Seoul Korea, 2023
Sambil mengusap matanya, Yoongi berusaha bangun dari tempat tidur. Kepalanya berdenyut sakit, dan perutnya terasa mual. Dia melihat sekeliling, mendapati dirinya berada di kamarnya dengan selimut membalut tubuhnya. Namun, dia tidak ingat bagaimana dia bisa sampai di sana. Ingatan terakhirnya adalah saat dia berada di ruang TV semalam.
Terlalu banyak minum semalam, pikirnya. Tubuh manusia Yoongi ternyata tidak toleran terhadap alkohol. Saat masih menjadi iblis, alkohol hanyalah minuman sehari-hari, tapi kini setelah mabuk, rasanya seperti mau mati. Dia mengusap rambutnya yang berantakan sambil memejamkan mata, berusaha melawan rasa kantuknya yang masih ada. Yoongi mencoba mengingat apa yang terjadi semalam.
Saat sekelebat bayangan ingatan semalam melintas di benaknya, mata Yoongi langsung terbuka lebar. Spontan dia menutup mulutnya sendiri, syok akan apa yang baru saja teringat.
"Apa yang..." Yoongi berusaha mengingat lebih jelas, dan perlahan, semuanya menjadi semakin terang di pikirannya.
Semalam, Yoongi mencium Jieun.
Yoongi menjatuhkan tubuhnya ke depan, membiarkan wajahnya menghantam kasur. Dia pasti sudah gila. Dia sudah kehilangan akal sehatnya. Yoongi mengutuk dirinya sendiri.
"Apa yang harus kulakukan?" Yoongi mengacak-acak rambutnya sendiri lalu bangun, "Berpikir! Berpikir!"
Yoongi seketika lupa pada sakit kepalanya. Dia berjalan mondar-mandir di kamarnya, kebingungan bagaimana bersikap pada Jieun agar mereka tidak canggung.
Ralat, lebih tepatnya agar dia tidak dipecat atau bahkan diusir dari rumah ini.
"Pura-pura tidak ingat?" Ide itu muncul di benaknya, tapi segera ditampiknya, "Tidak, aku tidak bisa pura-pura."
Dia berusaha berpikir keras, namun bayangan tekstur bibir Jieun terus mengganggu konsentrasinya. "Tapi..."
Dengan cepat, Yoongi menampar dirinya sendiri. "Sadarlah! Bukan itu yang penting saat ini!"
Dia menatap kosong ke depan, berharap mendapatkan ide cemerlang. Namun, pikirannya terus-menerus berputar tanpa henti. Yoongi berjongkok di samping ranjangnya sambil memegangi kepalanya.
"Baiklah, jika aku minta maaf aku tidak perlu pura-pura tidak tahu," Yoongi mencoba berpikir dengan lebih tenang dan positif, namun detik berikutnya Yoongi kembali membenturkan kepalanya frustrasi, "Dia pasti ingin membunuhku..."
Yoongi menyudahi perang batinnya lalu memutuskan untuk beranjak ke kamar mandi, setidaknya dia harus berlutut di depan Jieun dengan penampilan terbaiknya, meski tidak tahu bagaimana nasib kedepannya.
.
.
.
Dengan setelan rapih bahkan rambut yang ditata rapih, Yoongi mengambil napas panjang sambil memegang knop pintu. Yoongi harus menahan kegugupannya agar terlihat normal di depan Jieun nanti.
Setelah mempersiapkan jiwa dan raga, Yoongi akhirnya membuka pintu, tanpa diduga tepat saat itu Jieun berdiri di sana. Detik itu Yoongi nyaris melompat karena terkejut, sementara Jieun menyilangkan tangannya dengan alis terangkat heran.
"Mau ke mana kau serapih itu?" tanya Jieun.
Yoongi spontan menjatuhkan dirinya dan berlutut dengan kepala tertunduk di hadapan Jieun.
"Mohon maafkan aku atas kejadian semalam! Aku tidak akan pernah minum alkohol lagi seumur hidupku!" seru Yoongi seperti tengah menjalani pelatihan militer.
"Itu—"
"Aku mengira kau adalah orang lain, mohon maaf!" lanjut Yoongi, memotong ucapan Jieun, "Untuk kesalahan itu kau bisa memotong gajiku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You and Me
FanfictionMalaikat pelindung mungkin sudah sering didengar, tapi bagaimana dengan iblis pelindung? Jieun tidak tahu bahwa Min Yoongi, pengawal yang baru dia pekerjakan adalah iblis yang selama ini selalu berada di sekitarnya dan menunggu seratus tahun untuk...