BRUK!
Tubuh ringkih itu di dorong kuat ke tembok yang berada di belakangya, meringis kesakitan saat punggung nya menghantam kuat tembok itu. Jayden jatuh terduduk, wajahnya sudah penuh dengan lebam dan darah akibat pukulan 2 orang di depan nya.
"Lo kalo homo, homo aja. Gausah deketin cewe gue anjing!" salah satunya menendang kuat perut Jayden, membuatnya terbatuk.
Jayden sudah lemas tak berdaya, kepala nya pening bukan main. "Aku gatau siapa cewe yang kamu maksud" jawabnya lemah, seperti berbisik.
Pria itu menjambak kuat rambut Jayden, keduanya saling bertatapan. "Wow, sebanyak itu cewe lo? Jangan jadiin cewe-cewe yang deket sama lo buat nutupin kehomoan lo itu. Satu sekolah udah tau kalo lo itu gay menjijikan" kesalnya dengan membanting kepala yang tengah dia jambak itu. "Jihan, pacar gue. Jangan berani lo deketin dia" lanjutnya.
"Udah ku bilang, aku gak homo!"
"Asik, mulai ngegas nih" ucap seseorang yang berada di belakang orang tadi.
Orang itu meninju wajah Jayden, membuatnya kembali terjatuh. Air berwarna merah itu mengalir deras keluar dari hidungnya. Kepala nya seketika pusing, penglihatannya mulai memburam. Dalam penglihatan nya yang buram itu dia melihat kembarannya dari jauh, tengah memperhatikannya dengan wajah datar.
Jayden berusaha mengeluarkan suara nya, tapi naas. Tak sedikitpun suaranya keluar, Jayden sudah menangis dalam hati dan terus memanggil nama kembarannya. "Hayden tolong"
Lalu penglihatannya gelap, Jayden tak sadarkan diri.
-X-
Jayden membuka mata, dia mendapati cahaya lampu langsung menyorot netra nya. Dia beranjak terbangun dan bersandar, ruangan serba putih dengan gorden putih sebagai penghalang antara satu kasur dan kasur lainnya.
Terdengar suara pintu dibuka, dan masuklah satu pemuda seumuran dengan Jayden yang membawa paper bag kecil di tangannya. "Muka lo udah gue obatin" ucapnya saat dia sudah terduduk di sebalah kasur Jayden.
"Makasih Je, maaf udah ngerepotin" jawab Jayden dengan suara pelan.
Jeje yang memiliki wajah datar seperti tak memiliki emosi itu hanya diam, dia membuka paper bag yang dia bawa, dan mengeluarkan berbagai ukuran plester luka. Dia mengangkat dagu Jayden dan menempelkan plester di pelipisnya.
"Jeje" panggilnya, saat si anggota PMR itu telah selesai memperlakukan wajahnya. Yang dipanggil hanya berdehem seperti biasanya "Kenapa kamu gak jijik sama aku?"
Jeje yang tengah membereskan barang yang sebelumnya dia beli itu terhenti dan menoleh perlahan kearah Jayden. "Konteks jijik yang lo maksud apa?"
Jayden menggaruk tengkuknya yang tak gatal "Rumor, yang tersebar di sekolah" jawabnya pelan, pelan sekali seperti berbisik.
"Gue gapernah masalah sama sexual orang lain, gue cuma berlaku baik sama semua orang" jawabnya setengah tak minat. Jayden tertegun dengan jawaban tak terduga dari si wajah datar itu. Dia menunduk sembari memainkan jarinya di selimut yang menutupi setengah badannya. "Apa lo beneran gay? Gue gak percaya sih awalnya, tapi semua rumor itu bikin gue gila karena gue gak nemuin jawabannya"
"Aku ga gay" jawab Jayden cepat.
Jeje yang mengerti dengan ekspresi lawan bicara yang tak menyukai topik itu segera mengangguk dan mengalihkan pembicaraan, walaupun dia tak begitu mengenal Jayden, dia yakin Jayden memanglah orang baik. "By the way, tadi ada anak baru yang gendong lo kesini"
"Anak baru? Bukan Hayden?"
"Kenapa lo bisa kepikiran si Hayden dah?" bingung Jeje dengan pertanyaan Jayden.
"Ngga, aku sebelum pingsan sekilas ngeliat Hayden" jawab Jayden panik.
-X-
"Heh ada murid baru loh cowo"
"Wah ganteng ga tuh"
"Ganteng poll"
"Masuk kelas kita?"
"Gila dia tinggi banget cuy"
Begitulah suasana ribut kelas Jayden saat rumor perihal anak baru mulai terdengar pada biang gosip anak kelasnya. Jayden sama penasaran nya dengan mereka, seperti apa yang Jeje bilang jika anak baru lah yang bawa dia ke UKS saaat dia pingsan.
"Jangan sampe homo Jayden deketin si anak baru, ga cocok dah" sindiran yang mengarah padanya terdengar, Jayden sudah biasa dengan ejekan seperti itu. Rumor bahwa dirinya gay dah memiliki banyak simpanan pria, mau menyangkal juga susah. One vs everyone.
"Selamat pagi semua nya" sapa pria dewasa saat memasuki ruang kelas dengan remaja laki-laki di belakangnya yang sudah tebar pesona dengan senyuman manisnya. Para murid menjawab sapaan wali kelas itu dengan kompak dan sedikit bersemangat. "Wihh semangat banget ya liat orang cakep, yuk kenalan dulu"
Murid itu mengangguk dan mengedarkan pandangan nya ke seluruh penjuru kelas. "Halo semuanya. Ada pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang, jadi ayo kenalan biar saling sayang eaaa. Gue Seno, gue gapunya nama belakang sih jadi panggil aja sayang. Terimakasih" dengan sedikit gombalannya itu, suara riuh tepuk tangan terdengar.
Seno sepertinya memiliki kepribadian yang menyenangkan, dan sedikit tengil menurut Jayden.
Setelah sesi perkenalan nya itu, wali kelas mempersilahkan Seno untuk duduk. "Wahh Seno bisa aja nih gombalnya, jadi makin akrab ya. Kenalin, nama bapak Wisnu. Karena kita punya dua bangku kosong, Seno pilih deh mau duduk sama Jayden atau Gibran" ucap pak guru, sembari menunjuk orang yang disebutkan.
Seno melirik bergantian antara Jayden dan Gibran, keduanya memiliki tempat duduk di pojok. Gibran di pojok kiri, di sudut ruangan. Sedangkan Jayden di pojok dekat dengan jendela. "Mau sama dia aja pak, pengen deket jendela soalnya"
"Akhirnya setelah tiga tahun Jayden punya teman sebangku, Jayden angkat tanganmu" panggil pak guru.
Jayden yang tengah fokus menatap keluar jendela segera mengangkat tangannya. Dia menatap malu pada guru nya saat semua teman sekelasnya menoleh pada nya. Sangat mengerti dengan tatapan itu, bahwa mereka tak menyukai si anak baru untuk duduk bersama nya.
"Kenapa harus sama si homo sih"
"Siap-siap di embat dah tuh si Seno"
Bisikan itu terdengar oleh Seno saat berjalan mendekati Jayden, dia tak mengerti dengan pembicaraan itu lantas menatap Jayden yang menunduk menghindari berinteraksi dengannya. Wali kelasnya kembali keluar saat sudah memastikan Seno sudah nyaman dengan suasana kelas. Seno melirik sekilas Jayden yang menyelusupkan wajahnya diantara tangan yang dia lipat. Sangat kentara bahwa teman sebangku nya ini tak ingin berinteraksi lebih dengannya.
Saat pergi nya sang wali kelas, kelas kembali ricuh. Bahkan ada beberapa dari mereka mendekati Seno sekedar untuk mengakrabkan diri. Seno tentu mulai berbaur dengan para teman baru nya, tapi tidak dengan Jayden. Apakah kepribadian Jayden memang seperti ini?
TBC.
Akhirnya post bagian 1 juga yeayyy
your love, Tha.
KAMU SEDANG MEMBACA
we're same, but different✔
Short Story"Tidak ada yang mengerti aku, aku hanya punya diriku sendiri untuk bertahan hidup. Ayah, kita itu sama. Tolong perlakukan aku dengan baik juga" - Jayden Kusuma.