Sedikit ada perubahan, Natha yang awalnya berumur 16 tahun diganti ke umur 18 tahun.
Happy Reading
Para siswa diajak berkeliling sekolah untuk mengenal tempat-tempat yang mungkin akan mereka kunjungi. Setiap kelas dipandu oleh 3 anggota OSIS. Sesekali mereka berpapasan dengan siswa kelas lain.
"Di sini kalian bisa membaca buku sepuasnya, nanti setelah kalian punya kartu pelajar, kartu itu bisa digunakan untuk meminjam buku lebih dari dua," ucap si perempuan yang merupakan anggota OSIS.
Beberapa murid terlihat sibuk dengan dunianya sendiri, entah berbincang dengan orang di sampingnya, mengganggu orang lain, berbuat kerusuhan maupun melamun. Ya, seperti yang Natha lakukan.
Karena dia merupakan murid pindahan yang tidak tau letak tempat-tempat penting di sekolah, dia diikutsertakan dengan murid kelas X untuk lebih mengenal tempat di sekolah. Natha pun tinggal mengikuti saja, meskipun hanya dia yang kakak kelas di sini.
Pikirannya berkelana kesana-kemari memikirkan buku apa saja yang akan dibacanya di perpustakaan. Sama seperti perempuan lain, Natha suka membaca novel. Novel ber-genre dark romance dan fantasy lebih tepatnya. Bahkan dia mempunyai rak buku khusus novel di rumah Kania.
Dilihat dari mata orang lain, Natha seperti fokus menatap satu objek di depan sana, seorang lelaki berkacamata kotak. Lelaki itu risih ditatap begitu lama, namun ia tak berani menegur.
Natha baru mengedipkan matanya saat seekor serangga masuk ke dalam matanya, ia mengedipkan sebelah matanya berkali-kali. Menahan untuk tidak mengucek matanya takut terkena infeksi.
Namun lelaki yang sedari tadi merasa ditatap tidak berpikir demikian, ia merasa pemuda berambut two blocks itu sedang menggodanya.
Lelaki berkacamata itu berniat menghampiri Natha dan menanyakan maksud dari mengedipkan sebelah matanya itu berkali-kali. Namun tidak jadi lantaran siswi yang menyamar itu sudah pergi.
Setelah izin ke salah satu anggota OSIS, Natha berjalan ke arah toilet. Matanya terasa perih bahkan ia sedikit mengeluarkan air mata.
Ketika menemukan toilet, Natha membuka pintunya dan segera masuk.
Ia ingin mendekat ke kaca namun suara teriakan di belakangnya mengagetkannya.
"AAAAAA, PERGI!"
Natha yang merasa diusir segera keluar, dia melihat papan yang bertuliskan male dan female di pintu masuk toilet.
Dia masuk ke toilet perempuan dan dia perempuan, apa salahnya?. Begitulah pikirnya. Terkadang pikiran Natha sedikit lambat seperti ini.
"Woy, Lo ngapain berdiri di sini? Mau ngintip cewek yaa?" Dua orang pemuda menghampiri Natha yang terdiam menghadap papan.
"Hah? Ga lah!" Natha sedikit meninggikan suaranya. Tidak mungkin dia mengintip orang-orang yang se-gender dengannya! Natha masih suka laki-laki oke?!
Ia berjalan mendahului 2 siswa itu dan segera masuk ke toilet laki-laki. Natha lupa dia sedang berpenampilan sebagai laki-laki akibat melamun memikirkan novel yang akan ia baca nanti.
Gadis itu mencondongkan tubuhnya ke kaca kemudian menyingkirkan serangga kecil yang mungkin sudah mati di matanya. Matanya sedikit memerah.
Huhhh. Natha menghela napasnya lelah. Sejak tadi dia diam tanpa mengobrol dengan siapapun. Memang, beberapa kali ada adik kelas yang mengajaknya berbincang, namun dia hanya menjawab dengan singkat. Bukan terkesan sombong tapi tatapan mereka yang terkesan menggoda itu menakutinya.
Bel berdering 3 kali menandakan waktunya istirahat, ia segera melangkahkan kakinya menuju ke kantin. Perutnya sudah keroncongan sedari tadi. Gara-gara excited untuk bersekolah, ia tidak sempat sarapan pagi tadi.
Untungnya dia masih ingat letak kantin. Setiap lantai terdapat kantin, yang biasanya kantin di lantai itu diisi oleh kelas-kelas yang ada di lantai itu. Misal, kantin di lantai 3 diisi oleh kelas XII. Namun bukan berarti dari lantai lain tidak boleh membeli di situ.
Karena sekarang ia berada di lantai 2, dan sangaaat malas menunggu untuk menaiki lift yang pasti ramai atau melewati tangga, karena dia sudah lapar.
Dalam perjalanan sesekali Natha melihat teman kelasnya maupun seangkatannya. Sayangnya Natha tidak melihat. Dia fokus menatap kantin yang berjarak beberapa meter di depannya.
Begitu sampai di kantin, Natha segera mendekat ke stand makanan. Mengambil nasi goreng spesial dan minuman dingin rasa leci tak lupa membayarnya. Kemudian matanya mengedar ke seluruh penjuru kantin, setelah menemukan tempat yang kosong ia segera menempatinya.
Tangan kanannya memegang sendok yang berisi nasi goreng dan mengarahkannya ke mulut sedangkan tangan kirinya memegang handphone. Jari jempolnya menggulir teks yang tertera.
Sudah lama Natha tidak mempromosikan produk orang. Mungkin dalam 3 bulan dia hanya mengunggah 2 produk di akun pribadinya. Dia tidak terlalu memikirkan kalau nanti tidak mendapatkan uang, toh sedari awal mempromosikan produk itu hanya untuk mengisi waktunya.
Murid dengan mata rubah itu mensejajarkan ponsel dengan wajahnya. Tangan kirinya membentuk simbol i love you (🤟🏻) dan mengarahkannya ke muka agar menutupi setengah dari wajahnya.
Ckrek.
Dia memandangi foto itu sebentar kemudian mengunggah di akun Instagram miliknya.
Setelah makanan dan minumannya habis, ia segera beranjak pergi ke kelasnya.
"Woah, Len!! Liat kak Vero upload foto di Ig nya! Keren banget ga sih?!" Siswi dengan rambut yang dikuncir kuda itu berkata dengan heboh sembari menepuk bahu temannya berkali-kali.
Siswi yang menjadi sasaran tabokan temannya itu menoleh dengan heran, selalu saja seperti ini ketika idola temannya itu mengunggah foto. Dia hanya melirik sekilas pada foto yang ditunjukkan temannya.
'Apa sih, keren darimana coba?' batinnya. Mana berani dia mengatakan langsung pada temannya itu, yang ada dia akan diceramahi panjang lebar.
"Iya, keren banget," balasnya tidak minat.
Gadis dengan nama Lena itu diam sembari mengaduk mienya yang tinggal setengah. Dia teringat dengan pemuda kemarin yang menolongnya mengambil jajan di supermarket. Rasanya dia ingin bertemu dengan pemuda itu lagi. Meskipun terlihat cuek namun tetap peka pada dia yang butuh bantuan. Lena menyukai sifatnya. Dia berharap bisa bertemu dengannya lagi.
Gadis itu tersenyum tidak jelas sembari menggigit jarinya.
***
Cahaya merembet masuk di sela-sela daun. Semilir angin menerbangkan helai rambut milik Natha. Tidak terdengar suara yang berisik, hanya suara samar-samar yang terdengar di telinga Natha.
Dia membatalkan niatnya ke kelas setelah menjelajahi sekolah kembali dan berakhir di taman belakang sekolah yang sangat sepi.
Taman di belakang sekolah memang terlihat sedikit suram karena banyaknya pohon besar dibandingkan taman di samping sekolah yang lebih cerah karena lebih banyak bunga daripada pohon.
Natha duduk di kursi taman dan memejamkan matanya ditemani alunan musik yang menyambung dari ponsel ke telinganya melalui headset. Rasanya suasana begitu tenang sebelum dia merasakan seseorang sedang menatapnya dengan intens.
"Natha?"
Ga terlalu panjang, aku sudah mengeluarkan seluruh tenagaku untuk berpikir dan mengetik cerita. Aku juga harus nyelesain ceritaku yang lain, biar tamat.
25 vote lalu chapter berikutnya? Kalau ga bisa ya udah, suka-suka author yang mau update kapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Natha(nael)
Подростковая литература"El, kayaknya gue beneran nyimpang." "Hah?" *** Natha dulunya merupakan anak yang manis. Namun sejak mendengar pertengkaran hebat orang tuanya dan akhirnya mama-nya menjadi gila, sifat lemah lembut dan feminimnya hilang. Ayahnya yang tidak mengingin...