4. MASA LALU - HANYA AKU YANG BERHARAP

12 4 0
                                    

Aku tersenyum sambil menatap surat-surat dan boneka di depanku.

Tidak menyangka bahwa pada akhirnya aku mendapatkan apa yang selama ini aku impikan.

Menjadi kekasih Mas Danu.

Aku sudah menyukainya sejak lama. Sejak saat dia berkunjung ke rumah untuk keperluan khusus dengan ayah.

Sejak saat itu aku berusaha mendekatinya. Kebetulan yang lain adalah kita bersekolah di tempat yang sama.

Entah sejak kapan kita menjadi dekat. Memang, aku duluan yang menyatakan bahwa aku menyukainya.

"Mas, aku tau kalau ini lancang. Tapi entah sejak kapan rasa kagum ini menjadi kerinduan."

"Sejak kapan Vania merasakan itu?" Tanyanya, setelah diam beberapa menit.

Aku bahkan tidak berani menatapnya saat itu, yang kuingat aku berkata "Sejak mas datang ke rumah ayah, untuk proses pindahan rumah pertama kali."

"Seingat mas, itu sudah sangat lama. Sekitar 4 tahun yang lalu dek."

"Iya mas, aku tidak tahu kenapa tidak bisa menghilangkan perasaan ini. Maafkan aku mas."

Sedetik kemudian, apa yang selama ini aku inginkan terjadi. Mas Danu menggenggam tanganku. Sambil menatap kebingungan, aku beranikan diri untuk melihat tepat di matanya. Senyumnya sungguh indah, menggetarkan hatiku.

Sejak saat itu, kami berpacaran. Itu yang mereka katakan tentang hubungan kami.

Hal yang paling menyenangkan saat menjalin hubungan adalah aku bisa mengekspresikan rasaku. Tidak lagi memendamnya, tidak lagi takut mengatakan bahwa aku mencintainya. Semuanya sudah terbalas.

Inilah saat-saat yang aku tunggu. Kebahagiaan karena menjadikan Mas Danu sepenuhnya milikku. Kini aku bisa dengan bangga memperkenalkan Mas Danu sebagai orang spesial bagiku.

***

Seorang wanita menghampiri Vania yang tengah tersenyum merapikan barang-barang di kamarnya.

"Dek, kamu benar pacaran dengan Danu?" Tanya wanita yang ternyata adalah kakak kandungnya.

"Iya kak, kenapa?" Senyum Vania terlihat lebar sekali, terpancar kebahagiaan pada kedua matanya.

"Kalau iya, kenapa kok sama saja seperti saat kamu cuman berteman sama dia?"

"Maksud kakak apa?" Vania sepenuhnya menolehkan kepala ke kakaknya. Entah bagaimana ada seakan ada yang menggelitik dirinya.

"Dia tidak pernah mengapeli kamu. Bahkan kakak tidak lihat kalau kalian sering bertukar surat. Semua surat ini hanya kamu yang mengirim. Kalian juga jarang keluar loh dek, masa bisa dibilang pacaran? Kalian kan bisa menghabiskan waktu bersama diluar sana, ini tidak."

Vania terdiam. Sebenarnya ini yang dia rasakan.

Memang selama ini setelah menyatakan perasaannya, yang berubah hanya cara Vania mengekspresikan dirinya sebagai pacar Mas Danu.

Tidak ada yang berubah, Mas Danu tetap menjadi orang yang biasa. Meski sudah bergandengan tangan, Mas Danu jarang mengajaknya keluar atau menghampirinya ke rumah. Bahkan mengiriminya surat atau hadiah saja tidak.

Vania terakhir bertemu beberapa hari yang lalu, itupun tidak sengaja saat ada acara di balai desa. Vania yang menempeli Mas Danu kemanapun dia pergi. Bahkan Mas Danu tidak memberitahu teman-temannya jika mereka berpacaran.

Tiba-tiba rasa sedih menyergap. Tapi segera ia tepis, setelah ini dia harus pergi ke rumah Mas Danu membantu ibunya yang akan menyelenggarakan acara. Ibunya tahu jika Vania dan Mas Danu berpacaran, namun tidak ada respon dari sang bunda.

LOVE LINE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang