5. Life is Too Short

227 30 11
                                    

Seoul, Korea

H-89

Tinggal 89 hari, Yoongi membuang waktu selama satu pekan lebih hanya untuk mengekor di belakang Jieun dan menghalangi kerikil yang dilempar ke arahnya. Yoongi hanya disuruh melindunginya dari ancaman dan teror murahan. Hal itu mulai membuat Yoongi muak.

Sejak tadi Yoongi mondar mandir di balkon kamar. Sudah sembilan hari dan waktu berharganya terbuang sia sia tanpa ada hasil. Yoongi bingung bagaimana cara mengatakan pada Jieun bahwa waktu yang dia punya di dunia terlalu singkat untuk menyaksikan omong kosong ini.

Jieun tidak mau menjelaskan rencananya, Jieun hanya meminta Yoongi menuruti apa yang diperintahkan. Sementara Yoongi tidak tahu harus menunggu sampai kapan.

Yang pasti Yoongi tidak bisa diam saja sampai hari pelenyapannya tiba, Yoongi harus bertindak sendiri tanpa sepengetahuan Jieun. Dia harus mencabut akarnya secepat mungkin agar semua masalah sialan ini selesai.

Jam menunjukan pukul dua dini hari, dan Yoongi memilih terjaga. Meski ada beberapa pengawal lain, Yoongi sama sekali tidak percaya pada manusia apalagi yang bergerak karena uang. Lagipula Yoongi tidak selalu butuh tidur, dia hanya butuh tidur saat perlu mengisi energinya.

Tidak terdengar apapun selain hembusan angin, tapi Yoongi langsung menyadari Seokjin kini berada di belakangnya.

Yoongi menoleh, "Kau baru kembali?"

Di sana Yoongi melihat Seokjin buru-buru mengemas barang-barangnya dengan membungkus menggunakan kain karena sejak awal Seokjin tidak memiliki tas. Dan barang itu adalah sesuatu yang Seokjin gunakan untuk membantu seorang indigo menangkap arwah jahat.

"Aku ingin mengucapkan selamat tinggal." ujar Seokjin memeluk buntalan kain berisi pakaian dan barang-barangnya.

Raut wajah Yoongi langsung berubah menjadi bingung, "Mendadak? Ada orang indigo yang menawarkan pekerjaan di luar Seoul?" tebaknya, tidak ada hal lain yang bisa Yoongi pikirkan.

Seokjin menghela napas lalu menunduk, "Aku bertemu kekasihku. Dia pura pura tidak mengenaliku, jadi kurasa kami seharusnya tidak bertemu." jelas Seokjin terdengar sedih.

"Ah begitu..." Yoongi terhenti, dia menatap Seokjin selama beberapa saat, "Kau punya kekasih?"

Seokjin menanggapi dengan anggukan. Sementara Yoongi memandangnya tak percaya, "Kenapa aku tidak tahu?"

Tanpa beban Seokjin mengangkat bahunya, "Kau tidak bertanya."

Dalam sekejap Yoongi berpindah tempat, sekarang dia berada di depan Seokjin, "Kau tidak pernah bertanya, tapi aku tetap menceritakan segalanya tentang Eun Cheonsa padamu!" Yoongi menggulirkan bola matanya sambil berdecak, "Aku bahkan memberitahu makanan apa yang dia disukai, warna apa yang dia sukai, aksesoris apa yang sering dia pakai—"

"Itu karena kau tipe orang TMI." sergah Seokjin.

"TMI?" ulang Yoongi tak mengerti.

Seokjin menepuk dahinya sendiri, frustrasi. "Tidur selama seratus tahun membuatmu jadi seperti artefak berjalan. Astaga TMI! too much infomation!" Seokjin mendadak meninggikan suaranya. "Hobimu itu bercerita tanpa ditanya bahkan menceritakan hal tidak penting tentang kekasihmu."

Meski biasanya tidak tahu malu, mendengar ucapan Seokjin barusan membuat Yoongi sedikit tersipu. Sejujurnya Yoongi sendiri tidak menyadari dia terlalu banyak bicara mengenai Jieun.

"Lupakan. Siapa kekasihmu itu?" Yoongi dengan cepat mengganti topik.

Alih-alih menanggapi, Seokjin malah terdiam cukup lama. Hal itu membuat Yoongi semakin penasaran, "Dia tinggal di rumah ini?" tanya Yoongi.

Between You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang