iyh⁶

869 80 0
                                    

.
.
.

Sakura keluar dari kamarnya berjalan menuju kulkas,mengeluarkan sendok yang ia dinginkan sebelumnya. Sakura memanaskan air ia berencana akan meminum teh. Sakura menempelkan kedua sendok itu pada kelopak matanya yang membengkak karena menangis. Meskipun patah hati raga tetap membawanya bergerak untuk pergi bekerja.

Sakura menyeduh teh membawa cangkir tersebut menaruhnya di atas meja santai,ia mendudukkan dirinya pada sofa dibelakangnya. Sakura menatap Sasu yang masih tertidur,menarik lebih tinggi selimut yang membalut tubuh Sasu kemudian mengelus kepalanya beberapa kali.

“Sasu..aku sedang tidak baik-baik saja tapi kau tahu aku harus terus melangkah ke depan” Sakura membuang nafas gusar,berjalan pelan menuju kamarnya. Sungguh hari berat berikutnya yang harus ia hadapi. Sakura keluar dari kamarnya lengkap dengan pakaian kantornya,ia membuat sarapan seadanya dan memberi Sasu makan. Matanya sudah tak begitu bengkak namun tetap saja yang melihatnya akan tahu bahwa ia banyak menangis,sembabnya begitu jelas.

Sakura duduk di kursi ruang kerjanya,ia datang sedikit lebih awal agar tidak banyak orang yang melihatnya. Setengah jam kemudian Ino melangkah masuk,pemandangan Sakura yang mengenakan kacamata hitam menyambut paginya yang begitu cerah.

“Hei apa itu gaya baru?” tanya Ino berjalan mendekat. Sakura mengabaikan Ino,ia bahkan terlalu malas untuk membuka suara. Ino mengulurkan tangannya menarik kacamata hitam tersebut dari Sakura. betapa terkejutnya ia mendapati penampilan wajah Sakura saat ini. Wajah pucat,mata sembab dan hidung memerah.

“Sakura apa kali ini kau dan Sasori bertengkar begitu parah?”

“Jangan menyebut namanya” Ino menganggukkan kepalanya

“Kurasa kali ini tidak akan mudah” ujar Ino memasangkan kembali kacamata Sakura kemudian berjalan menuju meja kerjanya.

Beberapa kali ponsel Sakura berdering,Sakura menatap panggilan yang berasal dari orang yang sama. Ia menatap malas,ia sama sekali tidak berminat ingin mengangkatnya. Segala hal tentang Sasori sangat sensitif untuknya,ia merasa kembali ingin menangis. Karena merasa sangat terganggu dengan kesal Sakura mematikan ponselnya.

“Hei ingin minum segelas kopi?” tawar Ino. Sakura memijat kepalanya yang terasa pusing. Ia mengangguk lemah. Ino bangkit keluar dari ruang kerja mereka berjalan menuju kafetaria. Tak lama kemudian Ino datang denga dua cup kopi susu,ia menaruhnya ke atas meja Sakura.

“Terima kasih” ujar Sakura sambil tersenyum kecil.

Jam kantor telah selesai,Sakura membereskan semua pekerjaannya. Ino mendekat ke arah Sakura,ia sontak menempelkan punggung tangannya pada kening dan leher Sakura.

“Sakura kau demam,sebaiknya segera membeli obat dan beristirahat” Sakura menatap Ino,ada benarnya ia merasa tidak nyaman pada tubuhnya saat ini. Mungkin nanti ia akan singgah di apotek dekat apartemennya.

“Hei segera kabari aku jika terjadi sesuatu” Ujar Ino,Sakura menganggukkan kepalanya dan melambaikan tangannya. Sakura melangkah pelan keluar dari gedung perusahaan tempat ia bekerja. Seseorang seketika menarik tangannya,Sakura kehilangan keseimbangan hingga jatuh ke pelukan orang tersebut.

“Sakura...” panggil orang tersebut yang tak lain adalah Sasori. Sakura membuka lebar kedua matanya langsung memberi jarak antara dirinya dan Sasori kemudian menepis kasar pegangan Sasori pada tangannya. Sakura memandang tajam,ketika melihat Sasori ingatan tentang Mei otomatis terlintas dikepalanya.

“Aku tidak ingin berbicara padamu” Ujar Sakura kemudian berbalik melangkah pergi. Namun Sasori kembali menahan tangannya kali ini lebih kuat.

“Kali ini apa lagi?kurasa kemarin kita baik-baik saja. Lalu apalagi masalahnya sekarang?” kesal Sasori.

I'm Your HuskyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang