Friend crush

222 36 19
                                    

Semangatin author dong, lagi ga mood bikin cerita. Padahal udah nemu banyak video yang bisa ku ubah jadi cerita..

Natha mengoleskan sunscreen di wajah dan bagian tubuh lain yang sekiranya akan terkena sinar matahari. Tak lupa mengenakan pelembab bibir agar bibirnya terlihat lembab tidak kering kerontang. Ia tersenyum hingga membuat lesung pipinya terlihat. Senang sekali melihat badannya terawat. Kulit sehat, rambut lebat, namun membuat dompetnya sekarat. Mau meminta kepada tantenya juga sungkan. Jadi dia hanya menunggu uang yang ditransfer setiap bulan ke rekeningnya.

Dan suatu kebiasaan merawat diri yang ada di Natha itu tak ayal membuat orang lain betah berada di dekatnya. Sudah wangi, cakep, meskipun di luar terlihat cuek namun banyak wanita yang mendekatinya entah itu di virtual ataupun real life. Terkadang Natha bergidik ngeri ketika melihat godaan mereka, tapi harus bagaimana dia kan sedang menyamar.

Setelah bersiap Natha segera pergi untuk mencari ilmu. Omong-omong, ini sudah hampir tiga Minggu sejak pertemuannya dengan Ersa alias bocil yang sangat cerewet itu. Selain cerewet, sepertinya Ersa termasuk golongan orang yang physical touch. Bukan hanya anak itu, tapi orang yang ditemuinya juga seperti itu.

Natha yang termasuk physical attack langsung menjaga jarak. Tapi mereka seolah suka menjahilinya, memegang tubuhnya entah pundak, tangan, ataupun kepalanya.

Grep

Nah, baru saja dia sampai di parkiran sudah ada yang menggandeng tangannya. Ia menoleh ke samping dan terpampanglah senyuman khas dari lelaki yang kelihatannya sangat kalem itu. Natha menghela napas, pasrah dengan kelakuan lelaki itu. Dia tau kalau tangan ini ingin disingkirkan, yang ada makin mengerat genggamannya.

"Oi bro!" suara berat itu datang dari arah kanan. Tanpa menoleh Natha tau siapa pemilik suara ini. Siapa lagi kalau bukan Willy. Pria dengan tubuh kekar ini juga ikut berjalan di sampingnya. Kalau seperti ini Natha mirip kurcaci yang diapit oleh gapura.

Saat hampir masuk kelas Natha teringat dia harus ke koperasi sekolah untuk mengambil seragam olahraga. Dia pun berbicara kepada temannya supaya mereka masuk duluan ke kelas.

"Bajingan!" kagetnya ketika ia menubruk badan orang. Higo segera menarik tubuh Natha untuk mundur. Willy melongo mendengar umpatan temannya itu. Setelah 2 Minggu berteman dengan orang berambut two block itu, baru sekarang Willy mendengarnya berkata kasar.

Ketika Natha mendongak, ia sedikit ngeri melihat tatapan pemuda yang ditabraknya. Laki-laki itu memasang muka masamnya, aah, tapi kalau dipikir-pikir lagi setiap saat laki-laki selalu bermuka masam dan bibirnya sedikit manyun.

"Sorry bro, ga sengaja!"

Laki-laki itu hanya melengos dan pergi ke tempat duduknya. Natha menggaruk lengannya yang tidak gatal. Menyingkirkan masalah yang baru saja terjadi, ia memilih segera ke koperasi sebelum bel masuk.

Lelaki yang baru saja ditabrak Natha itu mengelus dagunya yang sedikit sakit. Dengan muka masam andalannya ia sedikit melirik ke arah pintu, tempat dia bertabrakan tadi.

Setelah mengambil baju olahraga Natha berjalan dengan pelan menuju kelasnya. Di antara teman kelasnya ada beberapa yang mungkin sulit untuk ia dekati. Ada Jevan si wakil ketua kelas yang ternyata sangat disiplin. Beberapa kali ia ditegur karena telat beberapa menit. Ada Sagara, ketua kelas yang sering membuat gaduh. Setiap hari kelas dipenuhi dengan suaranya, dan dekat-dekat ini Natha sadar kalau suara Sagara sedikit cempreng. Terakhir yaitu Liam, laki-laki yang ditabraknya tadi. Tampang datar dan aura dinginnya itu membuat Natha segan untuk mendekatinya.

Perempuan itu berbelok ke kamar mandi untuk berganti baju. Setelah memakai seragam olahraga pun dia masih terdiam duduk di kloset. Sedang mengisi energi. Berteman dengan orang yang physical touch ternyata cukup melelahkan.

Dia meletakkan seragamnya di kelas dan berlari ke lapangan. Natha tersenyum ketika melihat Jevan.

"Telat 3 menit."

Yahh, dia sudah terbiasa mendengar teguran itu begitupun dengan teman sekelasnya.

Materi hari ini adalah lari. Mereka harus berlari dari gerbang depan hingga gerbang belakang, sama saja dengan mengelilingi perumahan. Jaraknya pun cukup jauh, sekitar 2 kilometer. Natha yang jiwanya kompetitif tentu saja ingin menjadi yang pertama sampai. Tapi sepertinya susah kalau harus melawan yang sudah terlatih. Untuk itu dia tidak ingin menjadi yang tengah atau pun terakhir.

Pemanasan dia lakukan bersungguh-sungguh agar tak terjadi cedera saat di jalan. Saat peluit berbunyi ia segera berlari dan mengerahkan sebagian tenaganya. Saat ia merasa cukup lelah akhirnya Natha memutuskan untuk jalan cepat. Lari-lari dengan dada yang diikat tidak mengenakkan memang. Tapi mau bagaimana lagi, di sini dia sebagai Nathanael, seorang laki-laki remaja.

"Hampir sampai.. huhhh.." dengan tenaganya yang tersisa perempuan berambut two block itu mempercepat langkah kakinya. Dan begitu sampai ia langsung duduk sambil mengatur napasnya yang pendek. Menit dia berlari sudah dicatat, dia menoleh ke sekitar dan hanya mendapati 5 siswa yang sudah datang. Meskipun lelah Natha cukup senang, sering berlari di treadmill ternyata cukup berguna untuk memperkuat tubuhnya.

Setelah merasa cukup Natha bangkit ke kelas untuk minum air. Ketika melihat Sagara yang badannya limbung ia sedikit berlari dan menangkap tubuhnya. Tangan lentik itu menepuk-nepuk pipi Sagara yang cukup dingin.

"Pingsan dia. Eh, tolong bantuin gue bawa dia ke UKS." pintanya ke orang di dekatnya yang ternyata adalah Liam.

Dengan ogah-ogahan Liam menurut. Siswa yang masih di dekat gerbang sedikit ribut karena Sagara pingsan. Untung saja tidak ada murid perempuan yang menyukai Sagara di situ, kalau ada keadaan akan semakin runyam.

Natha menunggu di kursi sambil melihat Sagara yang sedang diperiksa. Sesekali kakinya bergerak tidak nyaman. Dia telah diberi tanggung jawab oleh guru, kalau ada temannya yang sakit mana mungkin dia bisa bersikap biasa saja.

Di samping itu ada Liam yang senantiasa memperhatikan gerak-gerik Natha. Ia memalingkan mukanya sambil tersenyum kecil.

Kalian tau? sudah lama Liam ingin dekat dengan orang di sampingnya. Menurut Liam, Nathanael itu positive vibes tidak heran walaupun belum ada satu bulan temannya itu sudah banyak. Nathanael juga merupakan orang yang ekspresif, Liam suka ketika melihat berbagai ekspresinya itu ketika berinteraksi dengan orang lain.

Padahal dia sudah menyiapkan berbagai topik agar dirinya dan orang di sampingnya menjadi teman dekat. Tapi kalau sudah duduk bersebelahan begini otaknya mendadak kosong.

Liam menyisir rambutnya ke belakang telinga, matanya melirik ke arah Natha kemudian memalingkan muka dan tersenyum. Gelagatnya yang aneh itu membuat Natha bingung, ada apa dengan pemuda yang biasanya bersikap dingin itu?

Natha sedikit menjauh dari Liam. Alisnya mengkerut sambil menebak-nebak faktor hilangnya raut wajah manyun khas Liam. Sementara Liam tetap dengan gerak-geriknya yang tidak jelas, kalau dia sadar melakukan hal konyol seperti ini pasti mukanya akan memerah. Sayangnya sampai bermenit-menit lelaki itu tidak sadar...

"Kepentok apa dia pas di jalan?" gumam Natha bingung.

.
.
Aku butuh asupan femdom😩. Ga ada author yang update sayangnya ;(. Kalau nemu yang bagus bagi yaaa..

Natha(nael)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang