'Semesta, jika memang jalannya, tolong dipermudah.'
Sore ini aku habiskan dengan bermalas-malasan. Karena tidak ada tugas yang harus aku kerjakan. Seharusnya aku mengejar materi yang belum aku mengerti. Tapi karena sangat malas, jadi lebih baik aku pergunakan untuk istirahat terlebih dahulu.
Aku masih dengan posisi rebahan sambil memainkan ponsel dan tak berniat ingin beranjak kemanapun. Walau ku dengar sesekali suara mama memanggil ku untuk makan malam.
Sesaat ku melihat - lihat story media sosial temanku, aku jadi teringat sosok cowok yang akhir - akhir ini ku temui keberadaannya di sekolah.
Entah kenapa sekarang ini aku sangat penasaran dengan dia. Bahkan dia tau kita satu sekolah saja mungkin tidak.
Aku terus berfikir bagaimana caranya tau semua tentang cowok tersebut. Dan aku berniat juga untuk menyembunyikan hal ini kepada teman - temanku.
Dengan cepat aku menemui cara untuk tau semua tentang dia. Yap, berawal dari "aku harus tau dia kelas berapa".
***
Cuaca hari ini cukup terik. Padahal baru pukul 11.00 WIB. Tapi matahari sudah menampakkan cahayanya beserta panasnya.
Aku dan teman sekelas ku pun enggan untuk mengikuti pelajaran olahraga hari ini. Tapi nyatanya tak bisa.
Semua teman sekelas ku sudah berkumpul di lapangan dan sudah mulai baris seperti biasa. Aku yang dengan postur tubuh agak pendek, menempati posisi paling depan barisan.
Jam pelajaran olahraga pun dimulai dengan absen dan arahan dari Bapak Septian yang intinya mencakup tentang Ujian Praktek Olahraga Kelas 12.
Sembari Pak Septian berbicara, pandangan ku tiba - tiba teralihkan dengan segerombolan murid dari kelas lain yang sedang menuju ke Lab. komputer.
Aku sesekali memperhatikan beberapa murid yang lewat di koridor sekolah sampai pada akhirnya mataku langsung tertuju pada sosok cowok yang kutemui akhir - akhir ini.
Tubuh berpostur tinggi dan agak kurus itu berjalan bersama temannya yang berbadan gemuk. Kini fokus ku terbagi menjadi dua. Fokus mendengar penjelasan dari Pak Septian, dan fokus melihat cowok tersebut.
Kuperhatikan terus cara jalannya yang tegak sambil memegang sebuah buku tulis dan satu pulpen di tangannya. Sesekali dia tersenyum karena sedang berbicara dengan temannya itu.
'manis banget oy senyumnya' batin ku sambil menahan senyum di bibirku juga.
Aku yang kini tersadar, kalau anak kelas segerombolan tadi adalah dari Kelas 12 Multimedia. Dan yap, satu langkah untuk bisa tau nama dia sudah aku dapat.
'gw bisa cari tau nama dia siapa dari absen kelasnya.' Batin ku yang mulai menyusun rencana selanjutnya.
Selesai Bapak Septian menyampaikan informasinya, dia membebaskan murid di kelasku untuk olahraga sesuka hati. Dikarenakan sudah tidak lagi ada materi yang harus dipelajari.
Aku, Thea, Dita, dan Destya memilih untuk berlatih cabang olahraga yang akan diujikan pada ujian praktek nanti.
Setelah sekitar 30 menit berlalu, aku merasa sudah cukup untuk berlatih dan memilih untuk istirahat duduk di bangku tepi lapangan.
"Anjir olahraga gitu doang capek. " Celetuk Thea sambil membuka tutup botol.
"Itu mah karna lu nya aja yang jarang olahraga, the. " Jawab Destya yang sudah selesai minum.
"Mangkanya kalo libur rajin - rajin olahraga. " Kata Dita.
"Heleh, emang lu sendiri suka olahraga kalo lagi libur?" Tanya Thea balik ke Dita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Abu
Novela Juvenil"Kalo gue sukanya warna langit abu abu, lo bisa apa? Gue sendiri fine - fine aja kok suka langit abu abu. " Jawabnya. •••••••• Dibawah langit yang sama ini, bukan pertanda kita akan selalu bersama, tapi itu takdir. Langit hanya akan menjadi saksi pe...