Sepulang dari panti, Jayden langsung pergi ke dapur untuk memasak. Dia dengan suasana hati yang senang, segera membuat makanan untuk makan malam sang ayah dan Hayden. Saat sedang menata makanan, dia melihat ayahnya yang baru pulang dengan jalan yang sempoyongan. Dasi yang bertengger di kemeja nya sudah tak berbentuk, semua pakaian nya sangat berantakan.
Dia juga mendapati tangan kiri ayahnya yang membawa sebotol minuman keras. Jayden dengan hati-hati mendekati Wingga yang sudah melemparkan semua barang bawaan nya, dia meneguk minuman keras yang masih tersisa di botol itu hingga tandas.
"Ayah," panggilnya pelan, Wingga hanya menoleh dengan sorot mata yang sinis "Jayden udah bikin makan malam, ayah mau makan sekarang?" semua kata yang keluar itu tidak lepas dari rasa gugupnya. Terlalu takut lebih tepatnya.
Wingga menatap Jayden dari atas hingga bawah, Jayden tentu semakin gugup dibuatnya. Tapi tanpa di suga, Wingga memukul dinding dengan botol yang sedang dia pegang. Bagian bawah botol kaca itu sudah membentuk ujung yang tajam. "Kamu pergi ke panti?"
Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Jayden meneguk ludah susah payah, kemudian dia mengangguk pelan. Kepalanya terus tertunduk tak berani untuk bertatapan langsung dengan mata sang ayah. Hingga dia tak sengaja melihat darah yang menetes mengenai lantai, Jayden sontak mendongak untuk melihat sang ayah.
Wingga terlihat menundukkan kepala nya dengan memijit pangkal hidungnya, Jayden dengan panik mendekat "Ayah?! Ayah sakit?" Jayden dengan spontan memegang kedua bahu Wingga dengan panik.
Tapi tindakan spontan nya itu membuatnya terkena masalah, Wingga berontak agar Jayden melepaskan tangannya yang bertengger di bahu nya. Hingga botol kaca yang pecah itu tak sengaja menggores wajah Jayden.
Jayden teriak terkejut, dia juga terjatuh ke belakang saat darah segar terus keluar dari wajah bagian kanan nya. Jayden menangis histeris, dia kesakitan setengah mati. Dia memegang pipi kanannya, berharap darah yang terus keluar itu berhenti walau sedikit. Tapi naas, karena aksi teriaknya itu malah semakin membuat Wingga yang masih dalam keadaan mabuk semakin marah.
Pria itu akan membantingkan botol yang sudah berlumuran darah kepada Jayden, tapi tangannya tertahan saat Hayden tiba-tiba datang dan dengan panik mererbut botol kaca itu. Dia berhasil menahan agar Jayden tak terkena amukan sang ayah.
"Ayah, sudah. Ayo isirahat." Hayden membawa tubuh yang lebih tua untuk berjalan menuju kamarnya. Meninggalkan Jayden yang masih menangis seorang diri, Jayden sendiri tau nasib nya akan seperti ini. Maka setelah kedua orang sebelumnya tak terlihat dari pandangannya, Jayden langsung saja berlari pergi menuju kamarnya.
Hayden kini sudah menanggalkan baju ayahnya yang penuh dengan bau alkohol yang menyengat, Wingga kini sudah tak sadarkan diri. Mungkin efek minuman keras yang di konsumsi nya.
Hayden segera keluar kamar dan pergi kearah ruang tengah yang sebelumnya menjadi pertikaian antara ayah dan anak tersebut. Kini disana tak ada Jayden, hanya ada darah yang berceceran dan pecahan kaca yang berserakan dimana-mana.
Hayden mendekat untuk membereskan kekacauan, hingga dia berpikir sesaat setelah melihat banyaknya darah. Sebanyak inikah darah Jayden yang terbuang?
Hayden memilih untuk menyegerakan kekacauan yang ayahnya lakukan, dia mulai mengambil pecahan kaca dengan hati-hati, agar tak ada yang tertinggal. Setelah semua selesai, Hayden langsung mengambil kotak P3K dan berlari cepat menuju kamar si kembaran.
Tanpa ragu, dia langsung masuk kedalam kamar. Hayden tak menemukan pemilik kamar di kasur dan meja belajarnya, dia langsung saja pergi kearah kamar mandi. Tetap tak ada siapapun. Hingga dia menyadari kebiasaan sang kakak yang selalu bersembunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
we're same, but different✔
Kısa Hikaye"Tidak ada yang mengerti aku, aku hanya punya diriku sendiri untuk bertahan hidup. Ayah, kita itu sama. Tolong perlakukan aku dengan baik juga" - Jayden Kusuma.