3. MASA LALU - PERMAISURI YANG TIDAK DIPILIH (2)

10 5 0
                                    

Dengan cemas Victoria memperhatikan kembali prajurit yang berada di belakangnya. Keningnya mengeryit dan helaan nafasnya bisa terdengar.

Kurang orang

Begitulah kondisi yang bisa mengambarkan betapa menyeramkan medan perang nanti. Tidak banyak Prajurit yang bisa dia pilih untuk berangkat ke medan perang.

Bahkan Pangeran Heinrich terang-terangan memberikan tambahan Prajurit untuk kekasihnya, Putri Anne.

"Aku masih tidak habis pikir, kenapa Pangeran Heinrich mengirimmu kesini? Bahkan disaat dia tahu Prajurit kita kekurangan orang tapi dia malah menyuruh mereka bergabung dengan Pasukan Anne." Ucap salah satu Panglima perang bernama Edward.

"Padahal kalau dilihat, wilayah Putri Anne lah yang paling mudah untuk ditaklukkan." Ucap salah satu Prajurit kepercayaan Edward

"Sudah tidak perlu dipikirkan, kita hanya perlu menyusun strategi saat berada di medan perang besok." Ucar Victoria tegas sambil menyuruh salah satu prajurit lain untuk membentangkan peta.

"Kita diserang!!" Teriak Prajurit yang berada dibarisan paling belakang.

Dapat Victoria lihat bahwa pasukkannya yang berada di paling belakang sudah banyak yang tumbang karena anak panah yang entah dari mana.

Victoria melihat ke arah sekitar, yang dia yakini bahwa arena ini bukan titik medan perang sebenarnya.

Apakah Victoria salah perhitungan? Atau memang ada kesalahan informasi dari peta yang diberikan oleh kerajaan.

***

"Ibu kecewa padamu Heinrich. Segitu inginnya kau memenangkan Putri Anne, hingga kau melakukan banyak cara untuk menjebak Victoria. Meski dia Panglima Perang, dia tetap saja seorang wanita." Ujar Sang Baginda Ratu yang menatap Heinrich yang berlutut dihadapannya.

Heinrich saat ini berwajah pucat pasi. Dia melakukan kesalahan yang sangat fatal. Hal ini membuatnya tidak bisa tidur berhari-hari sejak Putri Victoria berangkat ke medan perang.

Pangeran Heinrich dengan sengaja memberikan tambahan pasukkannya untuk Putri Anne. Bahkan ia juga memberikan informasi lokasi yang salah kepada pembuat peta kerajaan. Tidak, untuk kali ini dia tidak sengaja. Hal ini dikarenakan saat terakhir ia pergi kesana, semuanya jadi kacau berantakan. Pertahanan musuh sangat kuat, bahkan mereka terkenal sangat sadis dan tidak segan-segan untuk membunuh musuhnya.

Heinrich saja kewalahan saat berada di medan perang itu. Zona hitam atau bahkan Zona kematian, itu sebutan bagi siapapun yang berusaha untuk menaklukan daerah tersebut.

"Maafkan saya ibu, saya benar-benar menyesal. Apa yang seharusnya bisa saya perbuat ibu?"

Ratu sedikit mengeryitkan dahinya. Dia terheran karena putra kesayangannya ini tiba-tiba berbicara sangat formal padanya. Saat ini terjadi, biasanya sang putra merasa sangat bersalah atau berada pada titik terendah.

"Ibu tidak bisa mengatakan apapun, peraturannya tidak ada prajurit yang boleh dikirim kesana sebagai tambahan. Mau tidak mau kita harus menerima jika suatu saat Putri Victoria tidak akan kembali."

Kata-kata yang dilontarkan ibunya, membuat Pangeran Heinrich semakin membungkukkan badannya. Saat ini dia benar-benar merasa bodoh dan menyesal. Bagaimana bisa seorang yang kelak menjadi Raja telah dengan sengaja membahayakan banyak orang, terutama perempuan. Teman kecilnya. Seseorang yang beberapa waktu ini menjadi dekat dengannya.

Sejak pemilihan permaisuri ini dimulai, tidak jarang ia merasa tertarik dengan Putri Victoria. Saat mereka kecil bahkan hingga saat ini, ia sering berperang bersama Putri Victoria. Pangeran Heinrich baru menyadari bahwa selama ini Putri Victoria sering membantunya. Bahkan saat ia hampir mati di area Zona Hitam, Putri Victoria mengerahkan Prajurit terbaik mereka untuk membantunya. Tanpa diminta oleh Pangeran Heinrich.

Saat perang pun, meski ada Putri Anne, beberapa kali ia sering mengatur strategi bersama dengan Putri Victoria.

Bahkan saat acara berburu kemarin, dirinya dan Putri Victoria sempat terjebak dalam Goa yang sama semalaman. Pangeran Heinrich baru menyadari ternyata Putri Victoria begitu baik. Ia merawat kakinya yang terluka dengan sangat sabar, hal ini bahkan tidak pernah dilakukan oleh Putri Anne.

Selama ini dihubungannya dengan Putri Anne, dia lah yang paling banyak berperan. Dia yang lebih sering merawat dan menjaga Putri Anne. Ternyata, selama ini yang ia pikir cocok bisa tergantikan oleh seseorang yang melindungi dan melengkapi dirinya tanpa diminta.

DUNG! DUNG! DUNG!

Tiba-tiba bunyi gong terdengar menggema. Hati Pangeran Heinrich mendadak berdetak dengan cepat. Dirinya bangkit dan lari secepatnya ke arah gerbang kerajaan untuk melihat siapa yang kembali dari perang.

"Aku mohon, aku mohon." Ucapnya beberapa kali sambil terus berlari ke arah gerbang kerajaan.

"Putri Anne, telah kembali. Menjadi Putri pertama yang telah menyelesaikan perang."

Putri Anne berdiri dengan keadaan yang cukup berantakan. Dia tersenyum ke arah Pangeran Heinrich yang sudah berlari dengan wajah pucat. Dirinya mengira bahwa tatapan khawatir itu untuk dirinya, namun sedetik kemudian ia melihat Pangeran Heinrich mengentikan langkahnya.

Putri Anne memberikan bendera kepada pengawalnya dan berjalan ke arah Pangeran Heinrich yang beberapa kali terlihat mengacak kepalanya.

"Kamu kenapa pangeran?" Tanyanya, Putri Anne sudah merasa bahwa yang Pangeran khawatirkan bukan dia.

"Tidak apa, selamat ya." Ujar Pangeran Heinrich sambil sedikit membungkuk untuk menyelamati Putri Anne.

"Tidak, ada apa? Apa ada yang salah?" Tanya Putri Anne meminta jawaban.

"Tidak, aku hanya.."

"Hanya apa? Kenapa terdiam? Bukan aku yang kau tunggu?"

"Tidak, mana mungkin aku begitu." Ujar Pangeran Heinrich sambil menarik tangan Putri Anne menjauh dari kerumunan rakyat yang mau mengucapkan selamat pada mereka.

"Apanya? Kau berharap yang kembali itu Victoria? Iya? Kau mencintainya? Kenapa kau begitu? Kau bilang tidak akan mungkin mencintainya, Pangeran!" Teriak Putri Anne.

"Kenapa memang kalau aku menunggunya? Kamu pikir aku tidak tahu bahwa kamu sudah sering tidur bersama Panglima Kerajaanmu sendiri?" Pangeran Heinrich menunjuk seseorang yang berlari menyusul Putri Anne dengan wajah khawatir.

"Pangeran, apa? Dari mana..."

"Lebih baik aku mundur dari kerajaan daripada harus memiliki Permaisuri sepertimu." Pangeran Heinrich berjalan meninggalkan Putri Anne yang sudah jatuh terduduk.

Diujung jalan, Pangeran Heinrich melihat sang ibu yang sudah menunggunya.

"Kalau tidak ibu berikan informasi melalui dayangmu. Kau tidak akan pernah tahu itu. Kamu pikir kenapa alasan ibu melakukan Sayembara ini kalau bukan karena itu." Ucap lugas sang ibu yang kemudian berjalan meninggalkan Heinrich yang terduduk sambil meneteskan air mata.

Dirinya hancur.

Mengetahui sang kekasih yang selama ini ia percaya sudah dengan tega mengkhianati dia. Ditambah seseorang yang selama ini tidak pernah ia lihat, tidak pernah ia pikirkan namun selalu ada dan mendukungnya.

"Kau dimana Victoria?"

***

LOVE LINE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang