Bab 19: Setuju

259 16 0
                                    

Aku keluar dari ruang ujian dengan senyum percaya diri untuk pertama kalinya sejak aku bersekolah selama lebih dari tujuh belas tahun. Aku bisa lulus tes ini karena aku bisa menyelesaikan setiap soal baik esai maupun pilihan ganda. Aku tidak tidur dan mendengkur selama ujian seperti sebelumnya.

"Kau tersenyum." Yo berjalan ke arahku dan memukul bahuku.

"Orang pintar keluar dari ruang ujian dulu." Win ikut bergabung dan menggodaku lagi.

"Kau ingin mengisi posisi teratas?" Pat berdiri dengan tangan dan lututnya.

"Tidak, tapi sebentar lagi aku akan mengisinya." Kataku sambil menggelengkan kepala.

"Ai satt!" Sound dan Yo menepuk pundakku dengan keras. Mereka semua menatapku secara bersamaan.

"Lihat, tutormu yang hebat telah datang." Po menunjuk dengan bibir mengerucut. Aku dan semua temanku berbalik.

Ya, Tin berjalan kemari dengan tangan di saku celana bersama dengan temannya, Thewson anak basket dan Kajorn anak sepak bola.

"Kalian mau makan di mana?" Aku berbalik untuk bertanya pada teman-temanku. Tapi kosong tak ada seorang pun selain aku.

Kemana mereka? Aku menoleh kembali dan melihat Tin sudah berdiri dihadapanku.

"Kenapa?" Dia bertanya padaku.

Aku mengangkat bahu.

Tin menarik sudut bibirnya. Lalu mengajakku makan... Jadi, aku mengiyakan.

Aku tidak berjalan di belakang seperti seorang budak yang mengikuti Tuannya dalam drama kuno, tapi berjalan di samping Tin dengan dua temannya berdiri bersebelahan.

Rasanya seperti sedang syuting drama.

Ke mana pun aku pergi, orang-orang melihat, terutama para gadis yang menatap kami. Meskipun aku tahu kalau mereka mungkin sedang melihat Tin dan kedua temannya. Jadi, jika berjalan bersama mereka, otomatis orang-orang itu akan memperhatikanku juga.

Aku mengacungkan jempolku dan tersenyum ke arah kamera ketika melihat sekelompok gadis mengangkat ponsel mereka untuk mengambil foto.

Apa seperti ini rasanya menjadi selebriti?

Aku menoleh ke arah Tin yang berjalan di sampingku, dia menatapku dengan sorot matanya yang seolah berkata, "Jangan terlalu bersusah payah di depan mereka." Tapi siapa peduli? Aku bisa merasa seperti orang terkenal.

Sesampainya di kantin, aku memisahkan diri darinya untuk makan bersama teman-temanku yang kabur tadi. Aku memarahi mereka tetapi mereka terus tertawa.

"Apa yang kalian tertawakan?" Tanyaku saat melihat Yo dan Pat terkikik. Po yang tertawa di samping Win menunjukkan layar iPhone-nya kepadaku.

Sial, sial, aku melihat fotoku berpose dengan dua jari menghadap kamera. Sedangkan Tin yang berjalan di sampingku tidak menghadap kamera.

Sial, aku mengacau.

"Sempurna." Yo mulai menggodaku. Aku mengangkat alisku untuk melihatnya seolah aku ingin membunuh seseorang, lalu menoleh ke Pat.

"Malaikat dan anjing." Kata Pat. Semua orang tertawa terbahak-bahak. Sial!

Mereka berlima mengeluarkan suara-suara keras yang mengganggu orang-orang di sekitar kami hingga kami sadar sepuluh menit lagi sudah waktunya ujian. Selanjutnya aku meninggalkan kantin, pergi ke toilet, dan duduk di kelas menunggu ujian. Mata pelajaran ujian selanjutnya adalah Matematika Guru Poona. Ini adalah mata pelajaran yang paling membuatku stres karena biasanya aku mendapat nilai rendah.

Aku menarik napas dalam-dalam, berkata pada diriku sendiri bahwa aku bisa melakukannya. Aku tidak akan membiarkan tutor berbakatku kecewa sepenuhnya.

Lembar jawaban dibagikan dari meja depan.

My School President - BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang