Srekk....
Suara gorden kamarku yang digeser membuat sinar matahari pagi masuk dan membangunkanku.Aku membuka pelan mataku yang masih agak ngantuk dan enggan untuk bangun karena rasa pegal di seluruh tubuhku.
Tak lama dari itu tiba - tiba mama memegang dahiku, seperti sedang memeriksa apakah aku demam atau tidak.
"Perut kamu masih sakit kan, Zien? Kalau gitu gausah masuk sekolah aja ya. Tadi mama juga udah izin ke wali kelas kamu. " kata mama yang ku balas dengan anggukan dan senyum tipis.
Kini mama sudah keluar kamar dan aku berniat untuk ke kamar mandi untuk bersih - bersih.
Disaat aku lagi di kamar mandi aku mendengar suara seseorang yang masuk ke kamar ku. Siapa lagi kalau bukan Naomi.
"GIAAA AKU PINJAM HP MU YAA. " Teriak Naomi.
"IYA PAKE AJAA. " jawabku.
Setelah hampir 10 menit di kamar mandi akhirnya aku keluar.
Tak jauh dari kamar mandi aku melihat Naomi yang sedang bermain ponselku di tempat belajarku."Gia kamu tau gak sih. " tanya Naomi yang pastinya akan membuka suatu cerita dan berujung gibah.
"Enggak. Kan kakak belum ngasih tau. " Jawabku polos.
"Bener sihh. Eh kamu inget gak temen kecil kita yang rumah neneknya di deket taman itu?" Tanya Naomi yang membuatku berfikir.
Dan aku jawab dengan anggukan pertanda aku ingat dengan orangnya.
"Masa dia tiba - tiba follow instamedia aku tau. " katanya sambil terheran - heran.
"Oh ya? Mana coba liat. " kataku sambil mendekat ke Naomi.
"Nih, ya kann. Padahal kan dia suka isengnya sama kamu, Gi. Tapi kok dia gak follow kamu yaa. " Kata Naomi sambil menunjukkan ponselnya yang sekarang membuatku bingung.
"Gatau deh, Mi. Males juga aku sama dia. Gak sama dia aja sih, sama temen - temen kecil kita dulu. " kataku sambil mengambil ponsel yang sudah tergeletak di meja.
"Iya juga sih, dulu kayanya tuh seru banget gak sih bisa akrab. Sekarang mah boro - boro akrab. Ketemu papasan aja gak nyapa. Malah jadi canggung. " Kata Naomi yang membuatku inget waktu kecil.
Namun aku hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Naomi.
Lalu aku membuka ponsel, dan ternyata ada banyak pesan dan panggilan telfon yang masuk daritadi.Dengan cepat aku menjelaskan ke teman - teman ku bahwa aku tidak masuk karena sakit. Padahal mah kalo dirasa sekarang udah lebih baik, malah badan aku yang pegel - pegel.
Sehabis itu aku beranjak ke kasur untuk ambil posisi tiduran. Ku buka ponselku lagi, tapi kali ini aku buka aplikasi edit video. Yaa apalagi kalo bukan melanjutkan editing video untuk lomba.
Kini progres edit videonya bisa dibilang tinggal 95%. Aku berniat juga untuk menyelesaikannya hari ini dan langsung mengupload. Karena besok hari terakhir untuk upload videonya.
"Kak..." panggil ku ke Naomi.
"Hm..." jawab Naomi yang sedang asyik berkutik dengan ponselnya dengan raut muka yang sedang tersenyum - senyum. Seperti sedang berkomunikasi dengan doinya. Eh iya, Naomi kan cuma HTS sama Gibran xixixi.
"Asyik banget kayanya main hp nya. Lagi liat apa si kaa hehe. " tanyaku yang penuh penasaran.
Naomi tidak menjawab pertanyaanku, dia malah tiba - tiba ketawa seru. Dan dia langsung menunjukkan sesuatu yang terpampang di layar hp nya.
Ternyata yang Naomi tunjukkan adalah obrolannya dengan Gibran di WhatsApp.
"Oalah, ternyata chattan sama Gibran toh. " ledek ku dengan nada yang agak menyindir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Abu
Teen Fiction"Kalo gue sukanya warna langit abu abu, lo bisa apa? Gue sendiri fine - fine aja kok suka langit abu abu. " Jawabnya. •••••••• Dibawah langit yang sama ini, bukan pertanda kita akan selalu bersama, tapi itu takdir. Langit hanya akan menjadi saksi pe...