Jayden kecil keluar dari kamar setelah berganti pakaian dan menaruh tas sekolahnya, dia mendekat dengan riang kearah meja makan yang sudah ada Hayden duduk disana. Jayden berusaha menaiki kursi itu dengan susah payah, hingga sosok sang ayah membantu nya.
Jayden cukup terkejut, tapi senyuman yang dapat dia keluarkan saat melihat senyum sang ayah yang cukup langka dia terima. Kemudian sosok ayah itu menyiapkan makanan untuk keduanya, Jayden dan Hayden makan dengan tenang.
Saat pria dewasa itu akan ikut memakan makanan nya, dering ponsel terdengar. Panggilan masuk itu membuatnya harus pergi menjauh.
Jayden dan Hayden yang tak begitu memperdulikan hanya fokus dengan makanan nya. Tak lama, sosok ayah itu kembali dengan wajah yang tak suka ketika melihat Jayden makan bersama di meja makan.
"Ngapain kamu disini? Bukan nya ayah bilang untuk makan di kamar?!"
Jayden terkejut melihat perubahan sifat sang ayah. Anak kecil tersebut menunduk, merasa takut dengan pria dewasa di depannya. Hingga dimana, tangan kecilnya ditarik paksa menuju kamarnya.
"Kamu gapernah dengerin semua ucapan ayah! Sekarang kamu ayah hukum, gak ada jatah makan kamu hari ini!"
Jayden menangis, dia tak ingin kelaparan lagi. Dikamar yang dingin ini, sudah terlalu banyak rasa sakit yang dia terima. Jayden memeluk kaki ayahnya yang akan berjalan pergi, kaki jenjang itu menendang badan kecilnya. Menginjak membabi buta tubuh itu dengan penuh emosi, hingga dimana Jayden sudah tak bertenaga.
Dalam pening dia melihat di ambang pintu.
Sosok sang ayah...
Ada dua...
Lalu dia tak sadarkan diri...
"Hah!"
Jayden terbangun dari pingsan nya dengan nafas yang memburu, dia berusaha menetralkan nafasnya. Jayden mengusak kasar rambutnya hingga mata nya mengitari ruangan tempat dia berada. Ada sosok sang ayah yang duduk di brankar samping nya. Pria dewasa itu sedang fokus dengan laptop yang berada di pangkuan nya.
Karena suara dari Jayden, beliau menoleh dan menyimpan laptop nya sembarangan. Jayden cukup terkejut ketika maskernya sudah dilepas entah dibawa kemana.
Sosok yang dikenal sebagai 'ayah' oleh Jayden mendekat dan duduk di sampingnya. Jayden hanya menunduk takut, banyak pertanyaan yang ingin dia sampaikan, dan juga rasa penasaran nya yang tak kunjung sirna.
"Kamu gapapa? Ada yang sakit?"
Jayden menggeleng, dari sikapnya Wisnu dapat mengira jika Jayden berusaha siaga karena dirinya yang terus mendekat.
"Jayden, bapak akan jel-"
"Ayah kenapa disini?"
Pertanyaan tiba-tiba dari Jayden membuat ucapan Wisnu terhenti, dia terdiam saat remaja di depan nya ini mulai menangis keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
we're same, but different✔
Short Story"Tidak ada yang mengerti aku, aku hanya punya diriku sendiri untuk bertahan hidup. Ayah, kita itu sama. Tolong perlakukan aku dengan baik juga" - Jayden Kusuma.