membuat strategi perang, mereka bahkan benar-benar merasa sinergis dan menjadi satu tubuh saat di medan perang.

"Tidak harus sampai seperti itu. Mungkin kau bisa lebih bahagia dengannya." Putri Anne dengan sengaja melepaskan Heinrich dari pelukannya dan menggoda pangeran yang ia sukai itu.

"Mana mungkin ada yang membuatku bahagia lebih dari kamu." Jawab Heinrich sambil memegang tangan Putri Anne.

"Sejujurnya aku sedikit khawatir dengan keberadaan Putri Victoria. Dia temanmu sejak kecil dan dia sama sepertimu, pada dalam banyak hal. Kau sungguh tidak ada rasa padanya?" Tanya Putri Anne padanya, wajahnya berubah menjadi serius.

Putri Anne mengakui kalau dirinya takut tersaingi oleh teman kecil Heinrich. Kedua orang tua Heinrich dan Victoria sudah menjalin kerjasama sejak lama. Bahkan saat kecil mereka sering bermain berdua. Namun, mereka tidak pernah menjadi dekat.

Baik Heinrich maupun Victoria tak pernah dengan terang-terangan mendekati satu sama lain. Heinrich merasa dirinya yakin 100% bahwa ia tidak menyukai Victoria dan begitupun sebaliknya. Ia merasa Victoria lebih cocok dengan laki-laki yang lebih hebat darinya, Pangeran Jansen misalnya.

"Tidak sayang, kami bahkan tidak mengenal satu sama lain. Mungkin dia kuat, tapi tes kali ini sudah dibuat ibu supaya kamu menang kok."

Memang benar yang diucapkan Heinrich, setelahnya Anne bisa melewati banyak tantangan. Namun dirinya merasa tidak nyaman melihat Victoria juga ikut melewati banyak tantangan. Memang secara fisik dan kepintaran Victoria jelas diatas Anne. Meskipun gelar yang disandang adalah Putri kerajaan namun ia juga menyandang Panglima Perang Kerajaan yang cukup disegani dimana-mana.

Tidak jarang Anne melihat beberapa moment kebersamaan Heinrich bersama Victoria.

***

"Hei, ibuku memberikan ini untukmu. Bisa kau pakai saat tes berburu nanti." Kata Heinrich sambil menyodorkan busur dan beberapa anak panah.

Victoria terdiam, memandang ke arah busur yang diberikan Heinrich. Kemudian dia mengalihkan pandangan ke arah busur dan panah yang berada di sampingnya.

"Ah kau sudah punya?" Tanya Heinrich padanya.

"Tidak apa, aku terima ini, sampaikan salamku pada Ibumu. Nanti aku akan menemuinya." Ucap Victoria tegas namun masih terdengar lembut.

"Tidak perlu, nanti banyak orang yang mengira bahwa kau akan dipilih nantinya. Ini akan memberatkanmu." Ucap Heinrich.

"Memangnya kenapa kalau aku dipilih nantinya?" Tanya Victoria sambil memiringkan kepalanya.

"Aku sudah menyiapkan permaisuriku sendiri dan aku rasa kamu sudah mengetahuinya." Ucap Heinrich sambil memicingkan matanya melihat bulu-bulu yang tergantung unik dibusur milik Victoria.

"Lalu kenapa acara sebesar ini diadakan?" Tanya Victoria bingung.

"Keluargaku hanya tidak mau rumor bahwa Ayah mati dibunuh dan sudah direncanakan."

"Kasihan para putri yang sudah berjuan mati-matian sampai ke tahap ini."

"Itu mereka, hal ini tidak akan sulit bagimu. Mungkin kamu bisa merelakan meski saat nanti hanya tinggal kau dan Anne yang berada dalam Arena. Kau sudah tahu aku akan memilih siapa."

Heinrich meninggalkan bangunan khusus yang ditujukkan untuk Victoria. Bangunan itu tidak sebagus dan sebesar milik Anne namun masih lebih baik daripada Putri yang lain.

"Bagaimana kau bisa yakin akan menang? Jika aku akan berusaha mati-matian untuk merebut posisiku!" Ucap Victoria pelan dan tidak mungkin terdengar oleh Heinrich.

***

Setelah beberapa tes dilewati, kini hanya tersisa Anne, Victoria dan Elizabeth yang harus menyelesaikan misi terakhir. Misi ini diyakini sebagai misi yang cukup membahayakan karena masing-masing putri akan menjadi Panglima perang yang melawan area perbatasan mereka. Area ini berada diluar jangkauan kerajaan dan butuh beberapa hari untuk menempuh perjalanan.

Jika kalian berpikir ini akan mudah bagi ketiganya karena sama-sama pernah terjun ke medan perang, maka kalian salah. Misi ini justru sangat berbahaya, karena merupakan area mati dan tidak pernah menang sebelumnya. Terdapat 3 lokasi besar dan salah satunya selalu memakan hampir 80% tentara saat misi terakhir dibuat. Belum lagi mereka harus merekrut sendiri prajuritnya dan tidak disediakan oleh pihak kerajaan. Mereka juga dilarang untuk mengambil prajurit dari kerajaan asal mereka.

"Baik berikut adalah pembagian areanya. Elizabeth, mendapatkan Zona kutub daerah timur. Anne daerah tenggara dekat pesisir pantai. Terakhir Victoria mendapatkan daerah Barat dekat dengan perbatasan laut lepas."

Begitu pembagian itu dibacakan, mereka semua terdiam menoleh ke arah Victoria.

"Akan tidak adil bagi Elizabeth dan Anne jika Putri Victoria tidak mendapatkan area ini. Bagi saya dengan semua catatan perang Victoria, diharapkan dirinya bisa untuk menyelesaikan konflik di area laut lepas." Ucap Pangeran Heinrich yang menyebabkan banyak orang berbisik menanyakan kebenaran kata-kata tersebut.

Dari banyak area yang belum ditaklukkan, area Victoria ini adalah yang paling bahaya. Semua orang dapat menila bahwa semua ini dibuat agar Victoria kalah. Namun yang mengkhawatirkan adalah bukan soal menang atau kalah untuk meraih gelar Permaisuri, namun ini soal nyawa.

Ditambah keluarga Victoria saat ini dilanda kekalahan yang sangat hebat, membuat banyak prajurit yang gugur dalam medan perang. Victoria sendiri baru selesai dari medan perang mematikan yang membuatnya sedikit cemas dan takut. Terlepas dari jabatannya sebagai panglima, dia masih perempuan yang punya rasa takut.

Victoria menatap mata Pangeran Heinrich dengan cemas.

Melihat tatapan itu, tiba tiba membuat hati Pangeran Heinrich tidak tenang. Berkali-kali ia menimbang, apakah perbuatannya ini benar atau salah.

***

LOVE LINE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang