4. Natural Enemies

176 30 12
                                    

Brighton, Inggris 1923

Alunan berbagai alat musik terdengar merdu dan padu. Yoongi duduk di sudut ruangan menyaksikan para profesional yang tengah berlatih untuk pertunjukan orkestra mereka.

Ini bukan pertama kalinya Yoongi melihat alat musik seperti itu, di Joseon juga saat mengunjungi kota, Yoongi pernah melihat ada yang menggunakannya. Tapi Yoongi belum pernah melihat pertunjukan yang menggunakan alat musik sebanyak ini.

Ketika semuanya berjalan lancar mendadak pianis yang menjadi center orkestra itu melakukan kesalahan, semua orang langsung berhenti saat itu juga. Mereka terlihat kesal melihat wanita yang terus meminta maaf di sana.

Namanya Anne, wanita berdarah campuran Korea yang Jieun bantu agar bisa tampil di orkestra sebelum kematiannya tiba.

Jieun yang setia berdiri di dekatnya langsung sigap membawakan air dan sapu tangan. Mereka sempat bicara, dan Anne terlihat cemas. Dari jaraknya, Yoongi tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi Jieun langsung pergi keluar.

Yoongi tiba-tiba muncul di samping Jieun disertai asap hitam, tapi wanita itu sama sekali tidak terkejut. Dia terlihat buru buru.

"Kau yakin bisa membantunya hanya dengan membawakan air dan sapu tangan?" ujar Yoongi. Dia hanya bingung mengapa malaikat diturunkan untuk hal sepele seperti itu.

"Aku gurunya."

"Guru?" ulang Yoongi.

"Aku yang mengajari Mrs. Anne. Dia tidak berbakat bermain alat musik, dia sudah belajar dengan puluhan guru tapi tidak ada yang berhasil mengajarinya. Bahkan orkestra ini tidak mau menerimanya tapi aku yang membuatnya bisa masuk."

"Kenapa dia menginginkannya jika tidak berbakat?" tanya Yoongi heran.

Jieun berkedik bahu, "Tugasku membantunya, bukan mempertanyakan keinginan Mrs. Anne."

"Sekarang apa yang mau kau lakukan?"

"Aku mau beli makanan untuk semua orang agar mereka berhenti sejenak dan aku mendapat waktu untuk menyalurkan keberuntungan ke tangan Mrs. Anne." jelas Jieun.

"Ah benar, aku pernah mendengarnya, sesuatu yang disentuh malaikat akan mendapat keberuntungan." Yoongi mengulurkan tangannya berharap mendapat keberuntungan juga, "Pegang tanganku."

"Tidak, tanganmu dingin," tolak Jieun menjauhkan diri, "Lagipula aku tidak bisa sembarang memberi keberuntungan, energiku akan terkuras." lanjut Jieun mempercepat langkah begitu menyadari hari semakin siang.

Sedangkan Yoongi sama sekali tidak lelah mengikutinya di samping sambil berceloteh, "Aku mengerti, aku juga kehilangan energi jika terlalu sering menggunakan sihir."

"Baguslah jika kau mengerti." Kata Jieun. Dia bergegas memasuki toko roti di pinggir jalan.

Yoongi pun ikut masuk. Begitu sampai di dalam, dia mencium aroma harum yang belum pernah dia rasakan. Yoongi mendekati meja yang dipenuhi roti-roti hangat yang harum dan masih terlihat sedikit berasap.

Tak lama seorang pria membawa beberapa roti lagi dari belakang lalu menyusunnya bersama roti lainnya. Aromanya manisnya menyebar ke seluruh ruangan.

Yoongi tidak bisa melepaskan matanya dari makanan itu. Kemarin dia sempat memakan yang mirip, tapi tidak beraroma. Yoongi sendiri tidak bisa merasakan rasa makanan, meski begitu hanya dengan mencium aroma sudah membuat Yoongi senang.

"Nona Cheonsa, beli yang satu ini. Yang masih berasap aromanya cukup kuat." minta Yoongi.

Jieun mengabaikan Yoongi karena sedang bicara dengan penjual. Yoongi hanya bisa terus menatap roti di meja dengan pandangan serius.

Between You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang