Brighton, Inggris 1923
Setelah kejadian tempo hari, Jieun tetap membiarkan Yoongi bersamanya. Jieun yakin Yoongi tidak sepenuhnya buruk, sebetulnya Jieun juga merasa senang punya seseorang yang bisa diajak bicara.
Seperti hari lainnya Yoongi sama sekali tidak bosan membuntuti Jieun. Banyak hal menarik di negara asing ini yang membuat Yoongi terus membatalkan niatnya untuk pulang. Jieun pun tidak menunjukan keberatan akan kehadiran Yoongi, hanya sekadar memberitahunya soal jadwal kapal-kapal yang menuju ke Joseon.
Hari ini Jieun pergi ke pusat kota untuk mencari aksesoris yang Anne minta. Wanita berdarah campuran itu merasa lebih percaya diri jika menggunakan aksesoris yang sedang ramai dibicarakan para wanita kota, dan demi mendapatkan kembali kepercayaan diri Anne, Jieun akan melakukan segalanya meski permintaannya aneh-aneh.
Kedengarannya Jieun seperti pesuruh Anne, namun Jieun melakukan ini tanpa diminta secara langsung oleh Anne. Jieun sendiri yang bergerak setelah Anne bercerita padanya.
"Kenapa tidak berikan jimat saja?" celetuk Yoongi begitu enteng. Dengan langkah pelan yang berwibawa dia berjalan di samping Jieun, mengimbangi langkah pendek wanita itu.
Jieun bergumam sejenak, "Bentuk jimat tidak modis."
Tanggapan Jieun membuat Yoongi terkekeh pelan, "Yang penting kan fungsinya."
Tak menghiraukan ucapan Yoongi, Jieun mendadak berhenti tepat di depan toko pakaian. Matanya membesar melihat gaun yang dipajang di dalam toko. Telapak tangan Jieun menyentuh kaca bening jendela toko untuk melihat pakaian tersebut lebih dekat.
Gaun yang menarik perhatian Jieun itu panjang roknya menggantung, berwarna biru muda, berkancing ganda dengan kerah berbentuk v, serta bagian lengan panjang. Tampak cukup modern dan modis.
"Hanbok lebih baik. Sopan dan elegan." Yoongi berkomentar sambil ikut menatap pakaian yang dikagumi Jieun.
"Pendapat yang bagus. Tapi aku tidak menanyakan pendapatmu." Jieun tersenyum singkat kemudian melanjutkan langkahnya.
"Kukira kau ingin beli, kau tampak menyukainya." cetus Yoongi sembari menyusul di belakang Jieun.
Jieun mengangkat bahu disertai gelak gurau, "Itu mahal."
"Ternyata kau miskin." Yoongi menyimpulkan.
"Umm.. Pak Joseon, jujur saja terkadang aku lebih suka kau menjadi pengamat yang baik dan tenang tanpa berucap apapun." sindir Jieun, terdengar halus dan sopan.
Yoongi terkekeh pelan, sesuai keinginan Jieun, Yoongi tidak lagi memberi tanggapan dan menutup mulutnya. Yoongi jadi penasaran seperti apa Jieun jika mengumpat, dia sama sekali belum pernah melihat wanita itu bersikap dan berkata kasar sampai-sampai Yoongi yakin Jieun akan tetap bersikap baik pada bandit.
Setelah menyusuri jalanan kota akhirnya mereka menemukan toko aksesoris. Dari luar pajangan aksesoris sudah menunjukan bahwa itu adalah toko yang Jieun cari.
Di toko itu segala pernak-pernik menarik menghiasi etalase. Tak lupa para wanita yang antusias mencoba aksesoris cantik di sana. Jieun segera menanyakan aksesoris yang dia cari kapada pemilik toko, itu berupa topi, gelang dan kalung. Tanpa menunggu lama Jieun langsung mendapatkannya. Urusannya sudah selesai, dia hanya perlu kembali lalu melatih Anne.
Ketika hendak keluar dari toko, satu panggilan membuat Jieun mengurungkan niatnya.
"Nona Cheonsa, kau tidak membeli sesuatu untuk dirimu sendiri?" tanya Yoongi di samping gelang-gelang yang digantung.
Jieun tampak berpikir sejenak, namun akhirnya menuruti Yoongi untuk ke sana. Yoongi selalu memberinya ide yang tidak pernah Jieun pikirkan. Selama menjalankan tugas, Jieun sama sekali tidak pernah berpikir melakukan sesuatu untuk kesenangannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You and Me
FanfictionMalaikat pelindung mungkin sudah sering didengar, tapi bagaimana dengan iblis pelindung? Jieun tidak tahu bahwa Min Yoongi, pengawal yang baru dia pekerjakan adalah iblis yang selama ini selalu berada di sekitarnya dan menunggu seratus tahun untuk...