1. Meet (Again)

367 47 21
                                    

Seoul, Korea 2023

Seorang wanita dengan setelan formal serba hitam serta rambut yang diikat rapih melangkah menuruni tangga menuju meja makan untuk sarapan.

Para pelayan yang sebelumnya berkerumun di sana segera menjauh kemudian mengambil posisi berdiri menjauh lima langkah dari meja, tidak lebih dan tidak kurang.

Yang membuat peraturan itu adalah wanita yang mereka layani, Lee Jieun. Dan menjaga jarak hanya salah satu dari banyak peraturan ketat yang tidak boleh dibantah atau dipertanyakan.

Jieun merupakan mantan pemain biola yang pemimpin Geum Entertainment sekaligus putri bungsu pemimpin Samhwa Group, salah satu perusahaan yang berperan penting dalam ekonomi Korea.

Di balik statusnya sebagai anak termuda konglomerat, ada luka mendalam yang tak akan pernah sembuh akibat menjadi bagian dari perebutan kekuasaan yang tak diinginkan. Luka tersebutlah yang membuat membuat Jieun kehilangan kebahagiaannya dan hidup dengan hati yang membeku sampai sekarang.

Jieun duduk di posisi ujung meja, dan berbagai lauk makanan telah tertata rapih di depannya. Kursi di sepanjang meja kosong, sementara di sisi kanan dan kiri para pelayan berdiri tegap dengan pandangan lurus ke depan.

Setiap hari, lauk yang sama, di jam yang sama dan posisi pelayan yang sama. Rutinitas hingga posisi setiap hal di sini tidak pernah berubah. Selain keras pada pegawainya, Jieun juga keras pada dirinya sendiri.

Sunyi.

Suasana rumah cukup suram didukung oleh paduan warna gelap di berbagai sisi dan sudut, barang-barang antik koleksi Jieun pun menambah kesan horor di rumah ini.

Hanya terdengar denting alat makan yang beradu. Napas para pelayan bahkan tak terdengar, apalagi obrolan.

Dan ini adalah hal biasa yang selalu terjadi bagai makanan sehari-hari yang lama kelamaan mencabik-cabik mental orang yang bekerja di sini.

Tidak ada yang kuat bertahan lebih dari satu tahun, kecuali satu orang.

Dalam keheningan, derap sepatu terdengar menggema dari ruangan lain. Namun tidak ada seorang pun yang perhatiannya teralihkan oleh suara tersebut, semua tetap pada posisinya seperti tidak mendengar apa-apa.

Jieun meletakan garpu di samping piring, kemudian dengan hati-hati menyeka mulutnya menggunakan tisu, "Kau sudah menemukan orang yang kuminta?"

Jieun berujar tanpa menoleh, dan Kim Jisoo, sang pemilik derap langkah yang merupakan sekretarisnya hanya bisa menghela napas.

"Beberapa pengawal yang terpilih kemarin sudah menandatangani kontrak." Jisoo menarik kursi lalu meletakan tab serta stylus pen di meja, "Tapi untuk para kandidat pengawal utama, mereka langsung kabur setelah membaca kontrak."

Jisoo beralih membuka tabnya untuk menunjukan kandidat pengawal yang diinginkan oleh bosnya itu.

Jieun tak lekas menanggapi. Dia menatap seorang pelayan tanpa berucap, dan yang ditatap langsung bergegas mengambil sebuah kotak berisi rokok serta pematik pada laci bufet di belakang.

"Apa sesulit itu mencari satu orang yang mau melindungiku 24 jam padahal gaji boleh ditulis sendiri?" Ujar Jieun, terdengar begitu enteng seperti semua bisa diselesaikan dengan uang.

Jisoo menunduk memandang tabnya, "Bersama 24 jam, meski terluka atau sakit harus tetap ikut kemanapun dan melindungi, tidak punya cuti, semua sudah diatur, keputusan Lee Jieun mutlak, siap mati demi Lee Jieun, tidak bisa pergi atau berhenti jika Lee Jieun tidak memberi izin." Jisoo beralih menatap Jieun dengan senyuman, "Itu sama saja menjual raga kepada iblis."

Between You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang