Bab 28: Tekad

204 12 0
                                    

Sekolah kembali heboh karena minggu ini adalah pekan olah raga. Dipagi hari, sekolah dipenuhi siswa yang berdandan merayakan parade. Aku sebagai senior di sekolah mendapat kehormatan untuk mengikuti parade yang merupakan tugas besar saat itu. Aku berdandan seperti hantu perokok dalam parade anti-narkoba.

Marching band bermain bersama mayoret yang melempar tongkatnya tiga kali untuk memulai parade. Setiap warna bergerak sepanjang lintasan stadion dan kembali ke posisi semula. Terbagi menjadi lima warna yaitu Merah, Pink, Orange, Biru dan Hijau.

Setelah berjalan di sekitar stadion, kami memasuki upacara pembukaan. Kepala sekolah mengatakan bahwa olahraga adalah pil ajaib. Ini membantu membangun kekuatan dan ikatan antara teman dan saudara. Selanjutnya, kepala sekolah mengundang seseorang untuk berbicara di podium.

Ketua OSIS saat ini!!

"Dunia lebih luas di luar kelas belajar."

Hmm? Itu kutipan Hari Anak! Begitu Tin selesai berbicara dengan sangat singkat, aku melirik ke samping. Semua orang ternganga mendengar kutipan yang tidak dapat dijangkau otak hanya dengan sekali mendengarkan. Harus memikirkan lebih dalam apa maksud kalimatnya.

Tapi bagaimanapun juga, ini mungkin cara orang jenius berbicara.

Kemudian memasuki upacara penting lainnya adalah penyalaan obor di pedupaan. Atlet yang mendapat medali penghargaan dari tingkat nasional, mendapat obor dari pimpinan upacara. Guru PJOK melangkah maju menyalakan obor.

Di tengah tepuk tangan meriah, pekan olahraga resmi dimulai.

Pada hari pertama, kompetisi ketat yang berfokus pada atletik dan renang diadakan di stadion pusat dan gimnasium. Aku dan Po, yang memiliki warna yang sama, Hijau keluar dan segera berlari untuk mengambil tempat duduk di stadion pusat setelah ganti baju. Bukan hanya untuk menyemangati para atlet yang satu warna dengan kami, tapi untuk menyemangati Pat dan Yo dalam lari 400 meter putra tanpa melihat betapa kondusifnya tubuh mereka.

"Menurutmu siapa yang akan menang?" Kata Po sambil memasukkan kacang polong ke dalam mulutnya.

"Maksudmu Yo dan Pat?" Win balik bertanya. Po mengangguk.

"Aku pikir mereka berdua akan pingsan." jawabku cepat saat melihat kondisi fisik mereka, tidak mungkin bisa bertahan. Tim lainnya adalah atlet sekolah dan tidak salah apa yang aku katakan. Di antara lima warna, Yo finis keempat, Pat finis kelima.

"Hei bro," Kami pergi untuk memberikan air kepada dua orang teman kami yang sedang duduk terengah-engah.

Aku membuka tasku dan mengeluarkan sapu tangan untuk menyeka keringat mereka.

"Aku ingin mati." Kata Yo sambil terengah-engah seperti anjing habis mengejar kucing.

"Aku bersumpah, aku tidak akan pernah melakukan hal yang menyiksa diriku seperti ini lagi." Pat juga sama. Kami menunggu sampai teman-teman bisa keluar dari sini, lalu menuju lapangan basket untuk menonton pertandingan bola basket putra, tim Hijau vs tim Biru.

"Di sana kosong." Perhitungan tempat harus sesuai dengan jumlah anggota kelompok.

"Tapi itu untuk tim biru." Aku keberatan karena aku ingin duduk dan menyemangati tim Hijau.

"Kalau begitu, kau bisa terbang saja." Po memukul kepalaku, dan segera menggiring yang lain ke tempat kosong.

Sial!! Aku menggerutu di belakang mereka. Tapi pada akhirnya kami harus mengikuti dan duduk karena tempat lain tidak memiliki kursi tersisa.

Ini baru babak kualifikasi tapi sudah banyak orang. Aku hanya bisa mengeluh dalam hati. Tempat yang aku dapatkan sangat bagus. Berdekatan dengan tempat duduk para atlet dari tim Biru.

My School President - BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang