4 tahun kemudian.
"Natha, sini, Tante mau ngomong sesuatu."
Mendengar teriakan tantenya dari arah ruang tamu, Natha dengan cepat menyudahi kegiatannya. Dilepaskannya sarung tinju yang melekat di tangannya kemudian meneguk hingga habis air yang ada di botol. Natha sedikit membenarkan rambutnya yang acak-acakan lalu menghampiri Kania dan duduk di sebelahnya.
"Ada apa, tante?" Natha sedikit bingung, tumben tantenya itu tidak langsung membicarakan keperluannya.
"Kamu ngga ingin sesuatu?" jeda sejenak, tangan Kania mengelus rambut pendek Natha yang sedikit lepek karena sehabis berolahraga. "misalnya kembali belajar di sekolah?"
Mengerjapkan matanya, Natha bingung harus menjawab apa. Sudah 5 tahun belakangan ini dia tidak memikirkan apapun yang berhubungan dengan sekolah.
Natha tidak putus sekolah, dia sudah lulus SD dan SMP dengan jalur akselerasi, dan baru mengikuti akselerasi di SMA 1 tahun sebelum akhirnya keluar. Artinya, SD nya hanya 5 tahun dan SMP 2 tahun. Dan kini usianya sebentar lagi genap 18 tahun.
"Emang boleh?" tanya Natha takut semakin merepotkan tantenya.
"Of course. Kalau kamu menginginkan, Tante nanti kirimin beberapa rekomendasi sekolah terbaik."
"Makasih Tan," ucap Natha sambil tersenyum tipis.
***
Salon ternama di kota Thezard
Di sinilah Natha sekarang, tepatnya di pusat kota Thezard yang terdapat salon dengan pelayanan terbaik.
Duduk di sebuah kursi, dan di belakangnya ada seorang pria yang sedang memotong rambutnya.
Mata gadis itu bergerak seirama dengan tangannya yang menggulir informasi sekolah yang dikirimkan Kania.
SMA GEMILANG, OXYLION HIGH SCHOOL, SMA TARUNA, SMA PENTAGON. Merupakan beberapa sekolah unggulan di daerah Pyzerl. Banyak prestasi yang sudah diraih serta lulusan yang sekarang menjadi orang sukses.
Namun, semua sekolah itu berada di satu daerah dengan tempat yang ditinggalinya. Natha ingin sekolah di daerah lain. Mengeksplor tempat yang belum pernah dikunjunginya dan hidup mandiri di lingkungan baru.
Jari-jari Natha bergerak lincah, mengetik huruf-huruf yang menjadi sebuah kalimat dan mengirimnya ke Kania.
You
Makasih. Tapi maaf tante, kalau misalnya Nata sekolah di daerah lain apa boleh?Meletakkan ponsel genggamannya di atas meja. Tatapannya beralih ke depan, menatap pantulan dirinya dengan potongan rambut two blocks.
'Wajah ini..'
Nata menghela nafas berat. Pantas saja banyak gadis yang meminta nomor telepon padanya tadi, yang berakhir ia tolak secara halus.
Rahang tegas, hidung mancung, mata rubah yang selalu menyorot tajam serta bibir tebal yang terlihat menggoda.
Apalagi dia memiliki tonjolan kecil mirip jakun yang membuat orang mengira dia laki-laki tulen.
Menyudahi kegiatan memandang wajahnya sendiri, dia beranjak dari tempat duduk dan keluar dari salon setelah menyelesaikan pembayaran.
Setelah duduk dan mengenakan seatbelt, Natha mengendarai mobil hitam miliknya menuju rumah.
***
"Natha, kamu beneran mau sekolah ke luar daerah?" Kania cemas, dia takut keponakannya tidak bisa menjaga diri dan berakhir dengan kejadian yang tak diinginkan.
Natha mengangguk, "tante ngga usah khawatir. Lagian Tante udah ngirim pelatih buat ngajarin Natha beladiri kan?" ujarnya meyakinkan.
Kania menyerah. Lagipula selama 4 tahun ini Nata tidak pernah meminta hal apapun. Dia selalu menuruti apa yang diinginkannya, termasuk mulai mempelajari tentang bisnis sejak 4 tahun lalu.
"Oke kalau itu keinginanmu, tante juga ngga bisa larang. Nanti juga bakal tante urus semua keperluan kamu," jeda sejenak, Kania menatap lamat Nata yang terlihat tampan dengan pakaian casual-nya. "Kamu ngga ingin kayak dulu lagi? Jadi perempuan yang manis dan anggun?"
Natha terdiam beberapa saat sebelum menjawab, "maaf tante, Natha masih takut terhadap sikap orang-orang, Natha takut mereka berpikiran seperti pria itu."
Natha menunduk, jari-jarinya bertaut gelisah.
Hidup bersama ayahnya selama 13 tahun yang didampingi berbagai tuntutan, makian, serta pukulan membuat Natha takut menghadap orang lain dengan gender aslinya.
Takut mereka berpikir dan akan bersikap sama seperti Armand.
'Perempuan tak berguna.'
'Aku tidak menginginkan anak perempuan.'
'Aku sudah membiarkanmu hidup, jadi jangan sampai kau membuatku malu.'
'Kau itu hanya beban!'Dan banyak lagi kata-kata yang keluar dari bibir pria itu, dam semua ucapan itu berhasil membuatnya hatinya berdenyut ngilu.
Natha juga seperti sudah kehilangan jati dirinya. Murah senyum, cerewet, cengeng, dan manja. Semua itu menghilang secara cepat. Tepatnya setelah mendengar orang tuanya bertengkar.
Mengelus bahu Natha, Kania bersalah telah menanyakan hal ini yang membuat keponakannya murung. Seharusnya dia tidak lupa apa yang membuat Nata tetap berpenampilan seperti ini.
"Maaf udah bikin kamu kepikiran, Nath."
Nata tidak menjawab, dia hanya menyenderkan punggungnya ke sofa sambil memejamkan mata. Mencoba menyingkirkan suara-suara cacian di pikirannya yang terus berputar layaknya kaset rusak.
***
"Natha, selalu jaga diri kamu, tante nanti udah ngga bisa ngawasin kamu setiap saat. Kalau ada apa-apa telpon ya."
"Iyaa, tante ngga usah khawatir. Tolong kabarin keadaan mama ya tante. Maaf udah ngerepotin tante selama ini," ujar Natha sambil memegang tangan tantenya lembut.
Kania mengangguk, "tentu, tante juga minta maaf ngga bisa nganterin kamu ke bandara."
"Gapapa, lagian udah ada supir yang yang nganterin. Natha pamit ya, jaga kesehatan dan jangan kecapekan, tante."
2 perempuan itu berpelukan beberapa saat. Dalam hati Natha, ia sungguh-sungguh berterima kasih kepada Kania yang menolongnya selama ini. Ia berjanji pada dirinya sendiri setelah menyelesaikan sekolahnya, ia akan meneruskan perusahaan turun temurun milik keluarganya menggantikan Kania yang sekarang sudah tak lagi muda.
Melepaskan pelukannya, Natha tersenyum tulus pada Kania yang dibalas juga dengan senyuman. Kaki jenjang itu melangkah menuju mobil yang berjarak sekitar 20 meter dari tempatnya berdiri.
Natha memejamkan matanya setelah duduk dengan nyaman di dalam kendaraan beroda empat itu.
Dan perjalanan Natha di tempat baru akan dimulai..
KAMU SEDANG MEMBACA
Natha(nael)
Teen Fiction"El, kayaknya gue beneran nyimpang." "Hah?" *** Natha dulunya merupakan anak yang manis. Namun sejak mendengar pertengkaran hebat orang tuanya dan akhirnya mama-nya menjadi gila, sifat lemah lembut dan feminimnya hilang. Ayahnya yang tidak mengingin...